Dua Puluh Tujuh

1.2K 121 38
                                    

Natasha sedang duduk di samping Maminya ketika Reyhan datang. Ia baru saja kembali dari kamar Azva setengah jam yang lalu. Tadi Papinya menyusulnya ke kamar Azva dan memanggilnya untuk segera kembali ke kamar Maminya karena Papinya akan pulang sebentar. Alhasil, Natasha meninggalkan Azva padahal langit belum gelap.

Ketika pintu kamar inap Maminya terdengar dibuka oleh seseorang, Natasha menoleh ke arah suara dan mendapati Reyhan di sana. Bukan hanya Reyhan, matanya juga mendapati Kevin dan Assyifa yang berdiri di samping Reyhan.

Mungkin jika hanya Reyhan atau Kevin yang datang ia akan senang. Tapi, Assyifa? Untuk apa cewek itu datang ke sini? Apa cewek itu ingin menertawainya karena saat ini masalah tidak henti-hentinya datang kepadanya? Atau cewek itu ingin pamer karena bisa mengambil dua cowok yang Natasha sayangi sekaligus dan membuktikan kepada Natasha bahwa kedua cowok itu lebih memilih Assyifa dibanding Natasha?

Natasha geram. Ia bangkit dari samping Maminya ketika Reyhan, Kevin, dan Assyifa baru mencapai ambang pintu. Jadi mereka bertiga datang hanya untuk mengejeknya karena sudah tidak memiliki orang-orang di sampingnya? Natasha tidak akan membiarkan itu! ia tidak akan membiarkan ketiga orang itu menjatuhkannya!

“Mau ngapain lo semua?” tanya Natasha dengan nada sinis ketika sudah sampai di depan Reyhan yang berjalan paling depan.

Reyhan menatap Natasha. Sahabatnya itu benar-benar terlihat kacau. Tubuhnya lebih kurus dari yang terakhir ia lihat. Kantung matanya terlihat menghitam, dan penampilannya acak-acakan. Jangankan untuk memakai make up di wajahnya seperti biasa, ia saja tidak yakin kapan terakhir kali Natasha menyisir rambutnya.

“Sya, lo nggak apa-apa?” Reyhan maju selangkah. Tangannya akan menyentuh pipi Natasha sebelum Natasha menepisnya.

“Jangan sentuh gue!”

Reyhan tersentak. Sebegitu bencinya kah Natasha pada dirinya?

“Sya, gue-,”

“LO BERTIGA NGAPAIN DI SINI HAH?”

Melihat Natasha yang kalap, Assyifa maju selangkah. “Sya, kita di sini mau jenguk Mami lo.”

“Mau jenguk Mami gue?” Natasha tertawa sinis. “EMANG LO SIAPA?”

“Please, Sya, jangan kayak gini.”

Natasha berjalan mendekati Assyifa, tidak menghiraukan ucapan Reyhan. “BILANG AJA LO MAU NGETAWAIN GUE KAN? PUAS LO? PUAS NGAMBIL SEMUA ORANG YANG GUE PUNYA? PUAS LO NGELIAT GUE SENDIRIAN?”

Assyifa balas menatap Natasha lalu menggeleng. Ia tidak boleh membuat emosi Natasha makin besar. Ia harus meredakannya. “Enggak, Sya. Gue nggak maksud gitu. Gue cuma mau jenguk Mami lo.”

“LO SIAPA SAMPE MAU JENGUK MAMI GUE?"

“Gue yang ngajak dia ke sini. Gue ngajak semuanya buat ke sini supaya lo nggak ngerasa sendiri.”

Natasha beralih ke Reyhan yang berada di belakangnya. “Oh, bahkan lo masih belain dia?”

Bohong! Apa yang Reyhan katakan bohong! Ia mengajak mereka semua ke sini hanya untuk membuktikan bahwa mereka baik-baik saja tanpa dirinya. Tidak sepertinya yang merasa kesepian tanpa mereka.

Natasha merasakan matanya memanas. Hatinya sakit. Sahabat yang dulunya selalu ada bersamanya sudah berubah. Sahabat yang pernah berbagi ASI dengannya itu sudah tidak berada di pihaknya lagi. Kini, ia benar-benar sendirian.

“Nggak gitu.” Reyhan mendekati Natasha. Menundukkan wajahnya agar setara dengan cewek itu. “Gue sayang elo, gue nggak mau lo sendirian.”

Sekarang air matanya menetes. Ia sudah tidak peduli lagi dengan Assyifa yang akan tertawa melihat air matanya. Rasa sesak di dadanya sudah tidak bisa ditahannya lagi.

SidenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang