Assyifa tidak tahu apa yang terjadi padanya. Yang jelas, sejak kemarin ketika Kevin mengantarnya pulang, ia terus saja memikirkan cowok itu. Bahkan kemarin jantung Assyifa berdetak lebih cepat dari biasanya saat melihat Kevin menatapnya sambil tersenyum di bawah sinar matahari sore. Saat itu Assyifa sadar bahwa Kevin lumayan tampan.
Tidak, tidak! Assyifa menggelengkan kepalanya. Masa iya, ia menyukai Kevin. Meskipun cowok itu sedikit tampan dan Assyifa baru menyadarinya, Assyifa tidak boleh menyukainya. Bagaimana masa depannya jika ia bersama cowok yang kerjaannya hanya makan, tidur, dan main saja itu?
Assyifa menoleh ke sampingnya. Hanya terdapat kursi kosong di sana. Andita tidak masuk dikarenakan sakit sehabis hujan-hujanan bersama Xavi kemarin. Bagaimana Assyifa tahu? Kemarin malam Andita mengirimkan pesan singkat agar Assyifa menyampaikan bahwa Andita sakit ke sekertaris kelasnya.
Kadang, Assyifa tidak mengerti dengan tingkah sahabatnya itu. Jika sudah bersama pacarnya, ia akan melakukan hal-hal gila yang menurut Assyifa aneh. Bahkan walaupun hanya melakukan sesuatu yang sudah biasa ada di film-film yang sering Assyifa tonton berdua dengan Andita, sahabatnya itu akan berteriak histeris waktu menceritakannya.
Apakah begitu rasanya jika sudah bersama orang yang disuka? Ya, Assyifa pernah suka dengan seseorang sih. Tapi perasaan, tidak sampai segitunya.
"Syif, ayo."
Lamunan Assyifa terbuyar. Ia berkedip dua kali sebelum menoleh ke samping kanannya, sumber suara. "Eh, Reyhan. Sejak kapan lo di sini?"
Cowok itu mengulum senyumnya. "Sejak negara api menyerang."
"Ih elo mah." Assyifa memukul lengan Reyhan. "Ayo ke mana sih?"
"Ke penghulu."
Assyifa melotot. Ternyata tidak Kevin, tidak Reyhan, senang sekali menggodanya. Dasar teman.
"Kantin, ayo."
Assyifa bangkit dari duduknya dan berjalan beriringan dengan Reyhan.
***
Assyifa risi. Masa, ia duduk bersama dengan orang-orang kalangan populer di sekolah yang paling dihindarinya itu. Bukan apa-apa, masalahnya di sini hanya ia saja yang tidak populer. Belum lagi ada Natasha yang sedang bergelayut manja di lengan Kevin. Entah mengapa membuat Assyifa tambah risi.
"Sya, rambut baru, ya?" tanya Fero.
Bukannya Natasha malah David yang menjawab. "Heh, rambutnya Tasya nggak bisa dicopot pasang. Yang baru itu warnanya, bukan rambutnya."
"Lo ganti nama jadi Sya? Orang gue nanya Tasya, bukan elo."
Bella memutar bola matanya. "Udah kenapa, By. Nggak usah mulai."
"Mulai apa sih? Aku nggak ngapa-ngapain." David menunjuk Fero. "Dianya aja yang sensi."
"Lo berdua kagak pernah akur dah. Bingung gue kenapa bisa temenan." Aldi geleng-geleng kepala. Sedangkan yang lain terkekeh.
Ketika yang lain sibuk berdebat, Natasha hanya memperhatikan sambil menyenderkan kepalanya di bahu Kevin. meskipun raut muka Kevin tidak enak dilihat, tapi ia tidak menolak. Hal ini membuat Assyifa merasa ada yang mengganjal di hatinya.
"Syif, kenapa sih?" bisik Reyhan ketika melihat Assyifa yang memandang lurus ke arah... Kevin?
Reyhan merasa ada yang tidak beres di sini. Masalahnya, wajah Assyifa terlihat kesal melihat Kevin yang disandari Natasha.
"Nggak apa-apa, Rey. Balik aja yuk."
Oh, Reyhan mengerti.
"Kan belum bel. Di sini dulu aja, ya? Nggak enak sama yang lain," balas Reyhan masih dengan berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sideness
Teen Fiction(Completed) Setiap cerita pasti memiliki peran antagonis. Ketika dua anak manusia sedang menjalin hubungan, pasti ada perusaknya. Kesal? Ya, kita pasti membenci perusak itu. Ketika kita sedang menikmati suatu kisah cinta, kenapa si perusak itu harus...