Tak terasa setelah beberapa hari berlalu dengan gembira, mereka tiba pada malam terakhir liburan bersama. Api unggun kembali dinyalakan. Makan malam bersama yang terakhir terasa begitu lambat.
Lidah api yang kembali menari-nari terpantul jelas dari manik hitam Jungkook yang duduk diam memperhatikannya. Seperti film, kejadian-kejadian beberapa hari terakhir terputar jelas di kepalanya. Berlatar api, bermusik angin, Jungkook menikmati tiap memori itu.
Ia akan merindukan hari-hari itu, momen-momen itu ketika ia bisa tertawa lepas dan merasa bebas bersama dengan orang yang ia sayangi.
Obrolan kecil terdengar samar di sekitarnya. Semuanya menikmati saat-saat terakhir ini, acara terakhir yang begitu tenang ini.
Malam ini, di mana angin berhembus lebih dingin daripada biasanya.
Malam ini, di mana dewi malam bersembunyi malu di balik gaun awan hitamnya, enggan menampakkan cahaya lembutnya pada bumi.
Malam ini, di mana para pasukan bintang sang dewi malam ikut menutup diri, tak menghias langit bagai pernak-pernik.
Gemuruh pelan dari kejauhan terdengar tegas dan garang, mengumumkan datangnya hujan besar yang buas.
Sebuah jaket hangat tersampir pada pundak Jungkook, membuat pemuda itu tersentak kaget dan reflek menoleh ke belakang.
"Kenapa kau tidak mengenakan baju hangat, hm?" tanya Namjoon santai dan mengambil tempat duduk di sebelah Jungkook.
"Mian, hyung, aku lupa," kekeh Jungkook. Ia ingat ia meninggalkan jaketnya di atas tempat tidur kamar.
"Sepertinya sebentar lagi akan hujan besar. Untung tidak ada lagi acara di luar dan kita bisa tidur cepat malam ini. Istirahat yang cukup, Kookie. Besok kita akan berangkat pulang," ucap Namjoon.
Jungkook menguap.
"Sepertinya kau memang akan tidur segera setelah kau masuk ke kamar, jadi aku tak perlu khawatir," gumam Namjoon tersenyum.
Kedua pemuda itu terdiam menikmati suasana malam di ambang tangis langit, mendengarkan keluh kesah sang guntur. Bersamaan dengan itu, lidah api tak berhenti menari-nari melawan hembusan angin.
Jungkook berkedip pelan, merasakan berat karena kantuk yang menumpuk.
Tubuhnya oleng, hampir terjatuh ke tanah jika saja Namjoon tidak menangkap Jungkook sebelum itu terjadi.
"Ya! Kau ingin tidur sekarang, eoh?" tawa Namjoon geli.
Jungkook terbangun, masih dengan mata sayunya yang dikunci buaian kantuk.
"Hyung~" rengek Jungkook manja.
Namjoon menahan gemasnya agar ia tak meremas pipi Jungkook saat itu. Ia memilih untuk menyandarkan kepala adiknya pada pahanya agar Jungkook bisa tidur dengan nyaman.
"Hanya sebentar, oke, Kook?" kata Namjoon yang hanya dibalas geraman imut pemuda kelincinya.
Namjoon menarik jaket yang ia berikan pada Jungkook hingga menutupi tubuh adiknya itu hingga pundak. Udara malam yang begitu dingin tak cocok sebagai tempat tidur, tetapi Jungkook terlihat tidak memedulikan itu. Tak apa jika hanya sebentar. Namjoon siap jika ia harus menggendong Jungkook ke kamar kelak.
Ia mengadah pada langit, membiarkan hembusan angin menerpa wajahnya.
Sebenarnya suasana yang mendung membuatnya terkagum. Kilatan cahaya sesekali menyala di balik bantal-bantal awan hitam disusul gelegar keras suaranya.
Duduk di bawah naungan langit dengan awan hitam membuatnya merasa kecil dan tak berdaya melawan gagahnya sang alam dalam menampilkan keajaibannya. Namun, melihat pada pemuda yang terlelap di dekatnya, ia merasa bisa menghadapi apapun untuk melindunginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/84898758-288-k155378.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Hyung
FanfictionJika seorang kakak yang kehilangan adiknya bertemu dengan adik yang kehilangan kakaknya, apakah mereka bisa saling melengkapi? Namjoon dan Jungkook yang sama, tetapi juga berbeda di saat yang bersamaan. Masing-masing hidup dalam ratapan penyesalanny...