Cahaya pagi mengalun lembut dari jendela kamar Kylen, seraya berusaha untuk membuat Kylen yang sedang duduk di pinggiran jendela tersenyum sedikit saja. Disebelah Kylen ada segelas air putih, semangkuk sup dan sepiring potongan buah-buahan yang tidak tersentuh. Enseasen Castle masih seperti dulu, megah. Taman Enseasen juga masih seperti dulu, rindang dan indah. Pagi ini juga seperti pagi-pagi yang sebelumnya, segar. Seakan-akan satu bulan yang lalu tidak ada peperangan disini. Seakan-akan tidak ada pergantian kekuasaan baru-baru ini. Seakan tidak ada korban jiwa. Seakan-akan keluaranya masih utuh. Seakan-akan dia masih bersama Aiden.
Sejak Kylen dibawa kembali ke sini dari gubuk itu, dia sudah melakukan percobaan melarikan diri berulang-ulang kali. Semua gagal, tentunya. Ternyata Keith memasang barier yang mencegah Kylen keluar dari Enseasen Castle. Kylen bisa kemana saja asalkan masih berada di dalam komplek Enseasen Castle. Begitu Kylen sadar betapa tidak berdayanya dia, dia memilih untuk mengurung dirinya sendiri di kamarnya.
Enseasen Castle memang besar, semua ada di istana ini. Perpustakaan raksasa, kandang kuda yang luas, taman yang besar dengan bunga-bunga indah, ruangan-ruangan nyaman. Bagi orang lain mungkin terkurung disini sama dengan surga, tapi tidak untuk Kylen.
Tidak begini.
Kylen memindahkan kakinya dan membiarkannya tergelantung keluar jendela, dia menaruh tumpuan tangannya di kanan dan kiri badannya dan berusaha melihat padang rumput yang berada di luar pagar Enseasen Castle. Disana teman-temannya berada. Disana Aiden-nya berada. Disana. Disanalah tempat dimana dia benar-benar ingin berada.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, Keith beserta beberapa maids masuk. Kylen menoleh dan mendapati Keith dengan wajah datarnya. Setelah menyuruh para maids untuk pergi meninggalkan mereka berdua, Keith segera mengambil kursi dan duduk di tempat dia bisa melihat Kylen. Tidak terlalu dekat tetapi juga tidak terlalu jauh.
Kemarahan langsung menguap di hati Kylen. Ini dia, orang yang membunuh orang-orang yang dia cintai. Ini dia, orang yang membuatnya menjadi penghianat.
Kylen menunggu Keith untuk mengatakan sesuatu, apa saja, tapi Keith tetap diam. Tetap hanya melihatinya saja.
*******
Kylen masih tetap memukau seperti dulu. Meskipun rambutnya dibiarkan terurai tidak disisir, mereka tetap berkilau indah. Cahaya pagi dari jendela mengelilinginya seperti gaun emas dan mahkota. Badan mungilnya dibalut kain putih tipis. Dengan rambutnya yang bertebaran ditiup angin, Kylen seolah seperti peri. Peri-nya. Kylen-nya.
Keith lalu menoleh ke samping Kylen. Ah, dia tidak makan lagi. Keith sudah mendapat laporan dari para maids bahwa Kylen menolak untuk makan apapun. Sesuatu yang dia sudah duga. Pantas saja dia bertambah mungil seperti ini.
"Kau menolak makan lagi? Bagaimana mungkin kau bisa menembus barierku kalau tenaga saja kau kekurangan?"
"Pergi kau." Jawabnya, mengeram.
Meskipun nada Kylen meninggalkan kesan tidak enak di hati Keith, dia sudah terbiasa.
Saat menyadari bahwa Keith tidak menjawabnya, Kylen melanjutkan, "Pergi kau atau aku lompat dari jendela ini."
"Coba saja lompat. Kau tau sendiri, dengan queraku, aku akan menangkapmu dari bawah."
Saat itu juga Kylen menoleh dan menatapnya tajam.
"Pasukanku sudah menemukan tempat persembunyian teman-teman'mu itu. Dengan satu serangan saja aku bisa menumpas mereka semua." Kata Keith dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masquerade: The Lost Princess
Fantasy"This is a story about once upon a time, when magic still lays." Audrey sebenarnya adalah Kylen, putri Enseasen yang hilang. Dia tidak tau itu, dia disembunyikan oleh Siska. Hari demi hari berlanjut dan petualangannya semakin bertambah. Terjebak ol...