Haruskah Berlari?
____________________________________"Lo suka sama tuh cewek ya Ling?" kegiatan bermain basket di taman belakang terhenti karena pertanyaan Kakaknya.
"Gue rasa jam 8 bukan waktu yang amat sangat terlalu pagi untuk lo ngomong ngelantur kayak gitu. Efek lari pagi kali ini kayaknya berakibat jatuhnya otak lo deh," Pria dengan kaus hitam dan celana jins selutut berwarna biru dongker kini menatap adiknya dengan pandangan serius.
"Kalau lo nggak suka kenapa nyekap dia sampai berhari-hari?" Ganesh langsung membanting secara asal bola basket di tangan kanannya. "Berapa kali gue harus negasin ke lo Lak, gue anti sama yang namanya cewek! Semenjak bokap meninggal karena ulah si bangsat yang dengan enaknya selingkuh dengan mantan pacarnya, sejak saat itu di mata gue semua perempuan sama Lak. Kalau lo ngeliat gue ngobrol sama Indah, mungkin mata lo katarak." Zaver terus menatap adiknya yang kini sedang dilanda emosi.
"Sampai kapan lo mau membenci Mamah?"
"Seharusnya lo nanya itu saat Papah masih hidup, karena saat itu mungkin gue bisa menjawab sampai Mamah dan Papah bisa bersatu kembali. Papah meninggal karena dia Lak! Dimana otak lo yang masih aja ngebelain wanita nggak tau diri itu? Seharusnya lo sadar dia udah nggak pantas lagi jadi Ibu kita!" Ganesh langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan Zaver tanpa sedikit pun mendengar pembelaannya.
Indah yang mengerti arti tatapan Ganesh langsung menjelaskan tentang maksud ia menghidangkan secangkir minuman berwarna hitam pekat di hadapan Pria tersebut.
"Kopi hitam tanpa gula," Ganesh yang terkejut refleks menaikan alisnya. "Lo tuh bego atau goblok sih? Nggak lihat apa wajah gue lagi kesal banget? Teh atau coklat hangat gue rasa adalah pilihan yang terbaik untuk menenangkan diri, bukan kopi pahit" Indah yang sedari tadi berdiri di sisi kiri Ganesh kini melangkahi kaki Pria itu demi duduk di sisi kanan Ganesh.
"Kalau gue ngasih tau ke lo tentang alasan gue ngasih kopi tanpa gula, lo pulangin gue ya ke rumah gue... Gue kangen Nyokap gue Nesh,"
"Ah elah pakai mewek segala lagi lo! Ck ya udah cepetan kasih tau gue alasannya!" pandangan mereka bertemu beberapa detik sebelum Indah mulai menjelaskan.
"Gue mau lo benar-benar ngerasain sensasi pahitnya kopi,"
"Kalau penjelasan lo segitu doang jangan harap gue ngelepasin lo gitu aja, gue nggak suka kopi pahit!"
"Nesh pernah nggak sih lo sadar bahwa Tuhan nggak pernah pilih kasih terhadap umatnya bahkan dalam memberikan cobaan? Gue emang nggak mau tau apa masalah lo saat ini, karena percuma aja kalau gue tiba-tiba maksa lo untuk cerita yang ujung-ujungnya malah membuat lo marah ke gue. Nesh, dengan meminum kopi pahit ini gue harap pikiran lo dapat teralihkan sementara waktu dari pahitnya jalan hidup lo," Ganesh menyelami mata jernih yang kini sedang meyakininya dengan sebuah senyuman tulus.
Ganesh menggelengkan kepala sambil menatap secangkir kopi pahit tersebut.
"Jangan paksa gue untuk sesuatu yang nggak gue suka!" dengan kikuk ia mengembalikan pandangannya pada Indah yang kini sedang menepuk bahunya dengan lembut.
Tidak pernah sedikit pun dalam sejarah hidup seorang Ganesha Ralingga ingin disentuh oleh seorang perempuan, namun sejujurnya dari hati terdalam; Kopi hitam itu kini membawanya ke sebuah dimensi masa lalu di saat kebahagiaan selalu menjadi tamu teristimewa dalam kediamannya.
"Geo ngelacak lo pakai aplikasi dan sebentar lagi dia sampai ke sini, gue udah malas dekat-dekat sama lo!" Indah yang tidak mengerti arah pembicaraan Ganesh langsung menyusulnya ke luar pagar Villa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grasha
General FictionSemenjak putusnya hubungan antara Geo dan Vani, banyak yang mengira bahwa penyebabnya adalah Indah namun tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa yang ada di hati Geo hanyalah seorang gadis bernama Ika yang berstatus sebagai adik kandungnya. Ten...