ephemeral ; lasting for a very short time
~~~
Year 2014, remember?
You asked for a brief handshake that I rejected
Who knows that a rejected handshake would lead to such friendship
It was all laughter, joys, and happiness
Until one falls in love.
-NL, (Year 2014, remember?)
SIERRA
"Ra, kata Bu Elaine dia mau minjem ulangan eko lo yang dapet 100 itu," Kieran-ketua kelas bule X8 memberi penekanan tidak penting saat menyebutkan nilai ulangan Perilaku Produsen dan Konsumenku yang baru saja dibagikan. "Buat dijadiin bahan ngekoreksi kelas lain. Lo disuruh ngasih ulangannya ke dia sebelum pramuka ntar siang."
Oh ya ampun, aku lupa hari ini ada ekstrakurikuler wajib pramuka bagi kelas 10. "Lo aja yang ngasih boleh, gak? Hehe." Aku nyengir. Kieran hanya membalas cengiran tadi dengan delikan galak. Sepertinya dia juga tidak ingin waktunya untuk jajan sebelum ekstrakurikuler pramuka dimulai harus terpotong untuk datang ke ruang guru.
Jadilah, aku sekarang sedang berjalan tersandung-sandung menuju ke ruangan Bu Elaine yang merupakan wali kelas X8 itu juga. Meskipun bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu, masih banyak siswa siswi yang bergerombol dan menghalangi jalan. Apalagi di lantai satu karena beberapa sudah bersiap untuk pulang tetapi masih mengobrol dengan teman-temannya. Aneh, kenapa sih mereka tidak langsung pulang aja? Jelas-jelas di rumah lebih enak. Kalo bisa, aku pengen bolos pramuka hari ini.
"Lasierra!" Dari belakang aku mendengar suara cempreng yang khas milik Ibu Theodora-guru BK anak kelas 10. Aku menoleh dan berusaha mengingat-ingat dosa apa yang mungkin sudah aku perbuat tanpa aku sadari. "Tali sepatunya diiket dong, Ra. Nanti kamu jatuh." Bu Theo menggeleng-gelengkan kepala.
Pantas saja daritadi aku berjalan rada tersandung-sandung. "Eh iya. Maaf, Bu. Makasih ya udah diingetin." Aku meringis dan berlutut untuk mengikat tali sepatu. Bodohnya, aku meletakkan kertas ulangan ekonomi tadi dengan sembarangan sehingga kertas itu terbang dan mendarat beberapa langkah di depanku.
Selesai dengan urusan tali menali sepatu, aku berjalan untuk memungut kertas ulangan berharga tadi. Sebelum aku sempat menunduk dan meraih kertas tadi, tiba-tiba saja ada badan kurus yang menimpanya. Otakku berproses dengan lambat dan ketika aku sadar, sudah ada tiga badan cowok yang menimpa kertas tadi. Aku mengernyit.
"Aduh, Bas. Kok lo berat sih? Padahal keliatannya cungkring." Terdengar suara penuh penderitaan cowok yang berada di tengah tumpukkan tiga manusia itu. Aku melongo begitu menyadari bahwa Sebastian-Sebastian Ezequiel, merupakan lapisan ketiga dari tumpukkan itu dan sekarang dia sedang tertawa lepas.
Tidak butuh waktu yang lama, Sebastian melompat turun dan tatapan mata kami bertabrakan. Dengan cepat aku memalingkan tatapanku kearah lain karena tatapan mata cowok yang berwajah Arab itu agak mengintimidasi. Sumpah serapah masih terdengar ketika ketiga cowok tadi sudah berdiri dengan tegak. Baru saja aku mau meraih kertas ulangan yang sudah agak lecek itu, Joshua Johannes Benjamin-yang sampai sekarang aku belum tahu nama panggilannya, sepertinya Voltarta harus mencantumkan nama panggilan di nametag harian kami. Bukan nama lengkap-telah memungutnya duluan.
"Wih, kertas ulangan siapa, nih?" Dia melihat kertas ulanganku dengan antusias. Baru aku mau mendekat untuk mengambil kertas itu, tatapan mataku bertubrukan dengan tatapan cowok yang rada mirip artis Korea. Aku meneguk ludah. Lorenzo. Lorenzo, an acquaintance. Ada pertukaran pandangan saling mengerti sebelum akhirnya cowok itu dengan sigap meraih kertas ulanganku dari tangan temannya dan memberikannya padaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
To Love or To Be Loved
Teen FictionTak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak d...