Sambil merapihkan penampilan dan riasan make up ku di toilet sebuah Apartment mewah di Jakarta, aku melirik jam tangan Chanel Black Ceramic yang melingkar indah di tangan kiriku, hadiah ulangtahun yang ke 21 dari suamiku tersayang. Jam tersebut menunjukkan pukul 09:45.
"Hmm...pasti sebentar lagi Nakazato-san akan datang", gumamku.
Aku sangat mengenal Nakazato san dengan baik. Beliau seperti orang Jepang pada umumnya. Yang selalu datang tepat waktu, atau bahkan sebelum waktunya. Sepengetahuanku selama inspection unit Apartment dengan dia, pasti Nakazato san datang 10 menit sebelum jam yang telah ditentukan.
Aku jadi ingat, ketika awal pertemuan pertamaku melakukan inspection unit dengan dia. Aku datang terlambat! Memang jalanan di Jakarta sangat tidak dapat diprediksi, ketika kita sedang terburu-buru, kadang ada saja gangguan yang datang. Saat itu, aku pikir akan dapat tiba duluan tapi ternyata jalanan ditutup, hanya karena ada seorang pejabat melewati jalan tersebut! Alhasil aku stuck di jalan tol dan memakan waktu hampir 15 menit menunggu untuk dibuka kembali.
Dan waktu itu, Nakazato san telah menunggu di lobby dengan pakaian seragam pabrik yang tertulis logo perusahaan di sisi kanan bajunya. Aku menjelaskan alasan kenapa bisa terlambat, dan untung saja, dia bisa mengerti.
Semenjak itu, aku tidak mau memberi kesan yang buruk lagi terhadap kebiasaan orang Indonesia yang terkenal suka telat. Aku ingin memperbaiki citra bahwa orang Indonesia juga bisa disiplin dan tepat waktu.
Dan, usahaku berhasil membuat Nakazato san terkesan dengan kerjaku. Aku berusaha untuk menjadi penengah yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, baik itu owner (pemilik) ataupun kepada penyewa (client).
Aku menyampaikan permintaan yang layak untuk diperjuangkan bagi penyewa. Tapi di sisi lain juga, penolak permintaan yang terlalu berlebihan dari client untuk membantu owner. Dengan sikap yang baik dan cara yang santun, alhamdulillah semua berjalan dengan lancar.
Yah! Kupikir dari situlah, Nakazato san mulai mempercayaiku. Bahkan HRD Manager perusahaannya, Pak Iwan, juga mengatakan bahwa Nakazato san sangat menyukai caraku bekerja. Beliau bercerita padaku pada saat kami bertemu untuk tanda tangan Agreement Sewa Menyewa unit Maeda san, seorang tehnisi yang akan datang dari Jepang dengan masa tinggal 2 tahun.
Aku tersenyum melihat pantulan diriku di cermin. Dengan riasan yang natural dan pakaian yang formal, aku siap untuk bertemu dengan Nakazato san. Kulangkahkan kakiku keluar dari toilet dan menuju salah satu sofa yang ada dilobby.
Aku duduk dengan posisi tegak sambil melihat catatanku dan mempersiapkan beberapa kunci serta access card untuk naik ke atas.
Tidak berapa lama, seperti dugaanku, Nakazato san datang memasuki pintu lobby. Seperti biasa, dia memakai seragam pabriknya. Walaupun begitu, tetap aura wibawanya terpancar dari semua yang ada di dirinya. Dia berjalan dengan tenang menghampiriku dan tersenyum kecil. Akupun ikut tersenyum dan berjalan menghampirinya.
"Konnichiwa, Nakazato san" ucapku sambil membungkukkan badan.
"Konnichiwa, Daniya san" Nakazato pun membalas membungkuk perlahan.
"Hisashiburi desu ne. Ogenki desuka? (Lama kita tidak bertemu ya. Apa kabar?)" tanyaku kepadanya. Karena memang sudah hampir 1 tahun ini, kita tidak bertemu.
"Sou ne, Daniya san. Genki yo! Anata mo genki desuka? (Iya, ya. Saya sehat. Bagaimana dengan anda?)" Nakazato membalas sapaanku dengan tenang dan masih tersenyum.
"Atashi wa genki desu yo. Arigatouu. (Saya juga sehat. Terima kasih.)" jawabku dengan senyum merekah. Entah kenapa, aku senang sekali bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband My Pilot
RomanceMenjadi istri dari seorang Pilot, tidaklah sekeren dugaan orang lain. Isyu perselingkuhan antara Pilot dan Cabin (*baca pramugari) kerap kali mengganggu kehidupannya. Cinta saja tidaklah cukup untuk menjalankan sebuah perkawinan layaknya pangeran da...