Meeting her was a miracle, getting to know her was a blessing. And now life has started to reveal its secret challenges and journeys that have been kept in store for me, I'm glad that I experience them all by her companion.
-Sebastian
SEBASTIAN
"Eh, masa namanya Chloe gak ada di daftar pengurus OSIS tahun 2017-2018 nanti. Kenapa, ya? Padahal dia kan wakil." Benji mengerutkan kening sambil memelototi papan mading tempat daftar nama pengurus OSIS terpilih masa bakti tahun 2017-2018 tertempel.
"Dia emang gak lanjut OSIS." Jawab Lorenzo.
Gue hanya mengangguk-angguk sambil tetap menelurusi nama-nama yang tertera di daftar pengurus terpilih. Ada 27 nama pada daftar tersebut dan 4 diantara 27 orang itu adalah teman sekelas gue; Andrea, Ethan, Kiara, dan Misty.
Ini sebenernya gue, Lorenzo, dan Benji lagi gabut selesai pelajaran olahraga, sih. Tadi pas lari estafet, kita bertiga sebagai tim yang amat sangat kompak menjadi kelompok pertama yang menyelesaikan misi sehingga kami boleh istirahat lebih dulu dibanding anak-anak lain. Karena kehebatan kemampuan estafet kita, sekarang gue malah seliweran gak jelas di koridor, melewati kelas-kelas yang sedang sibuk belajar sambil nyengir-nyengir kuda lewat jendela sekalian gangguin teman-teman yang sibuk mengemban ilmu. Niatnya sih pengen bikin mereka ngiri.
Saat melewati kelas 11 IPA 1, tempat Ibu Arini tercinta sedang mengajar, kita bertiga dihadiahi tatapan tajam karena telah menganggu proses KBM dengan berjalan-jalan seolah-olah model runway Victoria's Secret.
Mengkeret, sambil nunduk-nunduk gak jelas, kami berlari ke sudut tempat papan mading diletakkan. Terlalu takut untuk kembali ke kelas karena harus melewati kelas 11 IPA 1, waktu kosong ini digunakan saja untuk membaca artikel apapun yang menarik di mading. Entah itu artikel zodiak yang akan selalu mendapat tanggapan skeptis dari kami para pria, atau membaca resensi film-film terbaru.
Namun, ternyata hari ini adalah pengumuman dari kaderisasi OSIS. Walaupun gue gak peduli-peduli amat sama program-program kerja organisasi siswa intra sekolah itu, siapa sih yang gak penasaran sama nama-nama anak terpilih Voltarta?
Gue cukup familiar dengan nama-nama pengurus yang duduk di kelas 11 karena memang kebanyakan hanya anak IPA yang mau repot-repot jadi pengurus OSIS, sementara untuk nama-nama anak kelas 10, gue gak begitu familiar...
Nicole Lasierra Martadinata X8 / 26
Mata gue membesar.
"Lah, Sierra?"
Tanpa disengaja, nama cewek yang kemarin gue anterin pulang (dan selama perjalanan pulang dia cuma ngomong 'lain kali gak usah, ya! Gue gak enak! Ada aplikasi gojek, tau!') meluncur dari bibir ini. Karena hal itu, Lorenzo dan Benji langsung menoleh dan menghadiahi gue tatapan heran.
"Nicole Lasierra yang Ekonominya dapet 100, kan? Yang pacarnya si atlet judo ganteng idaman fuck pencitraan itu?" Setelah menguasai diri dari tatapan herannya kepada gue, Benji melemparkan pertanyaan sambil mengerutkan kening.
Tatapan heran Lorenzo bertahan sedikit lebih lama—ralat, si artis Korea gadungan ini menatap gue heran dengan cukup lama bahkan muncul kerutan-kerutan di keningnya saat menatap gue. "Tau darimana lo kalo Sierra sama Julian udah jadian?" Dia memalingkan kepalanya dari arah gue dan bertanya kepada Benji dengan satu alis terangkat, menandakan bahwa dia memang penasaran.
"Yah, gue sering liat aja sih di ruko seberang mereka sering ngobrol bareng di deket motornya si Julian. Sierra megang helm gitu, berarti mereka mau pulang bareng, kan? Terus, kalo mereka pulang bareng, berarti mereka pacaran kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Love or To Be Loved
Novela JuvenilTak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak d...