"Hyung, apa tidak lebih baik kau melaporkannya pada polisi?" saran Jungkook dalam perjalanan pulang. Deru pelan mobil yang melaju menyusuri aspal diiringi musik yang melantun setengah volume dari radio mobil terdengar menemani suasana tenang saat itu. "Atau paling tidak hyung harus melakukan sesuatu tentang Jinra. Dia memperhatikan hyung tepat dari LUAR rumah hyung sendiri," lanjut Jungkook setelah Namjoon masih tetap membungkam. Ditekankan kata "luar" dalam kalimatnya, mewakili betapa cemasnya ia. "Aku mengerti. Aku juga sedang mempertimbangkan itu. Tapi aku juga sedang memikirkan sesuatu yang lain," balas Namjoon pada akhirnya.
"Sesuatu yang lain?" ulang Jungkook tidak mengerti.
Namjoon menghela napas kasar, terdengar seperti frustasi. "Aku tidak yakin. Aku sulit mempercayainya juga Jinra sampai melakukan hal seperti itu. Banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab. 'Apakah ayahnya mengetahui hal ini?', 'Sudah berapa kali ia menginap di luar rumahku tanpa seorangpun yang tahu?', 'Seberapa banyak yang ia lihat atau dengar dari aktivitas orang di rumahku?, 'Apakah ia melakukan sesuatu yang lain selain memperhatikan?'. Ah, aku tidak tahu lagi." Namjoon terdiam sejenak, memikirkan sesuatu yang lain. "Bahkan apakah dia mengetahui sesuatu tentang mengapa barang-barangku menghilang?"
"B-barang-barang hyung? Menghilang?" gagap Jungkook agak tercekat ketika mendengar hal itu. Tiba-tiba dadanya terasa berat dan sesak. Seberapa jauh Jinra tenggelam dalam obsesinya? "Hyung tidak bilang... kalau Jinra yang mencurinya... kan?"
"Aku tidak tahu," balas Namjoon singkat. Dalam nada bicaranya terdapat ketidak-yakinan. Bagaimana pun juga, Namjoon bukanlah seseorang yang mau menyimpulkan sesuatu dengan cepat. Ia merasa pasti ada penjelasan, alasan yang tepat tentang perilaku Jinra.
Namjoon mampu. Bahkan lebih dari mampu untuk membuat Jinra mendapat hukuman yang sudah seharusnya atas aksinya. Dilihat dari manapun, menguntit adalah tindakan kejahatan. Namjoon juga bisa saja mengadukan hal ini kepada ayah Jinra, yang Namjoon sendiri ragu kalau ayahnya bahkan mengetahui aktivitas anak perempuannya di luar sekolah. Sudah jelas jika ia melakukan itu, nasib Jinra tidak akan baik. Sama dengan kalau Namjoon memilih untuk memberitahukan pihak sekolah atau menggunakan kekayaannya untuk menangani Jinra sendiri. Jinra bahkan mungkin saja tidak akan pernah terlihat oleh mereka lagi.
Namjoon memilih untuk menahan tindakannya. Dalam hatinya ia berharap, Jinra akan sadar dan mengerti bahwa yang dilakukannya harus dihentikan. Lagipula Jinra sudah ia tegur hingga menangis, pastinya ia akhirnya sadar akan perbuatannya, kan? Entah apa yang membutakan Namjoon, tetapi sekarang ia segan untuk menindak lanjut masalah ini. Ia berkomitmen untuk mengatasi masalah ini jika Jinra melakukan sesuatu yang serupa sekali lagi.
"Jadi apakah hyung akan melaporkan ini pada seseorang? Polisi? Pihak sekolah?" tanya Jungkook.
"Tidak, aku akan memberikan Jinra apa yang pantas didapatkannya jika ia melakukannya sekali lagi," respon Namjoon.
"Apakah hyung yakin? Bukankah sebaiknya hyung segera melakukan sesuatu? Ini adalah tindakan kriminal, hyung tahu itu, kan?" tegas Jungkook agak ragu dengan keputusan hyungnya, "Hyung terlalu baik untuk melindungi seseorang yang melakukan kejahatan."
"Aku tahu benar ini sesuatu yang serius di mata hukum. Tetapi aku sedikit memahaminya. Aku juga tidak ingin membiarkan ini. Apalagi jika kau bisa menjadi korbannya. Tetapi mungkin saja Jinra tidak mengerti apa yang benar dan apa yang salah," balas Namjoon.
"Hyung! Kenapa hyung masih tidak mengerti betapa berbahayanya ini?" seru Jungkook.
"Iya aku mengerti. Hanya saja..." "Hyung harus tegas dalam menindaki sikap Jinra! Hyung bisa terluka karenanya! Hyung masih belum mengerti-" "Iya, Kook, aku mengerti benar! Hanya saja ada sesuatu mengenai Jinra yang tidak KAU mengerti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Hyung
FanfictionJika seorang kakak yang kehilangan adiknya bertemu dengan adik yang kehilangan kakaknya, apakah mereka bisa saling melengkapi? Namjoon dan Jungkook yang sama, tetapi juga berbeda di saat yang bersamaan. Masing-masing hidup dalam ratapan penyesalanny...