Telah Berakhir
____________________________________"Selamat pagi untuk Bapak dan Ibuku tercinta," Zeta memandangi anaknya dari atas sampai bawah hingga pada pandangan yang ketiga kalinya, Sakti telah bergabung di meja makan bersama mereka.
"Kamu yakin mau masuk sekolah sekarang? Ibu nggak yakin kamu bisa konsentrasi belajar dengan luka-luka yang belum sembuh seperti itu," Zeta menatap ke arah suaminya. "Pak bilangin Sakti dong untuk nggak sekolah dulu hari ini, tuh lihat anakmu malah ngeyel kalau dibilangin" Sakti tertawa saat Ibu dan Bapaknya selalu memperdebatkan hal-hal kecil seperti ini.
"Nggak boleh gitu dong Bu! Sebagai anak laki-laki dari Pak Braga dan Bu Zeta dia nggak boleh malas-malasan untuk pergi ke sekolah, luka segitu mah kecil bagi dia. Iya kan Sak?" Sakti yang sedang mengunyah nasi goreng buatan Ibunya hanya mengangguk sambil memberikan kedua jempolnya kepada Braga.
"Ah sudahlah anak sama Bapak sama saja, nggak tau apa kalau Ibu tuh khawatir banget sama kamu Sak?," jika sang ratu sudah berbicara dengan ekspresi se-menyedihkan itu, pertanda bahwa keinginannya adalah hal serius. Dengan tanggap Braga langsung mengalihkan topik.
"Kapan pertandingan basketnya Sak?" Braga meneguk air mineralnya sejenak.
"Oh sepulang sekolah nanti, Pak," bunyi dentingan sendok dan garpu memenuhi kediaman keluar Pak Braga di hari Jum'at pagi ini.
"Ibu ikut nonton ya, Sak? Boleh kan? Nanti Ibu pasti akan dukung kamu dengan teriakan yang paling keras," baru saja Sakti ingin menggerakan kepala tiba-tiba Braga sudah terlebih dahulu menyela. "Ibu udah deh nggak usah ke sekolah Sakti, pasti banyak kok cewek-cewek yang dukung anak kita. Kan hari ini Ibu juga ada janji sama klien yang mau ngambil hasil rancangan gaun," Zeta menelungkupkan posisi sendok dan garpu di atas piring.
"Lho kamu kok nggak pernah cerita, Sak, kalau kamu sepopuler itu di sekolah? Persis banget kayak Bapakmu waktu masih SMA, ya tapi dulu Bapakmu nggak sepintar kamu." Braga menatap Zeta dengan ekspresi kesal yang sudah di ubun-ubun. "Diva apa nggak cemburu sama fans-fans kamu?" yang ditanya siapa tapi yang keselek malah Braga, Duh
"Bapak tuh aneh banget tiba-tiba bisa keselek gini, diminum dulu Pak airnya- Oh iya tadi kita sampai mana Sak?"
Braga yang sudah reda dari keseleknya langsung menceletuk. "Lha kita kan dari tadi diam Bu, jadi belum sampai di tempat manapun. Masih di meja makan" dengan gemas Zeta mencubit pinggang suaminya.
"Ibumu itu loh Sak cubitannya sadis banget sama kayak goyangannya di malam hari,"
"Bapak nih kan Ibu nanya serius malah dibercandain, ah iya Ibu sekarang sudah ingat. Diva nggak cemburu kan kamu di deketin cewek-cewek satu sekolah?"
"Aku bukan cowok populer Bu! Masih ada yang lebih populer dan lebih digandrungi oleh anak-anak SMA Brata, lagian kan aku nggak pacaran sama Diva" penjelasan panjang lebar ala Sakti tidak bisa memuaskan tingkat kepenasaran dalam diri Zeta. "Ibu bukan menanyakan tentang status kalian yang pacaran atau tidak, tapi Ibu bertanya tentang apakah Diva selalu menunjukan ekspresi cemburu ke kamu?"
"Hahaha ya nggaklah Bu. Ibu ini ada-ada saja,"
"Coba untuk lebih peka lagi terhadap wanita, Sak!" Braga menegur anaknya secara halus.
"Selama aku menjalin hubungan dengan Vani, aku nggak pernah merasakan aura yang berbeda dari dalam diri Diva. Masih tetap Diva yang sama,"
"Kamu pacaran sama Va-ni? Kok pacar kamu nggak pernah di undang ke rumah? Kapan-kapan kenalin dong sama Ibu dan Bapak!" perintah bernada rayuan tersebut keluar dari mulut sang Ibu tercinta.
![](https://img.wattpad.com/cover/106225137-288-k249917.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Grasha
General FictionSemenjak putusnya hubungan antara Geo dan Vani, banyak yang mengira bahwa penyebabnya adalah Indah namun tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa yang ada di hati Geo hanyalah seorang gadis bernama Ika yang berstatus sebagai adik kandungnya. Ten...