III

3.8K 426 14
                                    

Namjoon sudah memaksa Jungkook untuk tetap beristirahat, bahkan pulang. Tentu saja karena Jungkook yang terluka. Tetapi apalah daya Namjoon berusaha menghentikan Jungkook yang keras kepala. Ia ingin tetap melanjutkan pelajaran meskipun luka-lukanya masih perih. Akhirnya Namjoon hanya dapat pasrah dan mengikuti keinginan Jungkook. "Sudahlah, hyung. Tinggal sebentar lagi, kok." begitu kata Jungkook berulang-ulang, berusaha meyakinkan Namjoon, "Aku tidak apa-apa, hyung. Sudah tidak terlalu sakit lagi. Besok juga libur, kan?"

Pada akhirnya, sisa hari ini Namjoon tidak pernah membiarkan Jungkook sendirian. Setelah kelas selesai, segera ia menunggu Jungkook di depan kelasnya, bahkan ketika guru yang mengajar di kelas Jungkook belum sempat keluar. Jinra menatap cemburu pada keakraban kakak-beradik itu. Dijulurkannya kakinya ke luar meja, hendak menyandung Jungkook. Caranya berhasil, tetapi sebelum Jungkook jatuh, Namjoon sudah menangkapnya.

"Jinra!" bentak Namjoon pada gadis pirang itu. Jinra cemberut karena pujaannya yang membentaknya, dia menatap benci pada Jungkook yang langsung memalingkan wajahnya karena takut. "Sudah, Kook, ayo pulang." ajak Namjoon sambil merangkul Jungkook.

Ketika mereka sudah sampai di gerbang sekolah, Namjoon mengeluarkan ponselnya. "Tunggu dulu sebentar ya, Kook. Duduk di situ dulu." perintah Namjoon dengan lembut sembari menunjuk bangku tepat di sebelah mereka. Jungkook langsung menurut dan duduk di bangku yang dimaksud, lega karena ia tidak harus menahan sakit ketika berdiri terlalu lama. Ditatapnya Namjoon yang sibuk berbicara dengan seseorang di telepon. Ditontonnya beberapa siswa yang juga baru pulang, berlalu-lalang di depannya. Tak lama, lewatlah sebuah mobil hitam bermerek. Mobil itu berhenti tepat di depannya dan Namjoon, dan segera setelah itu Namjoon memasukkan kembali teleponnya.

"Ayo, Kook, masuk." ajak Namjoon setelah seseorang berjas hitam keluar dan membukakan pintu. Jungkook terbengong, bahkan setelah Namjoon telah masuk ke dalamnya.

"Hyung... ini..." kalimatnya diputus oleh tawa Namjoon, "Ahaha, sudahlah, ayo masuk.".

"Langsung ke rumah, ya, ahjussi." kata Namjoon setelah Jungkook akhirnya masuk ke dalam mobil meski dengan wajah yang masih terpesona. Tak lama, mereka berada di daerah yang belum pernah Jungkook lihat.

"Hyung, ini ke mana?" tanya Jungkook ketika dilihatnya perumahan elit di kiri-kanan jalan.

"Rumah. Kenapa?" tanya Namjoon balik.

"Tapi bukannya ini bukan jalan ke rumah?" Jungkook menjadi semakin bingung.

"Ah, iya. Aku sebenarnya merencanakan ini sebagai kejutan untukmu. Aku tidak tinggal di rumah yang kemarin, itu hanya rumah sementara. Aku pikir kau akan merasa tidak nyaman jika kau langsung dipindahkan ke tempat yang sama sekali asing." jelas Namjoon.

Jungkook hanya ingat ketika malam itu ia disuruh oleh pemilik panti untuk segera mengemas barang-barangnya karena ada orang yang mau mengadopsinya. Jungkook yang bingung saat tengah malam itu, dengan panik mengemasi semua barang miliknya dan langsung diantar ke sebuah mobil yang bahkan ia tidak bisa ingat karena saat itu ia sangat mengantuk. Barang-barangnya diangkut dalam sebuah truk, dan bersama dengan mobil itu, ia sampai di sebuah rumah yang hanya dihuni oleh seorang pemuda yang lebih tua setahun dengannya. Ia ingat pemuda itu tersenyum hangat padanya yang tidak tahu-menahu tentang apapun. Pemuda itu mengantarnya ke sebuah kamar dan ia pun tertidur tepat setelah pemuda itu keluar.

Esok paginya ia bangun dan langsung bersiap-siap ke sekolah. Pemuda itu, Namjoon, bersama-sama dengannya pergi ke sekolah, sekolah yang sama. Lalu seperti biasa anak-anak kelas pagi itu mengganggunya. Pada hari itu juga, hari ini, ia mengenal Namjoon lebih dekat dari yang sebelumnya canggung pada pertemuan tengah malam yang tidak pernah ia sangka akan terjadi.

Mobil berhenti di depan sebuah mansion besar. Beberapa pria yang juga berjas hitam serta beberapa wanita dengan pakaian pelayan berdiri berjajar, di kiri-kanan jalan setapak yang menuju ke beranda rumah megah itu. Jungkook dapat melihat dengan jelas taman yang luas mengelilingi rumah itu, rumputnya yang hijau dipotong dengan rapih, tanaman pagar yang dipangkas menjadi berbagai macam bentuk, dan beberapa macam bunga yang berwarna-warni ditata sedemikian rupa. Mata pemuda itu menyaksikan pemandangan yang tersaji di depannya dengan kagum. Seketika, Jungkook merasa sangat kecil di sebelah Namjoon.

Goodbye, HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang