Jinra dan Yoora hampir mirip. Walaupun Yoora tidak segila Jinra, tetapi kedua-duanya sama-sama memperjuangkan cinta mereka mati-matian dengan cara mereka sendiri. Apakah itu yang hyung maksudkan dengan 'hal yang tidak kumengerti'? Hyung belum sempat menjelaskan bagian itu padaku. Tapi sepertinya aku mengetahuinya.
Masih banyak yang aku ingin tanyakan pada hyung.
Bahkan hingga saat ini pun, aku masih tidak mengerti banyak hal.
-Goodbye, Hyung
~~~
Namjoon sibuk memperhatikan tumpukan dokumen penting di hadapannya. Tangannya tak berhenti menulis di atas kertas-kertas itu.
Tak berapa lama, ia meletakkan pulpen di tangannya. Dipijatnya kepalanya yang pening karena terlalu keras berpikir.
Rasanya pusing. Ia merasa lelah.
"Kalau aku berhenti sekarang, pekerjaan ini tidak akan selesai sampai Jungkook pulang. Aku tidak ingin sibuk dengan pekerjaanku dan mengabaikan Jungkook," pikirnya. Diraihnya pulpen yang sempat ia lepas, lalu dilanjutkannya lagi pekerjaannya semula.
Beberapa saat berlalu. Kelihatannya sebentar lagi Jungkook akan pulang. Tumpukan urusan perusahaan akhirnya berakhir. Rasa penat itu tidak hilang, malah bertambah parah.
Namjoon meletakkan kertas-kertas putih itu di nakas tempat tidurnya.
Ia memejamkan matanya sejenak, membiarkan kegelapan yang menjadi pemandangannya. Rasa pusing itu tak kunjung reda. Ia merasakan sekelilingnya berputar dan kepalanya nyeri. Disandarkannya kepalanya pada bantal yang empuk, berusaha meredakan perasaan itu. Matanya mengernyit, jelas terlihat menahan sakit.
"Namjoon-hyung!" seru suara yang familiar.
Namjoon membuka matanya, wajah lesunya berubah cerah saat mendengar suara Jungkook yang sudah pulang.
Terdengar langkah kaki tergesa-gesa menaiki tangga. Seperti... dua orang?
Jungkook muncul dari celah pintu kamarnya yang agak terbuka. Taehyung juga ada di sana.
"Hyung! Bagaimana keadaanmu?" tanya Taehyung langsung. Suara lantangnya tak berubah. Terasa agak menyakitkan di telinga Namjoon sekarang.
Namjoon meringis. "Pelankan suaramu. Hobimu selalu berteriak," komentar Namjoon.
"Ne, mian," balas Taehyung cepat. Cengiran kotaknya juga masih tetap ada.
"Hyung, kau merasa baikan?" tanya Jungkook yang sudah duduk di pinggir tempat tidur.
"Begitulah. Bagaimana di sekolah?" Namjoon bertanya balik. Tentu saja ia tidak ingin Jungkook dan Taehyung tahu ia merasa letih. Mereka baru saja datang ke sini. Taehyung juga pasti ingin menjenguk dirinya. Tak mungkin ia istirahat sekarang.
"Hyung, ternyata teman-teman di kelas tidak pernah mendekatiku karena Jinra," jawab Jungkook.
"Maksudmu?"
"Mereka takut berurusan dengan Jinra dan aku sering ditindas olehnya. Karena Jinra sudah tidak ada di sekolah kita, mereka akhirnya berbicara padaku," jelas Jungkook dengan senyum.
Namjoon tertawa kecil. Wajah Jungkook yang bahagia terlihat menggemaskan. Sama seperti wajah polos seorang anak yang baru membuat teman baru.
"Hyung, apakah hyung akan sekolah besok?" tanya Taehyung yang dari tadi memperhatikan wajah Namjoon yang masih agak pucat.
Namjoon menoleh ke arah Taehyung, bersamaan dengan Jungkook.
"Tidak boleh! Hyung harus istirahat di rumah sampai sembuh total," tegas Jungkook memotong Namjoon yang barusan ingin menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Hyung
FanfictionJika seorang kakak yang kehilangan adiknya bertemu dengan adik yang kehilangan kakaknya, apakah mereka bisa saling melengkapi? Namjoon dan Jungkook yang sama, tetapi juga berbeda di saat yang bersamaan. Masing-masing hidup dalam ratapan penyesalanny...