Bukan Dia Tapi Aku
____________________________________
Langkah kaki yang bagaikan seekor harimau berlari, membawa pria itu ke arah toilet tepat di lantai 3 lorong kedua yang di peruntukan untuk anak-anak kelas XII IPS. Meskipun masih dalam jam istirahat, namun insting kewaspadaannya harus selalu ia gunakan. Takut-takut jikalau lengah sedikit, maka nama baik keluarganyalah yang menjadi taruhan. Toilet cowok kini nampak sepi, segera ia memasuki salah satu bilik yang sudah ia ketahui tentang keberadaan seseorang disana."Mana barangnya?" tidak lama kemudian terjadi pertukaran antara barang si pemesan dengan beberapa lembar uang ratusan ribu. "Thanks, eh tapi pas lo kesini nggak ada yang curiga sama lo kan?"
"Tenang gue nggak bakal ketauan kok Bang," tanpa berlama-lama kedua orang tersebut pun langsung meninggalkan toilet.
Sialnya ternyata kedua orang tersebut berpapasan dengan Arfan, ia melirik bingung ke arah adik kelasnya yang tiba-tiba mampir ke area kelas XII IPS.
"Kev, lo dipanggil sama kepala sekolah tuh!" saking banyaknya pengurangan poin atas kenakalannya, kini pria dengan tindikan di bibirnya itu tak tau apa tujuan kepala sekolah memanggilnya lagi.
"Ck, baru juga gue mau ke kantin. Si kumis nggak bisa apa ya kalau sehari aja nggak ketemu gue? Eh Fan, dia manggil gue karena apaan sih?" Kevin berkacak pinggang menatap Arfan.
"Lha mana gue tau, mungkin lo mau diajakin ena-ena kali sama dia." Kevin langsung menoyor kepala Arfan, dan tingkah mereka berdua tidak luput dari tatapan sang junior.
"Ketua tim basket tapi pikirannya ena-ena terus, Insyaf Fan sebelum ajal menjemput lo. Hahaha anjay berasa jadi ustadz dadakan deh gue,"
"Mantan ketua Bang, kan si Arfan udah nggak menjabat lagi" kalimat ralatan dari junior mereka mampu membuat Kevin tertawa ngakak.
"Hahaha iya benar, duh bego kenapa gue bisa sampai lupa ya? Terus sekarang siapa yang akan menggantikan posisi lo?"
"Rencananya Geo sama Sakti, tapi Sakti nggak berminat masuk ke dalam tim basket." Arfan merogoh kantung celana abu-abunya untuk mengeluarkan sebungkus rokok beserta korek api gas.
Kedua orang dihadapannya menggeleng dan berucap terimakasih saat Arfan akan memberi mereka 2 batang rokok. "Tumben, biasanya lo paling kuat banget nyebat."
"Bukan masalah kuat atau nggaknya, tapi kan lo tau sendiri gue nanti akan bertemu si kumis. Nah kalau si kumis nyium bau rokok dari tubuh gue, beuh bisa diaduin ke Nenek gue"
"Anjir lo sayang banget sama Nenek ya, Bang?" Kevin mengangkat sebelah alisnya karena merasa bingung akan perkataan juniornya. "Buktinya lo nggak mau sampai Nenek lo khawatir tentang perbuatan lo disekolah,"
"Usia kan nggak ada yang tau selain yang di atas,"
Sepeninggalan Kevin yang dengan seenak jidatnya pergi tanpa pamit, Arfan langsung mematikan rokoknya lalu mengajak adik kelasnya tersebut untuk ke kantin.
"Kantin yuk!"
"Kantin kelas XII emang nggak rame?"
"Nggaklah rata-rata kan ansos semua, pada belajar di kelas atau di perpustakaan"
"Traktir ya Fan?" awalnya ia hanya iseng minta ditraktir, namun siapa yang akan menyangka di siang bolong seperti ini ia mendapat rezeki nomplok dengan anggukan kepala dari seniornya tersebut.
"Iya cepetan nanti keburu bel nih,"
Mereka melanjutkan perjalanan ke arah kantin, bayang-bayang makanan yang akan di pesan mulai bermunculan secara liar dalam imajinasi junior tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/106225137-288-k249917.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Grasha
General FictionSemenjak putusnya hubungan antara Geo dan Vani, banyak yang mengira bahwa penyebabnya adalah Indah namun tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa yang ada di hati Geo hanyalah seorang gadis bernama Ika yang berstatus sebagai adik kandungnya. Ten...