Part 5

18 1 0
                                    

                Birthday Party  
____________________________________

        Sakti terus melirik gadis di sampingnya yang masih saja menekuk bibirnya.

    "Jangan ngambek terus dong Div," heningnya suasana mobil terpecahkan oleh suara Sakti.

Perlahan Indah menatap sang pengemudi, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri; Sakti terlalu tampan untuk malam ini.

    "Maksud kamu tuh apa sih?" Indah melipat kedua tangannya di depan dada. "Kamu kan tau sendiri Sak, gimana bencinya kita satu sama lain," Sakti berbelok ke arah kiri untuk memasuki komplek perumahan Boulevard.

    "Selamat malam Mas ingin bertemu dengan siapa?" sapa petugas keamanan komplek sesuai prosedur keamanan.

    "Lunatica Vania Aditama, Pak,"

    "Sebentar ya Mas, saya hubungkan dulu ke rumah Pak Aditama," mereka berdua menunggu sang penjaga bercengkrama dengan pemilik rumah melalui sambungan telepon.

    "Kamu tenang aja Div, aku udah minta izin ke Vani untuk ngajak kamu di pesta ulang tahunnya," Indah menatap Sakti seolah ingin mengeluarkan suara, namun ia urungkan niatnya untuk bertanya.

    "Saya sudah menghubungi kediaman Pak Adi, kata beliau Mas tinggal kesana saja. Arahnya dari sini lurus terus, nanti ada belokan Mas ke kiri." penjaga itu memberi instruksi kepada Sakti. "Nah 500 meter dari situ rumah Pak Adi, Cat rumahnya berwarna putih dan ada patung dewa Yunaninya Mas," Sakti mengangguk paham.

    "Boleh saya minta KTPnya Mas? Untuk ditukar dengan kartu akses," Sakti menukar KTPnya dengan kartu akses dari penjaga keamanan. "Kalau sudah selesai, Mas bisa menukar kartu akses tersebut dengan KTP Mas,"

    "Ouh iya Pak, makasih ya Pak!" Sakti menjalankan mobilnya dengan perlahan-lahan. "Iya Mas sama-sama,"

    "Aku bingung deh Sak," Sakti terus mengemudikan mobilnya di jalan yang lurus, belum berbelok ke arah kiri.

    "Bingung kenapa?"

    "Ya bingung aja, kayak penasaran kok bisa dia ngizinin aku untuk datang ke pesta ulang tahunnya. Sebenarnya apa sih yang kamu lakuin ke dia?" Sakti memutar setirnya ke arah kiri.

Karena dirasa tak ada jawaban dari pria di sampingnya, ia pun bertanya walau sejujurnya ragu. "Sak? Kamu nggak memohon ke Vani kan agar aku bisa ikut serta dalam pestanya."

    "Sak jawab aku dong," sedikit pun pandangan pria itu tak teralihkan dari jalanan di depannya.

    "Aku nggak memohon ke dia untuk ngajak kamu ke pesta ulang tahunnya," terdengar deru nafas panjang milik Indah.

Indah masih berada di posisi yang sama, masih terus memperhatikan sahabatnya tersebut. Hari ini sahabatnya itu telah memperlakukannya bak putri raja dan pria di sampingnya itu sudah pantas menjadi raja untuk malam ini. Sakti tetap fokus mengemudi meski ia tahu ada sepasang mata yang belum puas akan jawabannya. Indah-sahabatnya itu selalu menatap orang secara dalam bila tak puas dengan jawaban akan pertanyaan yang telah ia lontarkan.

    "Terus kenapa Vani bisa bolehin aku untuk datang ke pestanya?" Sakti tersenyum dalam hati saat Indah kembali melontarkan pertanyaan.

    "Kamu tuh ya bisa nggak sih kurangin rasa penasaran kamu? Hm?" sekejap Sakti melirik Indah. Gadis disampingnya menggeleng dengan polos. "Nggak bisa hehehe"

    "Patung dewa Yunani yang mana ya, Div?" Sakti meneliti satu persatu rumah yang telah ia lewati.

    "Kalau nggak mau jawab juga nggak apa-apa kok Sak," secepat kilat Sakti langsung mengerem mobilnya.

GrashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang