Api besar yang menyelimuti bangunan yang menghitam, melawan pasukan air yang menghujam bumi bagai penyelamat. Sementara itu, orang-orang yang berada di tempat itu hanya bisa menyaksikan dalam tangis dan pasrah. Rintikan hujan membasahi setiap dari mereka, seakan-akan menenangkan mereka dari bencana panas yang hampir merenggut nyawa mereka.
Taehyung menutup mulutnya dengan tangan, menahan rasa syok yang semakin besar tiap detiknya seiring benaknya menyadari apa yang barusan terjadi. Ia memalingkan wajahnya dari api itu.
"K-kookie..." ia berusaha memanggil pemuda di sebelahnya, yang terlihat hanya berdiri diam. Itu yang membuat Taehyung semakin khawatir.
Taehyung mengulurkan tangannya, menyentuh ujung pundak Jungkook yang masih terikat dalam diam. Saat itu juga, ia sadar bahwa pundak pemuda itu bergetar.
"Tae... Tae-hyung... Namjoon-hyung tadi... sudah turun, kan?" tanya Jungkook dengan lirih. Matanya berlinang, tanda ia sudah tahu kebenarannya. Tetapi saat ini, kebohongan terasa lebih nyaman daripada kebenaran.
"Kookie... maafkan aku..." jawab Taehyung. Ia tidak ingin membalas pertanyaan itu dengan kebohongan.
Air mata Jungkook turun semakin deras, bergabung dengan hujan yang jatuh ke wajahnya. Seluruh pikirannya memilih untuk menolak itu.
"A-ani... Namjoon-hyung pasti sudah turun, tapi kau tidak melihatnya. Dia pasti di sekitar sini," kata Jungkook dengan suara tercekik, memaksa senyum yang merobek realita. Jungkook berjalan maju, ke arah rumah itu yang masih dilalap api.
"Hyung... kau di mana?" panggil Jungkook tanpa jawaban.
Orang-orang di sana ikut melihat ke arahnya, tahu benar apa yang pemuda kelinci itu cari. Mereka semua terbungkam, tak berani menjawab karena tragedi besar tengah terbuka di hadapan mereka. Tragedi besar di mana seorang kakak memberikan janji palsu kepada sang adik dan meninggalkannya sendirian di dunia ini.
Taehyung menarik Jungkook, yang merubah langkahnya menjadi lebih cepat dan mengarah ke rumah itu. Ia mendekap Jungkook, begitu erat hingga Jungkook tak dapat melawan. Ia tidak bisa lagi menyusul kakaknya di dalam sana, meskipun ia benar-benar ingin melakukan itu.
Di sana, tangisnya pecah meski dari belah bibirnya masih keluar rentetan kata berisi harapan palsu.
"Namjoon-hyung tidak akan meninggalkanku, jadi dia pasti masih hidup,"
"Tae-hyung, kapan Namjoon-hyung datang?"
"Tae-hyung, lepaskan aku..."
Hingga pada akhirnya Jungkook kembali ke kenyataan, tertinggal terisak di tengah hujan dalam pelukan erat. Pada akhirnya, ia harus menelan pil pahit itu, merasakan tiap cambukan keras yang diberikan takdir padanya.
"Kookie... Namjoon-hyung... tidak sempat melompat keluar..." ucap Taehyung sesak. Ia sendiri tidak bisa menahan beban berat itu. Karena Namjoon, ia bisa menikmati semua ini. Karena Namjoon, hidupnya terselamatkan. Karena orang yang begitu baik itu, ia bisa bertemu dengan Jungkook.
Tetapi tanpanya, Taehyung merasakan betapa pilu dan hampanya hidupnya yang sebenarnya. Taehyung menahan rasa itu, ia tidak ingin mengeluarkan semua itu di depan Jungkook.
Jika ia sendiri merasakan begitu, bagaimana Jungkook yang adalah tujuan hidup Namjoon? Taehyung tidak dapat membayangkan betapa sedihnya Jungkook sekarang ini.
"Hyung... aku tidak sempat mengatakan terima kasih padanya..." isak Jungkook.
Jungkook tak dapat membayangkan hidupnya mulai kini adalah tanpa kakak yang ia sayangi. Ia akan berjalan sendirian, hidup dalam rumah penuh kenangan yang menyakitkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Hyung
FanfictionJika seorang kakak yang kehilangan adiknya bertemu dengan adik yang kehilangan kakaknya, apakah mereka bisa saling melengkapi? Namjoon dan Jungkook yang sama, tetapi juga berbeda di saat yang bersamaan. Masing-masing hidup dalam ratapan penyesalanny...