35

28.8K 1.8K 41
                                    

"Harusnya gue gak baper, gue lupa kalau lo deket sama banyak cewek, gue juga lupa kalau lo ngepacarin banyak cewek."

***

Akhir-akhir ini Vina jadi sulit untuk tersenyum seperti dulu. Ketiga temannya kadang suka bercanda agar Vina terhibur. Namun itu sama sekali tidak berpengaruh.

Vino ikut heran dengan Vina yang sekarang. Vina lagi-lagi menghindar darinya. Bahkan Vina sudah tidak lagi menatap matanya seolah-olah Vino tidak terlihat.

Hari ini Vina pulang bersama Alika menggunakan angkutan umum. Tadi pagi Vino menawarkannya pulang bareng namun Vina tidak menghiraukan tawaran Vino.

"Tadi kayaknya Bu Ana lagi PMS deh, marah-marah mulu gak kayak biasanya," tebak Alika.

"Iya gue juga ngiranya gitu, tadi Bu Ana sesitif banget jadi gak seru belajarnya," ucap Vina.

Vina dan Alika duduk di halte bis yang terletak tidak jauh dari sekolah. Dulu Vina sering menunggu bis atau angkutan umum lainnya bersama Alika di sini. Namun kehadiran Vino mengubah segalanya.

Vina melirik Vino yang akan menghampirinya. Vina mendengus kesal. Mengapa Vino mengikutinya.

Vino langsung duduk di sebelah Vina. Vina bertingkah seolah-olah dia tidak menyadari keberadaan Vino. Alika bingung harus melakukan apa. Alika ingin Vino dan Vina segera menyelesaikan permasalahannya.

"Na, kayaknya gue gak jadi naik bis deh," ucap Alika yang berniat untuk pamit.

"Al, kita ke kafe biasa aja yuk sebentar, gue pengen makan-makan nih laper," ucap Vina sebelum Alika pamit.

"Lo kenapa sih?" tanya Vino heran sambil memegang lengan Vina sebelum Vina pergi. Vina akhirnya meliriknya.

"Lo yang kenapa," Vina membalikkan pertanyaan.

"Gue gak papa, lo-nya yang dari kemaren ngejauh dari gue," ucap Vino.

Keduanya terdiam. Vina sibuk dengan pikirannya begitu juga dengan Vino.

Alika benci melihat pertengkaran hubungan di depan mata. Namun kali ini Alika tidak langsung pergi karena Alika tahu Vina membutuhkannya sekarang.

"Lo gak papa?" tanya Vina mulai khawatir.

"Gak papa apanya?" Vino malah bertanya balik.

"Gak usah sok kuat deh lo, gue tau lo dikeroyok sama kakak kelas kan minggu kemaren," ucap Vina.

"Terus?" Vino bertanya seolah-olah dia tidak berdosa.

"Lo anggep gue apa sih sebenernya? gue heran sama lo," Vina mulai emosi.

"Harusnya gue gak baper, gue lupa kalau lo deket sama banyak cewek, gue juga lupa kalau lo ngepacarin banyak cewek," lanjut Vina.

Vino dari tadi terdiam. Bukannya dia merasa salah. Tetapi Vino bingung bagaimana cara menjelaskan semuanya kepada Vina.

"Sekarang gue tau alesan lo minta backstreet," ucap Vina dengan fake smilenya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Vina tahu ini salahnya juga. Vina salah sudah terlalu percaya kepada Vino. Vina salah sudah mengizinkan Vino masuk kembali ke dalam kehidupannya.

"Gu-" ucapan Vino terpotong.

"Gue salah apa sih sama lo? Gue punya dosa apa sama lo sampe lo nyakitin gue kayak gini," setetes air mata lolos membasahi pipi Vina.

"Ini bukan pertama kalinya Vin," lanjut Vino.

"Makasih Vin, lo udah ngajarin gue cara jadi cewek yang kuat, lo juga ngajarin gue cara jadi cewek yang sabar," Vina tersenyum tipis lalu dia segera pergi bersama Alika meninggalkan Vino sendirian.

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang