Assyifa gusar. Sejak tadi tiba di sekolah, hampir semua anak berbisik-bisik begitu melihatnya. Dan sampai sekarang ia belum tahu penyebabnya. Bukankah Assyifa pernah bilang bahwa ia ingin hidup tenang-tenang saja?
Biasanya Andita selalu mengetahui gosip apa yang sedang booming di SMA Adiyaksa. Namun, sahabatnya itu belum datang. Padahal bel masuk sebentar lagi berbunyi. Mungkin, ia harus menanyakan hal ini kepada temannya yang lain.
"Rik, emang ada yang aneh sama gue, ya?" tanya Assyifa kepada temannya yang duduk di belakangnya, Rika.
Rika yang awalnya sedang bermain ponsel sambil memakan lolipop, mengangkat wajahnya. "Enggak sih. Biasa aja. Emang kenapa, Syif?"
"Ya... gue ngerasa aneh aja. Nggak tau cuma perasaan gue aja atau gimana, tapi gue ngerasa anak-anak sekolah ngomongin gue gitu."
"Oh, apa mungkin gara-gara kemarin?" gumam Rika. "Lo kemarin nggak ke kantin, ya?"
Assyifa menggeleng.
"Pantes. Kemarin tuh, ya, Kevin sama Reyhan berantem gitu deh main tonjok-tonjokan. Dan denger-denger, katanya gara-gara lo. Tapi gue juga nggak tau deh." Rika kembali mengemut lolipopnya.
Assyifa menahan napas. "Gara-gara gue... gimana maksudnya?"
"Ya gue nggak tau juga. Katanya sih gara-gara Reyhan nikung Kevin buat deketin lo." Rika mengangkat bahu. "Tapi nggak tau juga sih, ya. Gosipnya kesebar kayak gitu."
Bagus. Belum ada sehari, gosip yang belum tentu benar itu sudah menyebar dengan cepat.
Sepertinya Assyifa tidak akan keluar kelas karena hanya teman-teman sekelasnya yang tidak menatapnya aneh. Tapi, ia harus mengambil buku tulis Matematika yang dikumpulkan seminggu yang lalu. Jadi ia harus bagaimana?
"Rik, tolongin gue, ya? Lo yang ambil buku di ruang guru." Mungkin meminta Rika yang mengambilnya bukan ide buruk.
"Ogah. Yang disuruh kan elo."
Ternyata cewek penggemar lolipop itu tidak mau.
Mau tidak mau Assyifa yang harus ke ruang guru. Untung saja bel masuk sudah berbunyi. Jadi, sudah tidak banyak anak yang menghuni koridor dan Assyifa tidak begitu risi lagi.
Setelah mengucapkan salam, Assyifa masuk ke ruang guru dan mengambil tumpukkan buku di meja. Tidak banyak memang bukunya. Tapi lumayan berat untuk ukuran tubuh Assyifa yang kurus. Ia sampai harus berjalan pelan-pelan agar tidak ada buku-buku yang terjatuh.
"Gue bantu bawa sini." Sebuah suara di sampingnya membuat Assyifa menoleh. Mendapati Reyhan yang ada di sana membuat Assyifa merasa tak enak. Ia jadi teringat kata-kata Rika tadi.
"Syif?"
"Eh, iya."
Reyhan mengambil sebagian besar tumpukan buku-buku dari tangan Assyifa.
Karena takut salah bicara, Assyifa hanya diam selama perjalanan menuju kelasnya.
"Mau gue bawain ke dalem atau gimana nih?" tanya Reyhan setelah sampai di kelas Assyifa.
"Eh, nggak usah, Rey. Biar gue aja."
Reyhan tersenyum, lalu memberikan tumpukkan buku di tangannya ke Assyifa. "Sorry, ya."
"Sorry? Harusnya gue bilang makasih sama lo."
"Sorry, soal gosip itu."
Assyifa tergagap. "E-eh, enggak. Harusnya gue, gue yang minta maaf sama lo berdua. Gara-gara gue, kalian berantem."
"Bukan lo kok penyebabnya. Itu cowok emang butuh dikasih pelajaran. Biar nggak nyakitin cewek terus."
Assyifa mengangguk ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sideness
Teen Fiction(Completed) Setiap cerita pasti memiliki peran antagonis. Ketika dua anak manusia sedang menjalin hubungan, pasti ada perusaknya. Kesal? Ya, kita pasti membenci perusak itu. Ketika kita sedang menikmati suatu kisah cinta, kenapa si perusak itu harus...