Part 23

19 1 0
                                    

            Kekalahan Ganesha
____________________________________

        Usai sudah liburan panjang selama 2 minggu lebih, dan sekarang adalah waktunya untuk anak-anak SMA Brata kembali bersekolah seperti biasa. Rutinitas yang membosankan seperti upacara pun tidak dapat terelakan pada hari Senin di tanggal 7 Januari ini, lalu tugas yang tiada hentinya akan mengalir bagaikan air terjun. Deras. Sama seperti hari-hari Senin yang lainnya, akan selalu ada murid yang telat. Tentang murid-murid yang telat, peraturan sekolah menetapkan hukuman bagi mereka hingga usai jam istirahat pertama. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya sekarang 4 orang murid laki-laki yang sedang menyapu halaman sekolah dengan sampah-sampah yang terbawa hembusan angin, sudah lelah dan tidak akan kebagian jatah istirahat merupakan hari yang paling apes. Di antara ke empat orang yang kena hukuman perdana di hari pertama masuk sekolah, terlihat Dika dan Geo yang tengah fokus dengan sampah-sampah di halaman, dan akan dilanjutkan dengan membersihkan laboratorium dan taman belakang.

    "Sialan banget nih sekolah mgasih hukuman nggak kira-kira," karena merasa frustasi akhirnya sampah-sampah dedaunan dan bungkus makanan ringan itu di pungut secara sukarela olehnya menggunakan tangan. "Pada nggak mikir apa ya gimana lelah jadi murid yang kena hukuman? Ck," Reval melanjutkan omelannya, entah pada siapa ia berbicara.

    "Makanya kalau nggak mau dihukum ya jangan telat!" Demas yang tidak tega untuk mengabaikan Reval akhirnya pun ikut berpartisipasi dalam percakapan.

    "Kita bertiga datang telat udah biasa, apalagi gue sama Geo. Nah lo yang biasanya datang pagi-pagi buta kenapa bisa telat," acara bersih-bersih halaman sekolah kini berganti acara menjadi interogasi Demas yang dilakukan oleh Dika.

    "Lha kenapa pada ngerumpi lo semua!" seruan Geo membuat Demas bernapas lega, namun tidak selang beberapa lama pertanyaan Reval membuatnya di tatap tajam oleh Geo. "Jelasin ke gue kenapa lo bisa pulang bareng sama Indah? Lo kenal dia darimana?"

    "Kalau bukan karena Sakti gue juga nggak mungkin pulang bareng sama dia,"

    "HEI KALIAN BEREMPAT!" Bu Indri berjalan dari lorong menuju halaman. "Udah bersih belum lapangannya?"

Reval tersenyum sambil mengangkat kantung kresek hitam untuk menampung sampah. "Udah Bu. Mereka bertiga dari tadi asyik ngobrol tuh Bu," Bu Indri dengan gemas menjewer telinga ketiga remaja tersebut, sementara Reval terkekeh.

    "Sekarang cepat kalian bersihkan laboratorium dan taman belakang! Kamu juga Reval jangan cuma ketawa terus," dengan patuh ke empat murid tersebut mengekori langkah Bu Indri menuju ruang laboratorium.

    "Satu jam lagi Ibu akan mengecek kebersihan lab ini," singkat padat dan jelas perkataan guru killer tersebut sebelum akhirnya beranjak.

Namun siapa yang peduli dengan waktu satu jam yang diberikan oleh Bu Indri selain Reval, sementara ketiga orang temannya masih saja membicarakan tentang seorang gadis bernama Indah, tanpa sedikit pun memahami penderitaan Reval akan debu-debu yang betebaran di ruangan tersebut.

    "Kenapa Sakti bisa ninggalin Indah gitu aja? Nggak bertanggung jawab banget tuh cowok," Geo kembali bertanya untuk yang kesekian kalinya.

    "OSIS lagi ada acara makan-makan atas suksesnya acara pensi, jadi ya otomatis Sakti sebagai ketua ikut"

Geo berdecak entah sudah yang keberapa kalinya. "Seharusnya kan bisa ngechat atau apalah, kayak sengaja banget ninggalin Indah. Dih ngakunya sahabatnya, tapi kok kelakuan kayak gitu"

    "Lo nggak suka sama Indah kan?" Reval mengacungkan sebuah kemoceng ke arah Geo. "-atau jangan-jangan lo suka sama dia? Cara lo mengkhawatirkan dia berlebihan Ge!"

GrashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang