24

36.4K 1.9K 28
                                    

"Gue sebagai sahabat lo cuma bisa menyarankan bukan mengatur hidup lo."
***

Vina mengambil ponselnya dari saku. Vino meneleponnya. Mungkin sekarang Vino sedang mencari-carinya. Vina kembali memasukkan ponselnya kedalam saku tanpa mengangkat panggilan Vino. Dia juga meng-silent ponselnya agar tidak berbunyi lagi jika ada yang meneleponnya.

"Kenapa Na? Nyokap lo nelepon?" tanya Dhirga yang mulai curiga dengan Vina.

"Nggak kok Kak, umm.. ini temen-temen yang nelepon," jawab Vina asal.

"Kenapa gak di angkat?" tanya Dhirga lagi.

"Ummm.. mereka ngajak ngobrol, gue udah bilang ke mereka nanti aja," jawab Vina berbohong.

"Padahal gak papa angkat aja, gue jadi gak enak sama temen-temen lo," ucap Dhirga merasa bersalah.

"Nggak kok, mereka pasti ngerti," ucap Vina yang tidak mau membuat Dhirga merasa bersalah.

"Ohh okay, eh makasih ya btw udah mau nganterin gue," Dhirga berterima kasih.

"Iya kak sama-sama."

"Lo mau popcorn gak?" tawar Dhirga.

"Nggak kak, makasih," tolak Vina.

"Bener nih? Gue yang traktir loh mumpung gue lagi baik," ucap Dhirga meyakinkan Vina.

"Iyaa kak, biasanya emang kakak gak baik?" tanya Vina sambil tertawa kecil.

"Baik sih, tapi cuma ke orang-orang terpilih aja," ucap Dhirga yang ikut tertawa kecil juga.

"Hmm, yaudah deh ke studio langsung aja yuk udah dibuka dari tadi," ajak Dhirga.

Vina mengangguk setuju. Mereka segera masuk ke dalam studio.

Banyak sekali yang Dhirga bicarakan kepada Vina. Ngobrol dengan Dhirga sangat tidak membosankan. Vina berharap dia bisa lebih lama lagi bersamanya. Namun setelah ini dia harus pulang dan esoknya dia harus menghadapi Vino yang mungkin akan marah besar kepadanya.

Namun sekarang Vina berusaha untuk tidak memikirkan apa yang akan terjadi besok. Vina hari ini ingin bersenang-senang bersama Dhirga sebelum menghadapi hari esok.

Ketika filmnya sudah selesai, Dhirga segera mengantar Vina pulang. Sebentar lagi jam akan menunjukan pukul enam sore. Mau tidak mau Vina harus pulang sekarang. Sebenarnya Vina masih ingin berlama-lama dengan Dhirga.

Jalanan kini tidak macet dan tidak terlalu padat. Biasanya jalanan jam segini selalu macet, ntah kenapa hari ini begitu lancar, tidak sesuai dengan ekspetasi dan kemauan Vina. Dhirga lah yang mengantar Vina sampai rumah dengan keadaan selamat.

"Makasih yah buat hari ini," ucap Dhirga ketika mobilnya sudah berhenti tepat didepan rumah Vina.

"Iya kak," ucap Vina.

"Kakak mau masuk dulu?" tawar Vina.

"Nanti lagi aja, gue ada urusan soalnya," tolak Dhirga.

"Oh yaudah gue masuk dulu ya kak," pamit Vina kepada Dhirga.

Dhirga mengangguk. Lalu Vina segera turun dari mobil dan masuk kedalam rumahnya.

Vina langsung masuk kedalam kamarnya. Dia membaringkan tubuhnya di kasur sambil berteriak agak keras saking senangnya.

Vina mengambil ponselnya dari saku. Sudah beberapa jam dia tidak mengecek ponselnya. Ada beberapa pesan dari temannya yang menanyakan keberadaanya namun sudah dijawab oleh Alika. Ada juga beberapa notifikasi yang tidak terlalu penting buat Vina.

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang