39

26.8K 1.5K 32
                                    

"Ini Vino, pacar Vina."

***

Vina yang bahagia pun kembali. Dia kembali semangat untuk pergi ke sekolah lagi. Alika turut senang melihat sahabatnya seperti dulu lagi. Namun sebenarnya Alika kurang mendukung Vina dengan Vino karena dia takut Vino menyakiti sahabatnya lagi. Tetapi kali ini Alika memberi kepercayaan kepada Vino.

"Awas aja kalo sampe dia nyakitin lo lagi, gue hajar dia habis-habisan," komentar Alika setelah mendengar cerita Vina.

Vina tertawa mendengarnya. Vina senang Alika sangat peduli kepadanya. Alika tidak mau melihat sahabatnya menangis karena cowok seperti dulu.

"Oiya kalo ada apa-apa cerita aja yah Na, gue mah open 24 hour kayak McDonald daerah sini," ucap Alika.

"Siap bu," Vina hormat kepada Alika.

"Kayaknya lo harus udah mulai cerita deh ke Seli sama Nala," saran Alika.

"Duh gue belom siap ngerasa gak enak sama mereka," Vina kurang setuju dengan saran Alika.

"Mau kapan pun lo ngasih taunya pasti gak enak," ucap Alika.

Alika memang benar. Seli dan Nala lama-lama pasti akan mengetahuinya dari mana pun informasinya. Vina berusaha untuk memberitahu mereka sebelum mereka tahu dari orang lain. Tapi waktunya entah kapan.

"Stay by my side yah," ucap Vina dengan nada agak memohon.

"Iya pasti lah, gue ma pasti selalu ada di sisi lo Na," Alika merangkul sahabatnya itu.

***

Sudah berkali-kali Vania membawa teman bisnisnya ke rumah beserta anaknya, Dhirga. Sebenarnya Vina tidak nyaman atas kehadiran mereka. Namun tetap saja Vina harus menghormati.

Sudah berkali-kali juga Vania membahas topik yang menjurus kepada hubungan percintaan. Yang Vina tidak suka adalah mereka selalu menyama-nyamakan dirinya dengan Dhirga. Padahal jelas-jelas mereka berbeda. Dhirga tersenyum kecut melihat penolakan Vina tidak secara langsung.

Vania, Vina, Dhirga, dan ayahnya sedang berkumpul di ruang tamu. Mereka tertawa bahagia kecuali Vina. Vina hanya tersenyum paksa.

"Dulu tuh bunda kenal ayah gara-gara bisnis gini nih, persis banget kejadiannya kayak gini," ucap Vania yang mulai mengarahkan topik soal hubungan.

"Terus ibu saya juga begitu," lanjut Vania.

"Kayaknya bakalan jadi turun temurun deh," ucap ayah Dhirga sambil tertawa.

"Aamiin, eh," Vania ikut tertawa.

Dhirga juga ikut tertawa. Masih ada rasa berharap di hatinya.

"Dhirga mau jadi apa nih nanti?" Tanya Vania membahas masa depan.

"Nerusin ayah tante palingan di bisnis," jawab Dhirga.

"Wih bagus dong," puji Vania.

"Kalo Vina mau jadi apa?" Tanya ayah Dhirga.

"Palingan nerusin bunda, om," jawab Vina asal. Sebenarnya Vina juga belum tahu jelas soal masa depannya.

"Ah kamuma bisanya cuma nerusin, bikin usaha sendiri dong," ejek Vania yang bermaksud untuk bercanda.

"Eh gapapa, bagus kok, nerusin aja udah susah. Kalo nerusin Vania cocok tuh sama Dhirga," ucap ayah Dhirga sambil tertawa.

Saat ini Vina merasa dia sedang dijodohkan oleh orang yang dia tidak inginkan.

Pesan dari Vino beberapa jam yang lalu belum sempat Vina balas. Ponselnya dipegang oleh Vania agar Vina tidak asik sendiri dengan dunianya.

Suara klakson dari luar rumah terdengar.

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang