Kok sepi, ya wkwk.
***
Natasha terbangun ketika mendapat tepukan pada pipinya. Karena kaget, ia langsung merubah posisinya menjadi duduk walaupun seseorang sedang berada di depannya. Alhasil, keningnya terbentur dengan kepala orang itu dengan keras.
"Aduh," ringis Natasha sambil memegang keningnya. Tadinya, ia berniat memarahi siapapun orang yang membuat kepalanya terbentur. Tapi, ketika melihat siapa orang itu, ia langsung mengurungkan niatnya.
"Punya mata nggak sih lo?"
Ternyata orang itu adalah Kevin. Natasha baru ingat bahwa ia masih berada di apartemen cowok itu untuk menunggunya keluar sambil menonton televisi. Rupanya ia ketiduran.
Dengan refleks, Natasha melirik sekeliling apartemen Kevin. Mencari jam. Ia tidak ingat berapa lama ia tertidur. Ia tidak boleh pulang malam. Masalahnya saat ini ia sedang menumpang di rumah Reyhan.
Kesal karena ucapannya tidak dihiraukan Natasha, Kevin kembali membuka suara. "Punya kuping nggak sih lo?"
Natasha menoleh ke arah Kevin. "Jam berapa deh, Vin?"
Kevin tambah kesal pada Natasha. Yang benar saja ucapannya tidak direspon.
Natasha melirik ke arah tangan kirinya. Ia baru ingat bahwa ia sendiri memakai jam tangan. Mendapati jamnya menampilkan angka 20.11, Natasha kaget. Masa iya, ia tidur selama itu?
"Vin, ini beneran udah jam delapan?" Natasha menoleh ke arah Kevin. Terlihat cowok itu sudah bangkit dari duduknya dan beralih mengutip sampah-sampah yang berada di lantai. Ternyata Kevin membereskan sampahnya juga. Ia kira, Kevin tidak pernah membersihkan sampahnya sejak dulu mengingat betapa banyaknya sampah ketika pertama kali ia menginjakkan kaki di sini.
"Udah tau ngapain nanya," jawab Kevin sambil tetap memunguti sampah-sampah. "Lagian lo ngapain sih di rumah gue lama banget?"
"Apartemen, bukan rumah," ralat Natasha.
Tidak ada lagi jawaban dari Kevin. Ia telah selesai memasukkan sampah-sampah itu ke dalam kantung plastik. Tidak lama kemudian ponsel di sakunya bergetar tanda ada telepon yang masuk. Segera Kevin mengangkat panggilan itu dan menempelkan ponselnya ke telinga kanan.
"Halo."
"...."
Terlihat Kevin melirik Natasha sebentar sebelum menjawab, "Iya, ada. Kenapa?"
"...."
"Ck. Kenapa nggak lo aja sih?"
"...."
"Ya kan lo bisa-,"
"...."
"Oke oke."
Kevin memutuskan sambungan telepon, memasukkan ponselnya ke saku celana lalu menghampiri Natasha.
"Ayo, gue anter balik."
Natasha tidak percaya dengan pendengarannya saat ini. Benarkah, Kevin mau mengantarnya pulang?
"Kamu serius, Vin?" Ada binar senang di mata Natasha.
Yang ditanya tidak menjawab. Ia malah mengambil kunci motor di atas meja lalu berjalan ke arah pintu keluar.
"Buru. Mau gue tinggalin?"
Natasha langsung melompat dari kursi. Ia meringis, baru teringat lututnya masih sakit. Segera Natasha menyampirkan tasnya di bahu dan berjalan ke arah Kevin.
Selama perjalanan menuju parkiran tempat motor Kevin berada hanya keheningan yang terjadi. Sesekali Natasha melirik ke arah Kevin yang hanya memandang lurus jalanan di hadapannya. Seolah jalanan itu lebih menarik daripada dirinya. Bahkan Kevin berjalan dengan langkah yang besar, sehingga membuat Natasha berjalan di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sideness
Teen Fiction(Completed) Setiap cerita pasti memiliki peran antagonis. Ketika dua anak manusia sedang menjalin hubungan, pasti ada perusaknya. Kesal? Ya, kita pasti membenci perusak itu. Ketika kita sedang menikmati suatu kisah cinta, kenapa si perusak itu harus...