Dua Puluh Enam

1.1K 113 53
                                    

Reyhan berjalan keluar mobilnya dengan tergesa. Ia masuk ke rumahnya dengan sedikit berlari, tidak peduli pembantu dan satpamnya yang memandangnya heran. Ia hanya ingin cepat-cepat mengetahui di mana Mami Natasha dirawat agar ia bisa menemani sahabatnya itu.

Reyhan segera menghampiri Mamanya dan Rethan yang sedang mengobrol di ruang keluarga. Sambil mengatur napasnya yang memburu karena sedikit berlari, ditatapnya mama dan abangnya itu. Namun, ia tidak bersuara selama beberapa menit. Bingung apa yang harus ditanyakan kepada mama atau abangnya. Banyak sekali yang ingin ditanyakan kepada mereka.

Rethan dan Mamanya yang melihat tingkah Reyhan hanya saling menatap bingung. Ada apa dengan Reyhan?

“Han, ngapain sih?” tanya Flora, Mama Reyhan.

“Tau lo. Dateng-dateng langsung ngeliatin kayak gitu,” timpal Rethan.

Reyhan menghela napas lalu maju selangkah. Jadi ia harus tanya apa?

Melihat anaknya hanya diam saja, Flora kembali membuka suara. “Kamu mending duduk dulu deh, Han.”

“Kenapa nggak ada yang bilang kalo Tante Retta sakit ke Reyhan?”

Flora dan Rethan kembali saling tukar pandang.

“Ma, kenapa Mama nggak ngasih tau Reyhan sih? Kalo Mama ngasih tau Reyhan kan Reyhan bisa temenin Tas-,”

“Bukan kita yang nggak ngasih tau, lo yang nggak mau tau,” potong Rethan sambil bangkit dari duduknya. “Lo kemana aja baru dateng sekarang?”

Reyhan diam.

“Makanya, jadi orang jangan sibuk sama urusan sendiri. Sampe sahabat sendiri ditinggal pas lagi sedih-sedihnya.” Rethan menatap adiknya lalu mendengus. Adiknya itu yang salah. Kenapa ia malah menyalahkan orang lain? Andai saja Reyhan tidak sekeras kepala ini, tentu ia tidak akan baru tahu hari ini.

“Tante Retta dirawat di mana?”

“Lo kemana aja? Kemaren-kemaren lo pergi pagi pulang malem, pas mau dikasih tau malah bilang nggak usah bahas dia dan sekarang lo dateng nyalahin gue sama Mama?”

“Tante Retta dirawat di mana?”

Rethan tersenyum miring. “Lo tau nggak? Tasya sedih banget waktu denger Maminya sakit. Dia kayak orang frustasi dari kemaren. Dia butuh lo banget, tapi lo keman-,”

“TANTE RETTA DIRAWAT DI MANA?” Reyhan menarik kerah baju Rethan. Ia tidak bisa menahan emosinya. Ia tahu ia salah. Tapi sekarang bukan saatnya ia dimarahi. Ia harus menemani Natasha. Berada di sampingnya agar sahabatnya itu tidak terlalu sedih. Agar sahabatnya tahu bahwa ia masih punya sandaran untuk berbagi suka atau duka.

Flora bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Reyhan. Ia tidak ingin kedua anaknya malah bertengkar.

“Han, udah. Kamu duduk dulu. Minum dulu.” Flora mengelus pundak Reyhan.

Reyhan melepas pegangannya pada kerah Rethan lalu menghela napas. Sementara Rethan membetulkan bajunya sambil mendengus. “Makanya, jangan sok jagoan kalo jagain sahabatnya aja nggak bisa.”

“Rethan!” Flora memelototi Rethan. Sementara yang dipelototi hanya terkekeh.

Flora beralih ke Reyhan yang sedang menatapnya.

“Jadi Tante Retta di mana, Ma?”

“Di rumah sakit Citra Medika. Ruang Melati nomor 3.”

Begitu mengetahui tempat keberadaan Natasha dan Maminya, Reyhan kembali berjalan keluar rumah.

Flora hanya menggeleng melihat tingkah anaknya. Belum ada lima belas menit Reyhan pulang, tapi ia sudah pergi lagi. “Tuh, Than liat kelakuan adik kamu.”

SidenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang