Musik berakhir. Namun setelah itu pun, tidak ada yang bersuara. Semua mata tertuju pada pemuda yang berdiri di depan api unggun yang masih berkobar dalam diam.
Jungkook membuka matanya perlahan. Ia bertanya-tanya mengapa tak seorangpun bersuara. Ia berubah gugup, takut jika ia telah mempermalukan dirinya sendiri di depan semua peserta. Begitu ia menatap para peserta acara yang masih terperangkap dalam kekaguman, mereka semua bersorak keras. Tepuk tangan meriah memenuhi pendengarannya.
Jungkook tersipu. Ia kembali melihat ke arah Namjoon. Kakaknya sedang bertepuk tangan, wajahnya terlihat bangga dan gembira. Jungkook tersenyum pada kakaknya, mewakili kata-katanya, "Hyung, ini laguku untukmu!". Namjoon tidak perlu mendengar hal itu langsung dari mulut Jungkook untuk mengetahui semua maksud Jungkook secara sempurna. Jungkook terlalu mudah untuk ia baca.
"Oke, semuanya, Jungkook telah menampilkan performa yang tidak terduga, bukan?" seru panitia acara itu sehabis puas terkesan. Peserta bersorak makin ricuh, menyetujui seratus persen atas apa yang telah dikatakan siswi itu.
"Hari sudah semakin malam dan acara api unggun kita sudah selesai! Dengan ini, kita akan menutup acara pertama di liburan ini. Semuanya, besok kita akan berkumpul di sini pukul delapan pagi untuk mengunjungi air terjun. Pastikan tidak ada yang terlambat, oke?" lanjut panitia acara masih dengan nada bersemangatnya.
Acara berakhir dengan peserta yang puas. Jungkook dihampiri oleh beberapa siswa dan siswi yang mengaku sangat menyukai penampilannya yang tidak diduga. Jungkook hanya tersenyum malu, tidak tahu pasti reaksi apa yang harus ia berikan. Ia hanya mengatakan terima kasih berkali-kali dengan banyaknya pujian yang dilontarkan padanya.
Jungkook berjalan untuk pergi ke kamarnya ketika Taehyung merangkulnya dari belakang, mengejutkan Jungkook.
"Kookie! Kau keren!" jerit Taehyung girang. Bahkan ketika hari sudah larut, keceriaan seorang Taehyung tidak pudar.
Jungkook tertawa kala tangan jahil Taehyung menggelitiki Jungkook dengan gemas.
Namjoon menghampirinya juga. Jungkook berhenti tertawa dan menatap kakaknya dengan mata yang masih memancarkan senyum. Namjoon mengusap kepala Jungkook, mencubit pipi pemuda kelinci itu.
"Suaramu bagus, Kookie," komentar Namjoon sederhana. Sederhana, tapi nyatanya Namjoon hanya dapat mengatakan itu karena sungguh-sungguh bangga padanya.
Tiga insan itu pergi ke kamar mereka.
Taehyung menguap lebar begitu ia sampai di atas tempat tidur. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Hoseok secara langsung. Pembicaraannya di telepon berlangsung lebih lama karena ia terus menceritakan hal-hal yang telah terjadi pada orang di seberang sambungan telepon. Tak lupa ia berkoar-koar tentang hal paling berkesan malam itu, ketika Jungkook menyanyi di depan peserta acara.
Sementara itu, Jungkook duduk di tempat tidur yang berbeda, menatap layar ponselnya sendiri. Grup obrolan teman-temannya dipenuhi pujian yang ditujukan padanya. Ada pula yang mengirimkan pesan pribadi padanya untuk sekedar mengungkapkan kekagumannya. Namun, balon-balon obrolan muncul dengan tersendat-sendat karena sinyal gunung yang lagi-lagi mulai tak stabil. Sepertinya ponsel Taehyung tidak memiliki masalah dalam sambungan sinyal sejauh ini.
Namjoon duduk di samping Jungkook, telah berganti pakaian menjadi pakaian yang lebih nyaman. Ia merangkul adiknya, ikut memperhatikan layar ponsel Jungkook dan membaca kalimat-kalimat positif yang membanjiri media sosialnya.
"Kookie, kau tidak perlu malu lagi untuk berekspresi. Banyak orang yang menyukaimu. Lagipula, hyung ada di sampingmu," ucap Namjoon tiba-tiba. Jungkook menoleh, agak tidak paham. Kemudian ia ingat bahwa ia berusaha menolak ketika ia ditunjuk. Ya, detik itu ia merasa gugup dan takut. Tetapi sesampainya ia di depan, menjadi pusat perhatian banyak orang, ia menemukan tempatnya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Hyung
Hayran KurguJika seorang kakak yang kehilangan adiknya bertemu dengan adik yang kehilangan kakaknya, apakah mereka bisa saling melengkapi? Namjoon dan Jungkook yang sama, tetapi juga berbeda di saat yang bersamaan. Masing-masing hidup dalam ratapan penyesalanny...