Anakku masih tertidur pulas di box bayi samping tempat tidur. Aku masih terjaga di kamar yang sepi, berharap Mas Daniel segera masuk ke dalam kamar dan melihat anaknya di sini. Tapi, mengingat sikapnya yang dingin, rasanya aku terlalu bermimpi untuk berharap dia melakukan itu.
Dan benar saja, sampai aku tertidurpun karena lelahnya hari yang kulewati, Mas Daniel tidak kunjung datang. Aku terbangun karena mendengar suara Defian yang meminta susu, jam menunjukkan pukul 01:23 pagi. Kulihat sekeliling kamar, Mas Daniel tidak ada di sini. Setelah ku nina bobokan Defian, kuputuskan untuk keluar kamar, mencari tahu keberadaan Mas Daniel.
Kubuka pintu perlahan agar tidak membangunkan Defian dan membiarkan pintu sedikit terbuka untuk membuatku tetap terjaga dan dapat mendengar apabila dia menangis.
Keluar dari pintu kamar, aku melihat Mas Daniel berbaring di sofa, dan ia tengah tertidur. Aku berjalan berbalik arah ke kamar sebelah untuk mengambil selimut, lalu kubawa menuju sofa di ruang tamu dimana Mas Daniel tertidur lelap. Saat ini, aku tidak ingin membangunkannya, karena dia terlihat amat lelah.
Kurentangkan selimut lembut itu di atas kakinya perlahan, berusaha agar dia tidak terbangun. Walaupun sebenarnya dia tidak suka pakai selimut sampai ke atas tubuh, tapi aku tahu kebiasaannya, dia hanya mau memakai selimut sebatas lutut, karena kakinya tidak kuat dengan dingin.
Aku mendekatinya perlahan, memperhatikan wajahnya yang tertidur pulas. Mengamati setiap detail lekukan wajahnya, dan dapat kulihat juga beberapa kerutan di bawah matanya. Oh...Mas Daniel. Aku tahu, kamu juga pasti sangat lelah.
Tring. Tring.
Tiba-tiba, suara denting pesan terdengar kencang dari ponsel Mas Daniel yang berada di atas coffee table, tepat di sampingku, yang membuatku menoleh seketika. Pop-up message keluar di layar ponselnya, tertulis:
Ratna: Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan kabarmu?
Aku sangat khawatir denganmu.
Is everything's good?....
Tiga pop-up pesan singkat yang keluar di layar ponsel Mas Daniel itu membuatku sangat sedih. Aku tertunduk dengan mata tertutup, mencoba menahan gejolak marah bercampur kecewa yang memenuhi dadaku hingga terasa sakit dan terhimpit.
Aku bangun dan meninggalkan Mas Daniel di sana. Aku masuk ke dalam kamar dan berusaha untuk tidur, menenangkan diriku yang penuh dengan amarah.
Ternyata Mas Daniel ingat dengan Ratna. Dan dia lebih memilih menghubunginya daripada berbicara banyak denganku, istrinya....
********
Kreeekkkk......
Aku terbangun kala mendengar suara pintu lemari dibuka.
"Maaf, aku membangunkanmu. Aku berusaha sepelan mungkin membuka pintu lemari ini." Mas Daniel berkata dengan suara pelan.
"Oh, tidak apa-apa, Mas. Memang pintu lemari itu berbunyi. Aku lupa terus untuk melumasi engselnya." Ujarku seraya duduk di pinggir tempat tidur dan melirik memastikan Defian masih terlelap.
"Aku mencari seragamku. Kamu tahu dimana letaknya?" tanyanya.
"Iya, Mas. Ada di sebelah sini." Aku bangun perlahan dan jalan menuju lemari yang satunya lagi.
"Mas Daniel mandi saja dulu. Ini handuknya ya. Untuk baju seragam, akan aku siapkan seperti biasa." Kuulurkan handuk ke hadapannya.
"Baiklah, kalau begitu." Mas Daniel menerima handuk dan masuk ke dalam kamar mandi di kamar kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/104986335-288-k73354.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband My Pilot
RomanceMenjadi istri dari seorang Pilot, tidaklah sekeren dugaan orang lain. Isyu perselingkuhan antara Pilot dan Cabin (*baca pramugari) kerap kali mengganggu kehidupannya. Cinta saja tidaklah cukup untuk menjalankan sebuah perkawinan layaknya pangeran da...