Sembilan

1.2K 125 25
                                    

Natasha tidak berhenti menangis sejak lima menit yang lalu. Ia terus saja menangis sambil mencengkram baju yang Reyhan pakai.

Reyhan jadi bingung. Bagaimana caranya agar Natasha berhenti menangis. Karena sungguh, Reyhan benar-benar tahu bagaimana perasaan sahabatnya. Dari dulu Natasha selalu menahan rasa sakitnya karena Kevin sampai hari ini. Cewek itu tidak sanggup lagi.

"Sya, udah. Jangan nangis lagi, ya?" Reyhan mengusap kepala Natasha sambil tetap mengeratkan pelukannya.

Bukannya menghentikan tangisannya, Natasha malah semakin terisak.

"Lo kalo nangis jadi jelek."

Lagi. Natasha tetap tidak menghentikan tangisannya.

"Sya, Kevin itu nggak pantes lo tangisin." Reyhan merenggangkan pelukannya. "Tatap mata gue."

Natasha mengangkat wajahnya yang semula menunduk. Namun, tangisannya tidak berhenti.

Melihat mata berair Natasha malah membuat Reyhan semakin menjadi. "Udah, jangan nangis lagi. Gue bakal ngabulin apa aja yang lo minta asal lo berenti nangis."

"Be-beneran?" tanya Natasha dengan suara seraknya.

"Iya. Lo mau apa? Pergi ke salon? Shopping? Atau mau es krim? Gue beliin deh." Reyhan menghapus air mata Natasha.

"Ka-kalo gue minta lo bu-buat deketin Assyifa, lo mau?" Natasha tidak yakin dengan jawaban Reyhan. Pasalnya, waktu ia menanyakan hal yang sama pada hari itu, Reyhan tidak menjawab pertanyaannya dan malah kembali melajukan mobilnya.

Ada jeda beberapa detik sebelum Reyhan menjawab, "Tapi lo berhenti nangis, ya?"

Natasha tidak percaya dengan apa yang Reyhan ucapkan. Meskipun cowok itu tidak mengatakannya secara langsung, Natasha tahu bahwa Reyhan akan melakukan permintaannya. Dengan begitu, Natasha menganggukan kepalanya sambil menghapus air mata di pipinya.

"Nah, sekarang senyum dong."

Natasha tidak menghiraukan ucapan Reyhan. Ia tetap saja cemberut dan terisak. Meski tangisannya sudah berhenti.

"Kok malah nangis lagi?" tanya Reyhan sambil merapikan rambut Natasha yang acak-acakan.

"Bu-bukannya nangis lagi. Ta-tapi nggak bisa berhenti."

Reyhan menatap mata Natasha. Dan benar, cewek itu sudah tidak mengeluarkan air mata lagi. Ia baru ingat jika kebiasaan Natasha dari kecil jika sudah menangis, akan tersedu dan susah untuk diberhentikan walaupun tangisannya sudah berhenti.

"Makanya, nangisnya jangan lama-lama." Reyhan terdiam sebentar. "Eh, iya. Gue lupa, gue ninggalin temen-temen gue di dalem. Nanti kalo mereka ditinggalin lama, rumah bisa abis. Kan lo tau sendiri mereka tukang berantakin barang."

Natasha memukul lengan Reyhan. "Lagian u-udah tau mereka begitu, pa-pake ditinggalin segala."

"Abisnya lo main lari aja tadi, kan gue takutnya lo bunuh diri."

"Yeee gu-gue nggak selebay itu kali."

"Yaudah yuk, gue anter lo ke kamar."

Natasha mengulurkan tangannya. "Gendong."

"Manja banget sih." Walaupun begitu, Reyhan tetap berjongkok di depan Natasha.

Natasha naik ke gendongan Reyhan, lalu meneggelamkan wajahnya ke punggung cowok itu. "Kan capek abis nangis."

Reyhan mulai melangkahkan kakinya ke dalam rumah. "Siapa suruh nangis?"

"Bodo ah."

Ketika memasuki ruang keluarga tempat tangga menuju ke lantai atas berada, Reyhan menemukan teman-temannya. Fero dan Aldi sedang bermain PS. Sedangkan David, Wildan, dan Kevin sedang asyik dengan ponselnya.

SidenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang