4

51.1K 3K 24
                                    

-

Cuaca pagi ini sangat terik membuat Vina malas untuk mengikuti pelajaran olahraga tapi mau gak mau dia harus mengikuti pelajaran tersebut. Di tengah lapangan murid kelas 11 IPS 6 sedang pemanasan di tengah lapangan di sinari oleh sinar matahari.

Baru pemanasan tapi keringat Vina sudah bercucuran membasahi jidatnya. Vina melihat Aura dan Alika yang sangat semangat sementara Nala diam di belakang Vina agar ia terhalangi dan tidak terkena sinar matahari.

Setelah pemanasan mereka diperbolehkan untuk beraktivitas apapun di lapangan. Ada yang sedang main basket di lapangan, ada juga yang sedang bermain badminton, dan ada juga yang sedang mengobrol di pinggir lapangan. Vina dan Nala duduk di pinggir lapangan, memperhatikan Aura dan Alika yang heboh bermain badminton. Alika memang jago bermain badminton dari kecil sedangkan Aura sedang belajar dengan Alika.

Mata Vina kini teralih kepada Vino yang sedang bermain basket bersama teman-temannya. Di lihat-lihat Vino berbakat dalam bidang ini. Setiap Vina menatap Vino pasti jutaan kenangannya membanjiri pikirannya. Hal tersebut membuat Vina semakin tersakiti dan semakin membenci Vino. Andai saja kita bisa menghapus kenangan yang kita mau pasti Vina akan menghapus kenangannya bersama Vino. Semanis apapun masa lalu jika diingat kembali pasti akan merasa sakit.

"Aura lu mainnya yang bener napa?" Ucap Alika kesal sambil menghampiri Nala dan Vina. Begitu juga dengan Aura. Aura dan Alika meminum air mineral yang berada di botol minumnya.

"Lu ngajarinnya gak bener," ucap Aura mengejek.

"Dih, gue udah profesional gini dikatain gak bener," ucap Alika kesal.

PRITTT!

Sebuah peluit ditiup oleh guru olahraga tandanya bahwa jam pelajaran olahraga telah selesai. Mereka sudah diperbolehkan untuk ganti baju. "Yuk ganti baju," ajak Nala tidak sabar. Mereka semua setuju, Nala dan Vina bangkit dari kursi lalu segera meninggalkan lapangan.

"AWASS!"

Tepat saat Vina memutarkan tubuhnya, kepalanya terkena bola basket. Seketika semuanya menjadi gelap di mata Vina, tubuhnya lemas.

***

Vina membuka matanya. Vina sudah berada di ruangan yang dominan bercat putih. Ia berada di UKS. Vina berusaha bangkit dari ranjang yang ia tiduri. Kepalanya terasa pusing dan sakit. "Aww," Vina meringis kesakitan.

Ia berada di UKS sendiri. Tidak ada siapapun kecuali dirinya. Pertanyaan yang pertama kali muncul di pikirannya adalah siapa yang membawanya kesini?

Seseorang membuka pintu ruangan UKS. Terlihat Alika yang pucat dengan perasaan cemas. Ia masih mengenakan baju olahraga. Dengan terburu-buru Alika menghampiri Vina yang baru tersadar.

"Vinaa! Lo gak papa?" Ucap Alika histeris. Vina masih duduk di ranjang UKS sementara Alika kini berada di sisinya.

"Gak papa Al," ucap Vina yang agak tidak yakin.

"Beneran Na? gue panik tau gak sih!" Ucap Alika dengan cemas.

"Iyaa, eh yang bawa gue ke sini siapa?" Tanya Vina penasaran. Alika terdiam beberapa detik, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.

"Al?" Vina membuyarkan lamunan Alika. Alika kembali tersadar.

"Eh.. uh.. itu gue yang bawa lo ke sini," ucap Alika agak terbata-bata. Entah kenapa Vina tidak percaya dengan ucapan Alika.

"Katanya kalau gue pingsan d sekolah lo gak bakalan bawa gue ke UKS," Vina ingat bahwa Alika pernah berkata seperti itu ntahlah itu beneran atau hanya sekedar candaan.

"Yakali Na gini-gini juga gue gak mau kehilangan lo."

"Halah alay lo," Vina terkekeh mendengar ucapan Alika seperti itu. Baru kali ini ia melihat Alika seperti ini.

"Orang gue serius juga, yaudah deh gue mau ganti baju dulu terus mau ke kelas, lo istirahat aja," pamit Alika sekaligus memerintahkan Vina. Vina mengangguk. Lalu Alika keluar dari UKS.

***

Setelah ganti baju Vino menemui teman-temannya di kantin. Tinggal sisa belasan menit lagi pelajaran selanjutnya di mulai. Namun Vino tetap pergi ke kantin menemui teman-temannya.

"Eh Vin, si Vina gak papa?" Tanya Rizky ketika Vino sudah duduk bersama mereka. Sebelum Vino menghampiri kawan-kawannya, Vino membeli air mineral terlebih dahulu.

"Hmm."

"Gara-gara lu sih Riz, untung Vina gak  papa," Aji mendorong bahu Rizky pelan.

"Yaudah maaf gue gak sengaja sumpahan," ucap Rizky dengan nada bersalah.

"Eh tadi abis lo gendong dia ke UKS, lo temenin dulu gak sampe dia sadar?" Tanya Agi penasaran.

"Gak, cuman nemenin sebentar," ucap Vino cuek.

"Vin, mau balikan gak sama Vina?" Goda Agi. Dalam hal seperti ini, Agi yang suka menggodanya. Selain itu Agi juga suka nyomblangin temannya dengan siapapun.

"Dih kapan jadiannya coba?" Ucap Vino. Vino sudah malas jika teman-temannya membahas Vina.

"Ya udah gue ganti pertanyaanya, lo mau gak jadian sama Vina?" Agi terus menggoda Vino.

"Ga."

"Tapi pernah punya perasaan kan?" Vino sudah tidak mood untuk diajak bercanda. Tanpa menjawab pertanyaan Agi ia langsung pergi dari kantin. Di kelas mungkin lebih baik dari pada di kanton bersama teman-temannya yang tidak berhenti menggodanya.

Harusnya Vino biasa aja karena sudah tidak ada apa-apa lagi kan diantara mereka?

*

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang