Reyhan berkali-kali mencoba menghubungi ponsel Natasha. Namun, tidak ada jawaban. Ia tahu, Natasha masih marah kepada dirinya atas apa yang ia pun tidak mengerti. Pagi-pagi begini, Reyhan sudah dalam mood yang buruk.
Sambil meletakkan ponselnya di telinga kiri, Reyhan menatap rumah besar di sampingnya, rumah Natasha. Ia sudah menunggu sekitar 15 menit di sini. Namun, Natasha tidak kunjung keluar dari rumahnya. Apa cewek itu sudah berangkat duluan? Tapi biasanya kan Natasha berangkat bersamanya.
Bukannya Reyhan tidak mau masuk untuk memastikan. Ia hanya takut jika ia masuk, Natasha akan memakinya di depan orangtua Natasha. Bisa hilang kepercayaan orangtua Natasha yang memercayakan Natasha pada dirinya. Satpam rumah Natasha juga tidak terlihat batang hidungnya. Kemana sebenarnya orang-orang yang ada di rumah ini?
Jari tangan Reyhan mengetuk-ngetuk stir mobilnya. Tidak mungkin Natasha belum pergi ke sekolah. Hari sudah cukup siang. Melihat satpam rumah Natasha juga tidak ada Reyhan yakin bahwa Natasha pergi ke sekolah dengan satpam sekaligus supirnya kalau sedang dibutuhkan itu.
Cukup. Reyhan memutuskan berhenti menunggu. Mungkin masih ada orang lain yang bisa ia ajak pergi sekolah bersama.
Reyhan menggulir layar ponselnya. Matanya memerhatikan daftar kontaknya. Melihat ada nama yang menarik perhatiannya, Reyhan menekan tombol hijau. Belum lima detik, seseorang di seberang sana mengangkat panggilannya.
"Halo, Syif.... Lo udah berangkat?... Gue jemput lo."
Setelah mematikkan sambungan, Reyhan melajukan mobilnya menuju rumah Assyifa.
***
"Hun, kamu nggak sekolah?" Suara itu membuat Natasha yang sedang bergelung nyaman di tempat tidur sontak membuka matanya. Seketika cahaya matahari yang menembus gorden kamar menusuk matanya. Natasha langsung berlari menuju kamar mandi setelah melihat jam di atas nakas yang menunjuk ke angka 7.
Setelah mandi bebek dan memakai seragamnya, Natasha turun ke bawah dan mendapati Mami dan Papinya masih memakai baju tidur sedang menonton televisi.
"Mami, kok nggak bangunin aku sih?"
"Loh, daritadi Mami bangunin kamu. Kamunya aja yang kalo tidur kayak batu. Nggak bangun-bangun."
Natasha mendengus. "Ih, kenapa Mami nggak masuk ke kamar aku aja sih? Tarik atau siram aja gitu."
"Kan kamar kamu kunci. Gimana sih?"
Masa iya Maminya membangunkannya daritadi? Kenapa Natasha baru bangun sekarang? Apa karena kelelahan makanya ia tidak mendengar apa-apa?
"Tadi Rey ke sini nggak, Mi?" tanya Natasha.
"Nggak ada tuh. Daritadi Mami nggak ngeliat Reyhan deh."
Natasha berpikir. Apa Reyhan sedang dalam perjalanan? Atau sudah jalan duluan? Tapi biasanya kan Reyhan tetap datang untuk menjemput Natasha meskipun mereka sedang bertengkar.
Mungkin Rey belum jalan kali, ya.
"Pi, anter aku yuk." Natasha menatap Papinya yang sedang duduk santai di sofa sambil menonton berita di televisi. Mentang-mentang pemilik perusahaan, Papinya malah asyik-asyikan bolos kerja.
"Kamu nggak sama Reyhan memangnya?"
Sambil menatap jam tangan yang sempat-sempatnya ia pakai, Natasha menjawab. "Lama. Udah jam segini, Pi."
"Kamu datang pas mau pulang juga tidak apa-apa kan?"
"Papi," sungut Natasha.
"Iya-iya. Papi ganti baju dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sideness
Teen Fiction(Completed) Setiap cerita pasti memiliki peran antagonis. Ketika dua anak manusia sedang menjalin hubungan, pasti ada perusaknya. Kesal? Ya, kita pasti membenci perusak itu. Ketika kita sedang menikmati suatu kisah cinta, kenapa si perusak itu harus...