Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Namun, SMA Adiyaksa masih sangat ramai. Berhubung besok hari Sabtu, kebanyakan murid tetap tinggal untuk membuat rencana akan kemana mereka esok hari bersama teman-teman.
Begitupun Natasha. Ia ingin mengajak Queen, Bella, dan Daina untuk berbelanja besok. Natasha ingin membeli sepatu baru karena selepas insiden sepatunya yang nyasar itu, koleksi sepatunya berkurang satu. Namun, Bella beralasan ingin kencan dengan David dan Queen juga ingin pergi dengan ibunya. Jadi acara shopping mereka terpaksa dibatalkan. Jika hanya pergi berdua, tidak akan seru. Begitu kata Daina ketika Natasha mengajaknya.
Akhirnya, dengan wajah bete, Natasha mencari Reyhan. Ia teringat bahwa sepatu Reyhan masih ia pakai. Tidak mungkin kan Reyhan pulang dengan bertelanjang kaki. Meskipun Natasha yakin bahwa ketampanan sahabatnya tidak akan luntur hanya karena itu.
Baru Natasha ingin mencari Reyhan ke kantin, cowok itu sudah lebih dulu menemuinya. Dan dugaan Natasha tentang Reyhan yang bertelanjang kaki benar. Natasha meringis membayangkan Reyhan yang berjalan tanpa alas kaki dari kantin.
"Ayo pulang, Sya," ucap Reyhan ketika sudah sampai di hadapan Natasha.
Natasha memegang lengan Reyhan, lalu menatapnya. "Rey, lo dari kantin nyeker?"
Melihat raut khawatir Natasha, Reyhan terkekeh. "Apa sih, Sya. Lebay banget."
"Bukan gitu, Rey. Tapi nanti kalo kaki lo kenapa-napa gimana? Kan gara-gara gue lo jadi nggak pake sepatu." Natasha menatap Reyhan. "Lagian bukan dipake kaos kakinya."
Perhatian Natasha memang terkadang berlebihan terhadap orang-orang terdekatnya.
"I'm okay, Sya. Remember, i'm your superman." Reyhan jadi teringat masa lalunya. Masa-masa dimana ia bermain bersama Natasha. Ia menjadi superman yang selalu menolong Natasha kapan pun.
Sampai sekarang pun masih begitu.
"Oke, gini aja deh. Lo pake sepatu punya lo. Nah, gue lo gendong. Gimana?"
"Nggak, ah. Lo berat," canda Reyhan.
Mendengar candaan Reyhan, Natasha memerhatikan badannya. "Gue gendutan, ya, Rey?"
"Gue bercanda, Sya. Badan lo kayak lidi gitu juga, nggak mungkin berat lah. Makanya gue suka mikir kalo cacing-cacing di perut lo pasti kurus banget, ya?" Reyhan mengacak-acak rambut Natasha. "Makanya, jangan diet mulu. Lo nggak bakalan sehat kalo makan dikit terus."
Setelah mengatakan itu, Reyhan memakai sepatunya yang tadi sudah dilepas Natasha lalu berjongkok di depan Natasha. "Ready to go?"
Sambil tersenyum Natasha mengalungkan lengannya di leher Reyhan."Let's go!"
Dan mereka tertawa.
Natasha melirik Reyhan. Wajahnya yang sangat dekat dengan cowok itu membuatnya menyadari betapa tampannya sahabatnya itu.
Rambut hitam Reyhan yang disisir rapi ke samping selalu tampak keren di matanya. Bola mata yang berwarna cokelat bening membuat teduh siapa saja yang tenggelam di dalamnya. Belum lagi hidung mancung dan bibir tebalnya sangat cocok dengan kulitnya yang putih untuk ukuran seorang cowok.
Dan yang paling penting cowok itu selalu ada untuknya.
"Jangan lama-lama ngeliatinnya, nanti suka." Natasha hampir saja jatuh dari gendongan Reyhan kalau cowok itu tidak menahannya.
"Apaan sih, Rey?" Natasha semakin mengeratkan pegangannya pada Reyhan. "Ngagetin tau nggak."
Reyhan melirik Natasha sedetik, lalu fokus kembali dengan jalanan. "Lagian ngeliatinnya gitu banget. Gue tau gue ganteng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sideness
Teen Fiction(Completed) Setiap cerita pasti memiliki peran antagonis. Ketika dua anak manusia sedang menjalin hubungan, pasti ada perusaknya. Kesal? Ya, kita pasti membenci perusak itu. Ketika kita sedang menikmati suatu kisah cinta, kenapa si perusak itu harus...