Bagi para wanita mungkin merasakan betapa sakitnya ketika menstruasi datang secara tidak terduga, ini bukan tentang warna merah di bagian belakang rok abu-abu alias tembus ketika menstruasi, namun ini tentang seorang pria yang kini sedang menghalangi sepedanya yang terpakir di halaman sekolah.
Indah berdecak, lalu seper sekian detik kemudian tidak menghiraukan keberadaan makhluk yang tingkahnya sangat menyebalkan.
"Div aku mau jel-" Sakti menghentikan perkataannya saat Indah menggeram kepadanya. "Maaf Div tentang semalam aku nggak bisa anterin kamu pulang, karena semalam anak-anak OSIS minta aku untuk ikut merayakan suksesnya acara semalam,"
Indah bersidekap sambil mengamati Sakti yang kini tengah tertunduk lesuh. "Udah kan ngejelasinnya? Oke, sekarang minggir!" Indah mendelikan mata pada Sakti.
"Div, lihat deh aku bawa ini buat kamu," Sakti menahan pergelangan tangan Indah, saat gadis itu sudah bertengger manis di atas jok sepedanya. "Div, tolong dong maafin aku." Sakti mulai berpuppy eyes
"Aku lelah Sak seharian belajar, dan sekarang aku mau bobo cantik di rumah." Indah tersenyum manis pada Sakti untuk memberi pengertian pada pria itu tentang betapa lelah harinya.
"Tuh kan benar, Div! Kamu tuh pasti lagi PMS makanya kelelahan begini. Kamu tenang aja karena aku adalah teman kamu yang paling tau kapan jadwal menstruasi kamu, jadi aku idah beliin kamu kiranti dan pembalut." Sakti cengar-cengir, sementara Indah mengepalkan tangannya saat Sakti menyebut kata Kiranti dan pembalut dengan intonasi yang tidak dipelankan.
"Udah punya, nggak butuh lagi!" Indah menjawab dengan ketus, lalu mulai mengayuh sepeda secara perlahan menuju gerbang sekolah.
"Beneran Sak aku lelah, kamu mending pulang aja deh!" Sakti diam tidak memberi respon.Coba beritahu kepada Indah bagaimana cara untuk sampai ke rumah, tanpa harus ada Sakti yang terus memegangi stang sepedanya? Indah menghembuskan napas dengan sekesal-kesalnya, agar pria yang tengah memegangi stang sepedanya menyadari betapa kehadirannya kini terasa mengganggu bagi Indah.
"Kalau kamu terus megangi stang sepeda aku, kapan aku bisa sampai ke rumah? Tolong Sak, aku lagi nggak mau main-main sama kamu! Aku beneran lelah banget," kini mereka berdua telah melewati dua kayuhan sepeda; jarak dari gerbang sekolah dengan tempat Indah sekarang memberhentikan sepedanya.
Sakti mencebikan bibir sambil menggoyang-goyangkan tangan Indah. "Kalau kamu nggak mau maafin aku, setidaknya biarkan aku untuk anterin kamu pulang"
Atensi bola mata Indah tertuju pada jam tangan warna pink dengan ukiran nama 'Diva' di bagian tali jamnya, hanya warna pink muda polos dan ukiran namanya tanpa ada gambar apapun. Indah semakin miris saat jam tersebut justru mengingatkannya akan kehadiran si pemberi jam tangan.
"Oke, aku maafin kamu." Sakti tersenyum bahagia, namun tiba-tiba ia menyadari sesuatu. "Kamu maafin aku biar aku nggak pulang bareng kamu kan? Div maaf, semalam tuh hp aku mati total dan aku nggak bawa power bank."
"Nggak usah dibahas lagi ya, Sak. Aku lelah, dan lagi pula aku juga udah maafin kamu kan?" bukan Sakti namanya bila pria itu dengan mudahnya menyerah begitu saja, pria itu tidak tahu mengapa maaf dari seorang gadis yang sangat dibenci oleh Vani yang notabennya sebagai pacarnya, justru sangat penting bagi dirinya. Seolah-olah di dalam pikiran ketua OSIS ini, ia tidak mempunyai teman lagi selain seorang gadis bernama Indah Kadiva.
"Sayang, ih kamu kok nggak nyamperin aku ke kelas sih? Dari tadi kan aku nunggu kamu loh di dalam kelas, eh nggak taunya kamu malah sama cewek lain!" samar Indah menggerutu saat Vani tiba-tiba sudah berada di samping Sakti, dan yang membuat Indah ingin muntah karena nada suara Vani yang sengaja dibuat seimut mungkin. Cih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Grasha
General FictionSemenjak putusnya hubungan antara Geo dan Vani, banyak yang mengira bahwa penyebabnya adalah Indah namun tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa yang ada di hati Geo hanyalah seorang gadis bernama Ika yang berstatus sebagai adik kandungnya. Ten...