Part 1

97 1 0
                                    

          Lonceng Perseteruan
____________________________________
       

          Lonceng Perseteruan ____________________________________       

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                      Geo Alkhanza
                           +++++

        Pagi ini koridor sekolah masih sepi hanya terdapat Mang Asep si penjaga sekolah yang menyapanya di depan gerbang pagar sekolah, sementara para penghuni lain mungkin masih terlelap dalam tidurnya bermimpi bak di negeri dongeng. Mungkin juga mereka sedang menunggu hujan reda, Senin dan ditambah hujan deras merupakan perpaduan kata yang cocok untuk bolos pergi ke sekolah. Gadis itu semakin merapatkan jaket pinknya-Berharap menularkan rasa hangat ke sekujur tubuhnya.
Langkahnya penuh hati-hati karena lantai di sepanjang koridor lantai dua terkena tempias air hujan, ia sesekali melirik ke arah jam tangan berlogo hello kitty pink 05.10.

Ah masih terlalu pagi pantas belum ada yang datang

        Ia memasuki ruang kelasnya dimana di atas pintu kelas tercetak bilangan romawi dan jurusan kelasnya; XI IPS 2
Spot ternyaman baginya adalah ketika kelas masih sepi dan disinilah sekarang ia menghempaskan bokongnya-Di kursi pojok paling belakang.
Menikmati aroma petrikor ia mengeluarkan sebuah novel dari dalam ranselnya yang tetap sama warnanya. Setengah jam berlalu barulah beberapa murid telah memasuki kelas yang sedari tadi bersuara detak jam dinding, perlahan-lahan kelas mulai ramai- Ada yang bergosip tentang siapa cowok yang kali ini menjadi incaran, atau ada juga yang berbincang tentang pertandingan bola semalam.
Dan ia masih belum beranjak dari aktivitas membaca novel, apalagi yang akan ia lakulan? Toh semua akan percuma. Seandainya saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi dan tidak harus membuatnya koma sampai  dua bulan lebih sudah pasti ia bisa lolos seleksi masuk kelas unggulan; IPA, namun yang kini ada di hadapannya hanyalah sekumpulan anak-anak pembuat onar-Tidak teman cewek maupun teman cowok semua sama saja dimatanya. Terlalu... Aneh.

    "....datang yaa semuanya! Awas kalo sampai nggak datang" Ia melirik ke arah wajah sumringah teman-temannya yang sedang menatap sebuah kartu undangan berwarna merah hati.

Di depan papan tulis berdiri seorang cewek yang dengan gaya centilnya tersenyum kepada teman-teman sekelasnya. Manis bila saja sikap manisnya bukan hanya sekedar pencitraan karena Ayahnya seorang pejabat tinggi.
Vania Aditama nama yang tersemat di badge seragam gadis itu. Setelah di rasa cukup memberi info kepada teman-teman sekelasnya, ia pun langsung duduk di kursinya, meneruskan kegiatan ngegosip yang takkan pernah berujung abadi, ke empat cecunguknya mulai mengerubungi dia lagi.

    "Lo nggak ngundang dia, Van?"
tau siapa sosok yang dimaksud oleh Angel, Vani hanya mencebik sambil menggelengkan kepalanya dengan tegas.

    "Tapi kan kasian"

    "Bellaaaa kamu masih mau terus bicara? Kamu itu tidak menghargai guru"

Seketika suasana kelas menjadi hening saat Bu Indri yang notabennya adalah guru matematika terkiller di SMA Brata mulai mengeluarkan taringnya, anak-anak XI IPS 2 biasanya menyebut dengan induk singa. Tentu tidak di depan orangnya secara langsung.

GrashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang