PASRAH

3.3K 129 1
                                    

Sejak penjelasan dokter saat itu, esok harinya kami langsung pulang ke Jakarta.

Sambil menunggu boarding, mas Daniel menelepon Diandra, dan meminta seluruh keluarga untuk berkumpul di rumah.

Setibanya kami di rumah, mas Daniel menceritakan dengan details kronologis yang terjadi denganku, dari awal jatuh di jalanan sampai kepada hasil pemeriksaan yang dokter sampaikan di Rumah Sakit ternama di Singapore.

Ibuku menangis mendengar kenyataan ini. Semuanya memelukku erat dan memberiku keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja! Aku hanya terdiam dan mengangguk pelan dengan airmata yang berurai.

Walaupun ku tahu, bahwa aku tidak sendirian! Ada keluarga dan suami yang mengerti tentang keadaanku, tapi masih saja kurasakan kemarahan berkecamuk di dalam hatiku. “Kenapa aku harus mengalami sakit ini?!”

 
*******

Beberapa hari berada di rumah, makin membuatku tak berdaya! Yang kurasakan dari hari ke hari, tubuhku menjadi semakin lemah.

Cuti yang diambil oleh mas Daniel seakan terbuang sia-sia! Di liburan bulan madu ini, kami sama sekali tidak menciptakan kenangan indah, malah mendapati kenyataan yang membuatku jatuh tersungkur.

“Aku tidak keberatan cuti hanya di rumah, Hum. Dimanapun itu, yang penting bersama kamu!” Kata mas Daniel tersenyum ketika aku meminta maaf karena cutinya hanya berada di rumah.

Selama ada mas Daniel di rumah, dia membantuku melakukan pekerjaan seorang ibu rumah tangga. Dia tidak pernah mengeluh, bahkan dia melakukan semuanya dengan tersenyum, bercanda dan mengajakku tertawa.

Aku pura-pura tersenyum, aku pura-pura tertawa karena aku tak ingin menyakiti hatinya. Tetapi kemudian timbul rasa bersalah dalam diriku. Aku seperti menjadi istri yang tidak berguna!

********

Kring...kring.... Suara telepon berdering dari ponselku.

Sejak kepulanganku dari Singapore, Nakazato san terus meneleponku dan ia juga mengirimkan beberapa pesan menanyakan kabarku. Tapi aku tidak pernah mengangkat teleponnya dan juga tidak pernah membalas pesannya.

Walaupun begitu, aku dan Eva masih saling berkomunikasi. Dia menjelaskan semua keadaan unit dan hasil pertemuan meeting dengan Nakazato san.

“Nakazato san selalu menanyakan dirimu, Daniya. Dan maaf, aku telah memberitahunya bahwa kamu saat ini sedang sakit.” ujar Eva ketika dia mengunjungiku malam ini.

“Yah, tidak apa-apa. Memang benar adanya, bahwa diriku sakit!” kataku datar. Eva menatapku dengan diam.

"Sebaiknya kamu bertemu dengan Nakazato san, Hum! Kamu harus menjelaskan tentang keadaan kamu yang sebenarnya, karena selama ini dia adalah client terlama kamu lho! Aku yakin, dia akan mengerti alasan kamu memberikan kuasa penuh kepada Eva untuk menghandle semuanya.” ucap mas Daniel sambil menyeruput kopinya.

Aku hanya menghela nafas dan menatap wajah suamiku yang penuh pengertian itu.

“Betul kata mas Daniel, Dan.” ujar Eva menambahkan.

Aku menunduk sejenak, “Baiklah, aku akan datang ketika serah terima unit." jawabku sambil menatap keduanya.

Mas Daniel tersenyum melihatku, "Hadapi saja, Hum. Aku tahu, kamu bisa!" Tangannya memegang jemariku dengan lembut.

"Dan, Evi! Aku titip Daniya bersamamu. Tolong temani istriku yang cantik ini ya." Katanya lagi dengan wajah riang.

"Siap, Pak Pilot." jawab Evi tersenyum dengan mengacungkan jempolnya.

“Sebenarnya aku ingin menemani Humairah. Tapi waktu cutiku telah habis besok.” katanya lagi seraya memandangku dengan pandangan lembut.

“Tidak apa-apa, Mas. Ada Eva kok.” Kataku sembari membalas pegangan tangannya.     

“Iya, Pak Pilot. Tenang saja. Lakukan saja tugasmu! InsyaAllah Ibu Pilot aman bersama saya.” kata Eva sambil tertawa cekikikan.

***********

My husband My PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang