Part 16

11 1 0
                                    

             Dia yang 'terjatuh'
____________________________________

        Direbahkan tubuh lemasnya itu tepat di atas tempat tidur, detik yang kian mendetakan jantungnya saat ia memasuki rumahnya sendiri, kacaunya pikiran membuat ia baru kembali ke rumah pada pukul 8 lewat 20 menit. Malam dan suara jam dinding semakin mempertegas kesunyian di rumah 2 lantai tersebut, tidak ada tanda-tanda gadis kecil itu berada dalam jangkauannya. Ia menarik napas sambil kembali teringat bahwa seseorang yang dicari sudah pergi bersama salah satu teman prianya tersebut, sepi mengiris batin seiring hembusan napasnya yang terdengar lemah. Pria bercelana jins selutut itu kini telah bersandar di kepala ranjang, tirai jendela yang sengaja belum ditutup olehnya kini dengan riang mempertontonkan pucatnya langit malam di kota Jakarta- Entah disebabkan oleh mendung atau tingginya tingkat polusi di Ibu kota Indonesia tersebut, seolah langit pun tak memberi sedikit pun kebahagian untuk si pemurung. Indah; Dari sekian banyak teman wanitanya, nama itu muncul begitu saja tanpa dikehendaki olehnya. Sosok gadis itu hadir untuknya dan pergi juga dengan alasan karenanya, letupan bara api yang membakar gadis di hadapannya tadi berhasil melebur jua dalam hatinya. Ada amarah yang berbeda dari diri masing-masing remaja berbeda jenis kelamin tersebut dan tanpa mereka sadari rasa kecewa diam-diam tengah mematikan rasa percaya terhadap satu sama lain.

Giginya bergemeletuk, mencoba untuk menahan amarah dengan mengetatkan rahang sesempurna mungkin. Tidak mungkin dibiarkan rumahnya kacau balau karena ulahnya sama seperti para musuh-musuhnya tadi, Geo teramat jelas mengetahui bahwa ia sama sekali tidak mempunyai rasa apapun pada gadis penyuka warna pink tersebut, karena ia juga mengetahui siapa pemilik hati yang sebenarnya. Sekuat apapun ia berlari untuk mendapatkan cintanya, kekuatan bumi pasti akan membentangkan jarak luas bernama takdir. Kehilangan wanita-wanita lain termasuk Indah merupakan salah satu hal yang biasa baginya, namun tidak dengan cara yang seperti ini. Di saat seluruh kaum hawa sibuk memujanya, nyatanya salah satu dari mereka malah pergi meninggalkannya begitu saja, memang tiada perih karena siapa pun yang menjadi temannya, pria itu sejatinya tidak bisa mempercayai sepenuhnya begitu saja. Geo berharap seiring berjalannya waktu kebersamaannya dengan Indah, ia bisa mengalihkan cinta pertamanya hanya kepada Indah, namun belum sempat hatinya mencintai gadis itu tiba-tiba pergi begitu saja dengan rasa kecewa yang teramat dalam.

        Nyatanya malam ini bukan hanya Geo saja yang kacau, Indah pun merasakan hal sama. Hari libur yang biasanya ia habiskan bersama Sonya-Maminya, kini ia habiskan dengan mengurung diri di kamar. Sonya berulang kali menanyakan kepada anak semata wayangnya itu tentang apa yang telah terjadi, dan jawaban dari putrinya itu pun tetap sama dan selalu disertai gelengan kepala-Mungkin berharap agar tak perlu mengkhawatirkannya lagi. Gadis itu merasakan amarah yang sangat membludak bahwa ia hanya dijadikan bahan taruhan oleh Geo dan Sakti, tetapi rasa amarah itu hanya menempati celah terkecil di hati. Rasa kecewa akan cerita Sakti yang mengatakan bahwa sahabatnya itu harus meninggalkan dirinya jika kalah dalam pertandingan basket, nyatanya rasa itu menempati hampir seluruh ruang di hatinya. Indah membenci Geo dengan tingkatan kecewa yang mendalam, dahulu di dalam pikiran dan hati kecilnya terbesit keinginan untuk memperbaiki hubungan antara Geo dan Sakti. Semuanya terasa sia-sia saat nyatanya di depan mata kepalanya sendiri tengah berdiri Geo yang tidak hanya mengibarkan bendera perang pada Sakti, melainkan pada dirinya juga.

Dari arah balkon tempatnya kini berpijak, mungkin memang benar apa yang dikatakan oleh Mas-mas penyiar berita tadi siang tentang cuaca di malam hari yang akan mendung dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi hujan lebat jika melihat betapa suramnya langit Jakarta di malam ini. Indah menghidu aroma yang sedari awal hanya berupa rintik-rintik saja, kini semakin menjadi deras, karena hujan telah mengkeroyok bumi dengan sekejap kedipan mata. Ia akhirnya langsung memasuki kamar saat sudah tidak bisa lagi membendung hawa dingin tersebut, hujan malam ini semoga saja tidak hanya melelapkan tidurnya, namun juga bisa menenangkan pikirannya.

GrashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang