Part 6

8 1 0
                                    

        Rahasia Seekor Merpati
____________________________________  
    "Argh" Indah berteriak sambil memukul dashboard mobil Sakti,  tak sengaja melalui kaca spion pandangannya bertemu dengan pria yang duduk di kursi belakang-Menatapnya bagaikan ia adalah seekor macan.

    "Lo kok disini, Dik?" Indah memiringkan tubuhnya ke arah belakang guna menatap Dika. "Sejak kapan lo ada disini?"

Sakti yang sudah sedari tadi menyadari kehadiran Dika si tukang nebeng tersebut, hanya menghela napas sambil menghidupkan radio di dalam mobilnya. Volumenya ia tinggikan, namun nyatanya cerocos penyiar radio tersebut tidak bisa menghentikan pertengkaran antara Dika dan Indah. Teman-teman OSIS benar. Indah terlihat manis jika bersamanya-terlihat lebih lepas mengekspresikan apapun, namun jika bersama dengan yang lain, gadis itu terlihat galak dan ansos. Bahkan sampai di depan palang pintu pun ke dua orang remaja tersebut tidak pernah berhenti untuk saling mengocehi satu sama lain, dalam hal memanasi emosi orang, Dika tentunya paling jago.

    "Ini Mas KTPnya," Sakti menerima KTPnya kembali, setelah mengucapkan terimakasih gegas ia keluar dari area komplek tersebut.

    "Lo tuh kenapa sih selalu aja bikin gara-gara sama gue?"

Dika yang tidak terima akan perkataan Indah, langsung mendelikan matanya semakin tajam. "Lha salah terus gue sebagai cowok?"

    "Terserah lo deh, Dik! Huft, lelah berdebat sama lo," Indah menghembuskan napas pasrah.

    "Iya sama Ndah, gue juga capek nih. Anjir ternyata bacot lo nggak nahan juga ya, hahaha" Dika tertawa penuh 'kebahagiaan'.

    "Apa lo bilang, huh?" desisan dari gadis di depannya mampu menyurutkan tawa Dika.

Indah sangat menyadari bahwa Dika adalah partner terbaik untuk beradu argumen tentang apapun, termasuk tentang hal tak penting sekalipun. Sosoknya yang kocak mampu membuat siapa saja akan betah berlama-lama di samping Dika, namun tidak ada yang mengetahui bagaimana menyebalkannya seorang Dika jika sudah berdebat. Menurut Indah, Dika adalah salah satu teman yang selalu ada untuknya-tentunya selain Sakti. Pertemanan antara ia dan Dika terjadi secara tidak sengaja, tepatnya 4 bulan yang lalu.

    "Hehehe Peace!" Indah langsung memutar badannya ke arah depan.

    "Gimana udah puas berantemnya, huh?" Sakti sekilas melirik ke arah Indah lalu beralih melirik Dika dari kaca spion tengah.

    "Belum, tapi aku lapar" benar. lalu tak lama setelah itu para cacing di perut Indah sudah berdemo secara besar-besaran.

    "Iya sama gue juga udah lapar. Gue dengar 178,5 meter dari sini ada warung mie instan, kuylah mampir dulu!"

    "Kurang kerjaan lo pake ngitungin jarak segitu detailnya. Wkwkwk mana ada setengah meternya lagi,"

    "Berteman sama Dika mah absurd banget Div," Sakti langsung melajukan mobilnya semakin cepat. "178,5 meter I'm coming," Indah merentangkan kedua tangannya.

    "Absurd-absurd gini yang penting gue ganteng,"

    "TERSERAH!" kompaknya jawaban dari kedua temannya membuat Dika memggerutu pelan.

    "Bang mie goreng rasa rendangnya satu," tak sabar, Dika segera memesan makanannya. "Sama kopi susunya ya bang,"

    "Kopi hitam tanpa gula satu ya, Pak." Indah segera duduk di bangku panjang yang selalu tersedia di warung mie instan mana pun.

Dika yang berada di sebelah kirinya menatap aneh ke arah gadis tersebut, sementara Sakti tampak biasa saja.

    "Oh iya sama yang rasa soto ya, Pak. Tapi dibikin 2 porsi, sama pake telur dan ditambah cabai iris," penjual itu segera membuat pesanan ketiga remaja tersebut.

GrashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang