XIX

1.9K 246 13
                                    

Kalo liat tulisan ini lagi ntar, aku saranin mainin lagu Jungkook-Begin (mungkin dari Spotify mereka [sekalian ningkatin rating yekan?] ato kalo udah download atau beli album, dari hape atau semacamnya, ya taulah) for a better experience. Mungkin sih. Gak ngejamin bakal barengan sama lirik, tapi bisa di-play berulang-ulang kalo emang mau baca diiringi lagu. Cuma mikir kayanya lebih enak baca sama lagunya biar "menghayati".

BTW, chap ini agak panjangan dikit karena lirik lagu. Hopefully you don't mind.

Syke.

Namjoon menemui panitia. Beberapa siswa dan siswi serta panitia acara sedang berdiskusi. Namjoon datang dan menawarkan bantuan. Mereka menerimanya dengan senang hati dan memulai mempersiapkan acara api unggun. Tumpukan kayu yang besar diletakkan di tengah-tengah halaman. Tikar-tikar digulung di sekitar tumpukan kayu tersebut.

"Seongil, jauhkan tikarnya sedikit lagi!" seru Namjoon saat melihat Seongil menggelar tikar cukup dekat dengan tumpukan kayu, "Tikar itu bisa tersulut api."

Seongil menepuk jidatnya dan segera menjauhkan tikar itu, bersamaan dengan tikar-tikar yang lainnya.

"Woorin-ah, kalau aku boleh tahu, apa yang akan kita lakukan di acara api unggun?" tanya Namjoon pada seorang gadis yang berdiri di sebelahnya, sedang serius menatap lembaran kertas yang berada pada papan clipboard dalam genggamannya. Woorin mengangkat wajahnya dan menatap kepada Namjoon, agak tersentak mengetahui siswa terpopuler di sekolahnya sedang bertanya padanya.

"O-oh! Um... kita akan makan malam sambil mendengarkan sambutan dari kepala panitia dan beberapa penampilan dari band kelas," responnya gugup. "Lalu kalau sempat, kita akan memanggil beberapa siswa atau siswi secara acak untuk menyanyi," tambahnya setelah itu, menulis-nulis di atas satu kertas dengan pensil berwarna merah muda.

Namjoon mengangguk mengerti. Ia pun berjalan mendekati seorang siswa yang terlihat kerepotan mengangkat beberapa tumpukan kayu untuk membantunya. Siswa itu berterima kasih dan memberikan sebagian kayu untuk dibawa oleh Namjoon.

Namjoon mengikuti siswa itu ke suatu sudut halaman, di mana beberapa tumpukan kayu lainnya sudah ada di sana. Rupanya kayu-kayu ini untuk menjaga agar api unggunnya tidak padam.

"Pekerjaanku selesai! Gomawo, sunbae!" ucap siswa yang ternyata lebih muda darinya. "Seongil hebat! Ia meminjamkan tempat penginapan yang dimiliki orangtuanya pada kita semua. Kalau tidak ada dia, kita tidak mungkin tahu di mana acara ini bisa diadakan," lanjut siswa itu berbasa-basi.

"Oh, tempat ini milik orangtua Seongil?" tanya Namjoon meyakinkan. Siswa itu mengangguk cepat.

"Orangtuanya tidak hanya punya satu tempat penginapan ini. Di daerah ini, hampir semua tempat penginapannya milik orangtua Seongil. Ini sih, hanya salah satunya. Sunbae pasti tahu kalau Seongil dari keluarga yang kaya, kan?" ucap siswa itu dengan semangat.

Namjoon mengangguk paham. Ia tahu kalau Seongil, adik kelasnya yang tadi meletakkan tikar terlalu dekat dengan api unggun, adalah anak dari pemilik hotel dan penginapan yang terkenal. Bahkan, ayah dan ibunya tidak jarang menginap di hotel milik keluarga mereka ketika perjalanan bisnis.

Siswa itu melambai kepada Namjoon seraya berlari ke salah satu siswa lain yang tengah berbicara dengan panitia. Namjoon membalas lambaian itu dengan senyum dan hendak meninggalkan tempat itu juga. Namun tiba-tiba ia meringis menahan sakit saat rasa perih menusuk punggung tangan kanannya.

Namjoon memeriksa tangannya, menemukan sayatan cukup panjang di sana. Ternyata salah satu kayu itu agak tajam. Secara tak sengaja ia menggesek tangannya di kayu tajam itu dan membuat luka yang untung saja tidak terlalu parah. Tetap saja ia perlu mengobatinya. Ia menghapus darah yang mulai menetes dari luka itu.

Goodbye, HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang