Dua Puluh Lima

1.2K 111 38
                                    

BRAK

Mendengar bantingan pintu yang dilakukan oleh Aldi, semua anak yang berada di kelas menatap ke arah Aldi yang saat ini berjalan ke arah Reyhan.

"Bangun lo, kita cari Tasya."

Reyhan yang tidak mengerti hanya mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Ngapain lo jadi tiba-tiba pedul-,"

"Elo yang tiba-tiba nggak peduli. Buruan, lama lo," Aldi membalikkan badannya dan menemukkan dua temannya yang lain di sana. "Lo berdua ngapain?"

Fero dan Wildan saling pandang. "Nggak tau. Lo tadi panik gitu, ya udah kita berdua ikutin," jawab Wildan.

"Kenapa sih, Di?" Sekarang gantian Fero yang membuka suara.

"Entar gue jelasin. Buruan ikut aja." Aldi melirik Reyhan yang masih duduk di bangkunya. "Han, buruan."

Aldi berjalan menuju parkiran. Ia mengambil motornya dan menaikinya.

"Lo mau cabut, Di? Kenapa nggak bilang-bilang dari tadi sih."

Fero juga akan mengambil motornya sebelum suara Reyhan mencegah.

"Tar dulu tar dulu," cegahnya. "Ini sebenernya ada apaan sih, Di? Kalo lo mau cabut ngapain ngajak-ngajak gue. Kan gue lag-,"

"Berisik lo Han. Tau nggak kenapa Tasya nggak masuk-masuk?" potong Aldi.

"Paling juga masih marah gara-gara waktu itu. Emang ngapain sih lo jadi nanyain dia?"

"Katanya lo sahabatnya. Mana buktinya? Maminya sakit aja lo nggak tau."

Reyhan tersentak kaget. "Hah? Tau darimana lo?"

"Sakit apaan dulu nih, Di, entar cuma sakit flu doang lagi."

"Tapi apa hubungannya sama Tasya coba?"

Aldi mendengus. Susah memang jika punya teman-teman yang suka bercanda. Sekalinya dalam situasi serius tetap saja dijadikan ajang candaan.

"Sakit hati." Sadar ucapannya ambigu dan teman-temannya susah serius, Aldi membetulkan. "Komplikasi hati. Makanya Tasya nggak masuk-masuk. Gila aja, disaat kayak gitu nggak ada yang nemenin dia."

Reyhan terdiam. Ia merasa menjadi sahabat yang sama sekali tidak berguna. Ternyata tindakannya yang ia kira akan membuat Natasha menjadi orang yang lebih baik malah membuat cewek itu harus menghadapi masalahnya sendirian, bukan dengannya. Kenapa bisa ia meninggalkan Natasha hanya karena masalah sepele?

"Diem kan lo," sinis Aldi. "Udahlah sekarang daripada lo nyeselin apa yang lo perbuat kemaren-kemaren mending kita cari Tasya. Dia butuh kita."

Reyhan tidak menjawab. Ia malah mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ponsel Natasha. Namun, beberapa kali pun ia mencoba, Natasha tetap tidak menjawabnya. Hanya suara operator yang ia dengar sebelum panggilan berakhir.

"Lo kira gue, David, sama anak-anak cewek nggak nyoba nelpon dia dulu? Percuma. Nggak bakal diangkat."

Reyhan berdecak lidah. Disimpannya kembali ponselnya ke saku celana. "Terus kita harus gimana?"

"Kita ke David sama anak-anak cewek dulu. Abis itu kita pikirin lagi gimana caranya."

"Ya udah, pake mobil gue aja." Reyhan mengeluarkan kunci mobil dari saku kanannya.

"Kita bawa kendaraan masing-masing aja. Jadi kalo mencar gampang entar." Aldi memakai helmnya.

"Kevin gimana, Di?" tanya Wildan yang belum beranjak dari tempatnya.

"Biarinin aja tuh anak. Lagi asyik pacaran, nggak usah diganggu." Aldi menstarter motornya. "Lo pada ikutin gue aja."

Fero, Wildan, dan Reyhan mengambil kendaraannya masing-masing. Lalu mengikuti motor Aldi yang melaju dengan kecepatan standar menuju tempat tujuan.

SidenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang