11

40.8K 2.4K 36
                                    

-

10 menit lagi kelas di tempat les Vino akan di mulai namun Vino masih berada di parkiran sekolah. "No ayok ke tempat les, 10 menit lagi nih," ajak Agi sambil menatap jam yang berada di pergelangan tangan sebelah kiri.

"Hari ini kita main aja yuk," ajak Vino dengan muka yang terlihat kesal.

"Ngaco lo, besok ulangan bego, meskipun gue gak suka belajar tapi gue masih nganggep nilai tuh penting," Beni tidak setuju.

"Lo kenapa sih No? Dari tadi kayak yang minder gitu," tanya Agi heran. Dari tadi ia memperhatikan sifat Vino yang berubah drastis.

"Gue ga mood belajar," jawab Vino jujur. Ntah kenapa mood untuk belajarnya tiba-tiba punah begitu saja.

"Masalah apa lagi No?" Tanya Beni. Vino seringkali mendapatkan masalah mau berat atau pun ringan. Vino juga sering curhat jika terjadi apa-apa dengannya. Yang ditanya terdiam tidak menjawab, pikirannya melayang ntah kemana.

"Hmm.. apa jangan-jangan gara-gara tadi Kak Dhirga sama Vina?" Tebak Agi. Lamunan Vino buyar.

"Vina kenapa?" Reflek Vino. Kedua temannya terkejut.

"ACIEEE," Beni dan Agi tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Vino tadi. Ekspresi Vino kini berubah menjadi datar, ia tidak mau membahas yang baru saja terjadi.

***

Seperti biasanya, Fauzan dan Bila beradu mulut lagi di dalam ruangan. Vina dan yang lainnya hanya menonton mereka beradu mulut.

"IHH JAN BALIKIN PENGHAPUS GUE YANG KEMAREN LO PINJEM," pinta Bila dari tadi.

"Ilang deh kayaknya," ucap Fauzan singkat namun membuat Bila beremosi. Bila mencubit lengan Fauzan dengan keras

"Aww aduh," Fauzan meringis.

"Makanya balikin," gerutu Bila.

"Biaya nyembuhin ini lebih gede daripada penghapus lo itu," ucap Fauzan sambil mengelus lengan yang baru saja dicubit oleh Bila.

"Nyebelin banget sih jadi orang," mata Bila berkaca-kaca.

"Dih di jailin gitu aja nangis gak kayak biasanya," ucap Fauzan yang menyadari Bila mulai meneteskan air matanya.

"Eh Vina, lu sama Vino ya sekarang?" Tebak Fauzan. Vina tersentak mendengar tebakan Fauzan. Itu terjadi setaun yang lalu namun Fauzan baru mengetahuinya.

"Kalian cocok kok dari segi manapun," lanjut Fauzan.

"Apaan sih, ngaco banget deh," Vina tidak suka sikap Fauzan yang sok tahu seperti ini.

"Gue denger kok dari temen-temennya Vino, setaun yang lalu sih," ucap Fauzan.

"Ngapain lo bahas lagi sekarang?" Tanya Vina ketus.

"Kalau marah berarti masih, lu masih suka ama Vino berarti," ucap Fauzan. Vina menghembuskan nafasnya dengan berat, ia lelah menghadapi cowok seperti Fauzan.

"Napa lu?" Tanya Fauzan kepada Bila. Ia menyadari bahwa mata Bila sudah mulai berkaca-kaca.

"GUE TUH LAGI PMS TAU, BEDA KONDISINYA," pipi Bila basah karena air matanya yang terus mengalir.

"Ya sorry gue gatau, gue beliin itu deh jamu datang bulan, tapi jangan ngadu ke Beni," ucap Fauzan.

"Beneran?" Tanya Bila tidak percaya sambil menghapus air mata yang masih tersisa di pipinya.

"Iye, awas aja lu ngadu ke Beni gue gak akan maafin lu," ancam Fauzan.

"Tapi kalau lu-nya masih nyebelin gue aduin," ucap Bila santai. Fauzan berdecak kesal mendengar ucapan Bila.

"Nabel, kalau kak Agus dateng bilangin gue ke minimarket sebentar disuruh sama ratunya Beni," ucap Fauzan kepada Nabel. Nabel mengangguk mengerti lalu Fauzan pergi ke minimarket.

Tak lama kemudian Vino dan kedua kawannya datang. Mata Vina dan Vino bertemu, namun Vina yang terlebih dahulu mengalihkan pandangannya.

"Si Ujan kemana?" Tanya Beni yang menyadari bahwa ia tidak melihat Fauzan.

"Beli jamu datang bulan dia ke minimarket," jawab Nabel. Beni dan Agi langsung tertawa mendengar ucapan Nabel.

"Doyan yang gituan sekarang dia?" Ucap Agi dengan sisa tawanya.

"Bukan gitu, buat Bila," Nabel memperjelas agar tidak salah paham.

"Loh kamu kalau butuh jamu datang bulan mintanya sama aku dong," ucap Beni kepada Bila dengan lembut.

"Si Ujan yang mau sendiri kok ngebeliin buat Bila," ucap Bila pelan.

"Tumben banget, yaudah nanti-nanti ke aku aja yah kalau butuh apa-apa," ucap Beni.

"Udah heh, mau belajar nih gue di sini bukan mau liat kalian pacaran," sindir Agi. Agi mengeluarkan bukunya dari ransel.

Tepat di saat bel berbunyi, Fauzan datang dengan kantung plastik yang berisi jamu datang bulan. Fauzan langsung memberikannya kepada Bila tanpa mengucapkan apa pun. 

"Gue kira lu sekarang doyan yang begituan," ucap Agi dengan tertawa kecil.

"Yakali Gi," Fauzan mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu ia mengetik sesuatu di atas layar ponselnya. Tak lama kemudian ponsel Vina bergetar, Fauzan menatap Vina agar ia mengecek pesan darinya. Vina segera mengeceknya.

Ujann : Pina
Vina : apa?
Ujann : gue bilangin ya ke si Vino lu suka dia
Vina : gaada kerjaan banget lu
Ujann : gue minjem hape minggu lalu lu gak kasih
Vina : gimana gue dong mau minjemin apa ngga
Ujann : pelit dsr

"Ohh Vina masih suka Vino," Agi mengintip chat Fauzan dan Vina. Semua mata tertuju pada Agi lalu beralih kepada Vina. Vino menahan emosinya. Ia benci keadaan seperti ini. Sebentar lagi ia akan diejek-ejek oleh teman-temannya.

"Vino tembak dong, dulu kan lu juga suka sama Vina, cinta lo terbalas No sekarang," goda Beni sambil mendorong bahu Vino.

Kak Agus pun datang, yang tadinya ribut kini langsung sunyi seketika. Semua mata beralih kepada Kak Agus yang baru saja datang.

"Oke kita mulai pelajarannya."

*

Maaf banget yaa baru update. Di tunggu yaa part selanjutnyaa.

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang