Natasha sedang berada di balkon kamar Reyhan ketika mobil Reyhan memasuki pekarangan rumah Reyhan. Dari sana, keluar Reyhan bersama Fero, Aldi, David, Wildan, dan juga Kevin.
Kemarin, sewaktu Reyhan berbelok ke arah rumah Natasha untuk mengantarnya pulang, Natasha baru memberi tahu Reyhan bahwa Mami dan Papinya pergi berlibur ke Yunani. Tanpa bertanya, Reyhan langsung memutar balikkan kemudi mobil menuju rumahnya.
Dan di sinilah Natasha. Berhubung Reyhan tadi pamit untuk berkumpul dengan teman-temannya sehabis menonton film bersama Natasha, maka itu ia tetap tinggal di kamar Reyhan sambil menunggu cowok itu pulang. Ia kira Reyhan akan berkumpul di suatu tempat bersama teman-temannya. Ternyata, mereka main di rumah Reyhan.
Maka itu, baru setengah jam Reyhan keluar rumah ia sudah kembali pulang. Mungkin Reyhan hanya menjemput teman-temannya itu di suatu tempat.
Natasha segera turun dari tempat duduknya lalu berlari ke kamar mandi dan melihat pantulan dirinya pada cermin yang berada di sana. Ia merapikan rambutnya dan membenarkan posisi bajunya. Setelah dirasa sudah cantik, ia turun ke lantai bawah untuk menghampiri Reyhan –Kevin maksudnya.
Sambil menuruni tangga pikiran Natasha melayang ke masa pertemuan pertamanya dengan Kevin. Waktu itu, Natasha masih kelas sepuluh. Ia sedang menginap di rumah Reyhan. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi dan Natasha baru keluar dari kamar tamu yang disediakan untuknya. Ketika menuruni tangga, semua teman-teman Reyhan yang kebetulan sedang main menatap ke arahnya dengan tatapan memuja. Tentu Natasha sudah biasa mendapatkan tatapan seperti itu. Namun, yang menarik perhatiannya adalah ada salah satu dari mereka yang tidak menatapnya seperti itu. Jangankan menatapnya, cowok itu hanya meliriknya sebentar lalu kembali fokus dengan ponsel yang ada di tangannya.
Mungkin sejak saat itu Natasha jatuh cinta.
Ditambah lagi dengan sikap dinginnya terhadap Natasha membuat Natasha makin penasaran dengannya.
Menginjak anak tangga terakhir Natasha mulai mengedarkan pandangannya. Biasanya mereka bermain di ruang keluarga dekat tangga. Tapi sekarang tidak ada satupun batang hidung yang terlihat.
Mungkin main di halaman kali, ya? Batin Natasha.
Natasha kembali melangkahkan kakinya menuju halaman. Belum sempat ia sampai ke halaman rumah Reyhan, Natasha sudah menemukan keberadaan Reyhan, Kevin, Fero, Aldi, Wildan, dan David. Ternyata mereka ada di ruang tamu.
Natasha tersenyum ketika melihat mereka. Reyhan, Kevin, Wildan, dan Aldi sedang sibuk dengan ponsel mereka. Sedangkan Fero dan David saling menoyor kepala.
"Heh, di mana-mana itu Messi lebih jago dari Ronaldo," kata David sambil menoyor kepala Fero.
"Jagoan Ronaldo lah. Udah jago, baik lagi. Tahun lalu aja dia ngasih donasi ke Palestine." Fero menoyor David balik.
"Ya lo nggak tau aja Messi kayak gimana. Siapa tau dia donasi juga. Cuma, karena dia baik hati dan tidak sombong, makanya dia nggak nunjukkin itu."
Fero memutar bola matanya. Menurutnya, Ronaldo sang idola adalah yang terbaik. "Ngeyel banget sih lo. Coba nih, ya, gue telepon Mesis dulu."
Mendengar nama idolanya dipelesetkan oleh Fero, David kembali menoyor kepala temannya itu.
"Mesis, mesis! Messi. S nya dua!"
Dan aksi toyor-menoyor berlanjut.
Natasha iri dengan persahabatan mereka. Walaupun mereka sering berdebat tentang hal-hal yang kecil seperti ini, tetapi mereka benar-benar terlihat seperti sahabat. Tidak seperti persahabatannya dengan Queen, Bella, dan Daina. Natasha tahu, jika mereka sebenarnya sudah tidak tahan dengan sikap egoisnya. Bahkan mereka sudah muak dengan sikap otoriternya pun Natasha tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sideness
Teen Fiction(Completed) Setiap cerita pasti memiliki peran antagonis. Ketika dua anak manusia sedang menjalin hubungan, pasti ada perusaknya. Kesal? Ya, kita pasti membenci perusak itu. Ketika kita sedang menikmati suatu kisah cinta, kenapa si perusak itu harus...