dalliance ; the act of delaying and playing instead of working
~~~
I wish that,
those math, physics, and chemistry formulas
could answer all of the questions that life has left me with.-bas, still stuck with physics,
sigma thauw = nol,
sigma f = 0.
Yeah, kill me.SEBASTIAN
Gue mengacak rambut gue sambil membuka pintu rumah. Tubuh gue masih berpeluh keringat setelah ekstra voli. Tanpa sempat mandi dan ganti baju di sekolah, gue langsung pulang. Besok gue ada ulangan fisika di jam pertama, jadilah gue buru-buru pulang. Kalau gue mandi di sekolah, dapat dijamin, gue bakal pulang molor banget. Dapat dipastikan, sampai jam 7 malem gue bakalan masih di sekolah ngobrol-ngobrol ngalor ngidul sama anak-anak voli.
Ada travelling bag berwarna hitam dengan lambang salah satu maskapai penerbangan Singapura di ruang tamu. Gue mengerutkan kening. Ini berarti bokap gue lagi ada di Indonesia dan nggak ada jam terbang selama beberapa minggu ke depan. Dengan segera, gue mengangkat travelling bag itu untuk nanti diurus lebih lanjut oleh nyokap gue. Entah isinya baju kotor atau apa, gue juga kurang ngerti.
Kira-kira udah 3 bulan gue nggak ketemu bokap gue. Seingat gue, dia harusnya baru balik dari Afrika, mengantarkan beberapa ilmuwan dari Inggris untuk meneliti sumber penyakit disana. Dia harus dikarantina untuk itu. Tapi, tetep aja. Jadi anaknya pilot itu rada-rada miris menurut gue.
Bapak lo nganterin banyak umat manusia keliling dunia sementara nganterin lo ke sekolah aja bisa dihitung make jari. Jari satu tangan aja malah. Nggak perlu dua tangan. Apalagi kalau bapak lo itu pilot untuk penerbangan internasional. Sekalinya ada di Indonesia, doi langsung tepar.
"Kamu nggak usah bohong sama aku, Christ..." Beberapa langkah dari ruang makan, langkah gue terhenti. Terdengar suara nyokap gue bergetar dari arah dapur.
"Aku bohong apa sih sama kamu, Ca?" Kali ini suara bokap gue.
"Aku tahu semuanya, Christ!"
Duh, travelling bag bokap gue kok lama-lama jadi berat. Dengan hati-hati gue meletakkan barang itu di dekat sofa dan berjalan memasuki areal ruang makan dan dapur. Bokap gue duduk di meja bar, memunggungi gue. Dia masih mengenakan kemaja linen putih dan celana bahan hitam. Pasti dia belum lama sampai di rumah. Sementara itu, nyokap gue memunggungi bokap gue dan juga gue. Dia menghadap ke arah yang kompor, sepertinya dia sedang merebus sesuatu.
"Tahu apa, Ca?" Suara rendah bokap gue terdengar lelah. Gue hanya bisa menggaruk-garuk kepala gue bingung. Ini ada apa, sih? Gue mengerutkan kening begitu melihat ada pecahan cangkir di dekat tempat bokap duduk, bersamaan dengan noda kopi. Ada apa, sih?
"Berisik banget sih dari tadi!" Tiba-tiba, dari arah tangga, suara cempreng adik gue terdengar. Dia mengenakan kaos putih bulukan Metallica punya gue dengan celana seragam berwarna putihnya. Dasar anak SMP, masih make celana pendek ke sekolah.
"Gerald..." Bokap gue menoleh ke adik gue dan melemparkan tatapan menegur, sedetik setelah itu, dia sadar bahwa putranya yang satu lagi, yang lebih ganteng, juga sudah datang. Gue. "Sebastian, kok baru pulang?"
"Voli," jawab gue singkat. "Apa kabar, Pa?"
"Baik. Gimana sekolahnya?" Pertanyaannya kurang tipikal, Pa. Atau emang cuma bapaknya Benji yang nanya ke anaknya, 'udah berapa banyak cewek yang nolak kamu, Ben?'. Kayaknya hanya bapaknya Benji.
"Lancar."
"Gerald, itu kenapa celananya belum diganti? Udah jam setengah enam sore sekarang. Sekalian mandi, gih. Abis itu makan, baru belajar." Nyokap menggeleng-gelengkan kepala sementara adik tengil gue langsung ngeloyor balik naik ke atas. Paling dia nggak mandi. Paling dia lanjut main FIFA. "Sebastian, mama harus bilang berapa kali, sih? Pulang voli celana seragamnya nggak usah dipake lagi. Pulang aja make celana pendek. Celana seragamnya kan baru dicuci besok, keburu bau."

KAMU SEDANG MEMBACA
To Love or To Be Loved
Fiksi RemajaTak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak d...