Titik Hitam

4.6K 181 0
                                    

Aku terbangun dengan suasana yang masih hening dan gelap. Aku terdiam beberapa saat, memandang sekelilingku dengan penerangan cahaya lampu di dekat toilet kamar. 

Tangan mas Daniel masih melingkar di pinggangku, dia masih tertidur lelap.

Aku berusaha mengambil ponsel yang sedang dicharge sejak malam di atas side table. Gerak tubuhku yang menggapai handphone, membuat mas Daniel terjaga dan membetulkan posisi tidurnya. Kini tubuhnya telentang dan tangan kirinya memegang pahaku.

Aku melihat muka mas Daniel yang sepertinya masih terlelap. Kuusap dahinya hingga ke rambut dan mencium keningnya dengan lembut.

Pandanganku tertuju kepada jam yang tertulis di layar ponsel, 7:45! 

Walaupun sudah siang, tetapi keadaan kamar masih sangat temaram karena hordeng dengan black out masih tertutup rapat dan menahan sinar matahari yang sepertinya bersinar cerah di luar sana.

Aku menaruh kembali ponselku ke side table dan melepaskan kabel charger yang masih menempel. Kubenamkan tubuhku kembali ke dalam selimut lalu memeluk tubuh mas Daniel yang hangat. 

Mas Daniel membalas pelukanku dengan tangan nakalnya. Kami berdua tenggelam dalam aroma khas tubuh masing-masing. Sungguh, aku sangat menikmati liburan bulan madu kedua ini!

"Hum, mau berenang ke Skypark, nggak?" celoteh mas Daniel di dalam selimut.

"Yuk, tapi aku nggak berenang ya. Hanya mau duduk di tepiannya saja."

"Ok, nggak apa-apa, ibu Pilot." mas Daniel mencium kening dan ujung hidungku dengan kecupan manis.

Tak berapa lama, kami telah siap menuju kolam renang. Mas Daniel mengenakan celana pendek dan kaos putih. Sedangkan aku, memakai baju renang dan menutupnya dengan celana jeans pendek serta memakai kaos pink. Kami berjalan menuju ke Skypark Infinity Pool. Bersamaan pula, terlihat juga beberapa orang menuju ke tempat yang sama.

Sementara mas Daniel mengambil handuk, aku mencari tempat kosong untuk duduk di tepi kolam. Suasana pagi itu, penuh dengan anak-anak, keluarga dan pasangan.

Disamping tempat duduk kami, terlihat seorang anak perempuan yang lucu sedang diajar berenang oleh ayahnya. Aku terus memandangi wajah imutnya. Kulitnya sangat putih dan pipinya terkesan merah seperti buah tomat. Mas Daniel pasti akan memanggilnya Humairah Junior! ucapku tersenyum dalam hati.

Anak perempuan itu sangat manja terhadap ayahnya. Akupun jadi mengkhayal, andai saja nanti anakku perempuan, pasti juga akan manja kepada mas Daniel. 

"Hum," sentuhan tangan Daniel di pundak membuyarkan khayalanku. Dia meletakkan 2 handuk ke atas kursi santai kolam renang. 

Aku melihat mas Daniel juga memperhatikan gadis kecil yang menggemaskan itu diam-diam. Sesekali dia mencuri pandang kepadanya dan terlukis senyum kecil di bibirnya ketika mendengar gadis kecil itu tertawa.

"Yuk, turun sebentar, Hum. Kita foto di ujung kolam dengan latar belakang pemandangan gedung-gedung itu," mas Daniel mengalihkan perhatiannya dari gadis cantik yang imut lucu itu.

Aku hanya menggelengkan kepala lalu menebarkan handuk di atas kursi. Dan duduk sambil memakai kacamata hitam. Perhatianku tetap tak luput dari anak perempuan imut itu. Tanpa sadar, aku memegang perutku. Aku berharap, mendapatkan keturunan selucu dirinya.

Untuk menghilangkan kegundahanku, kuambil ponsel di dalam tas kecil yang kubawa tadi dan memeriksa beberapa pesan di WhatsApp. Salah satunya ternyata ada pesan dari Nakazato san. 

"Daniya san, ohayo. Ogenki desuka?... Apato no ken ga, hanashitai koto ga arun desuga?... Chotto denwa shite ii? (Daniya san, selamat pagi. Apa kabar?... Ada yang ingin saya diskusikan mengenai apartment, apakah saya boleh telepon?)

Beberapa hari yang lalu, aku sengaja tidak merespon telfon ataupun pesan darinya. Bukan karena aku benci dirinya, tapi karena aku takut! Takut aku tak bisa mengontrol diriku ketika bersamanya. Takut kalau rasa di hati ini semakin membesar. Takut dia menguasai hatiku. 

My husband My PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang