Girl, you know I want your love
Your love was handmade for somebody like me.
Come on now, follow my lead
I may be crazy, don't mind me
Say, boy, let's not talk too much
Grab on my waist and put that body on me.
Come on now, follow my lead.
Come, come on now, follow my lead.Lantunan lagu Ed Sheeren Shape of You, berkumandang dengan loud sound.
Segera pandanganku menuju ke arah asal bunyi yang berasal dari ponsel ku yang kuletakkan di atas meja makan. Dengan sedikit berjalan cepat, aku telah berada di depan meja makan dan langsung mengetahui siapa yang menelepon ku di siang hari yang panas itu.
"Haik, Nakazato san. Konnichiwa. (Hallo, Nakazato san. Selamat siang.)" sapaku sambil membungkuk setengah badan. Sudah menjadi kebiasaan di pekerjaanku, membungkuk diartikan bahwa kita hormat kepada lawan bicara di kebudayaan Negara Jepang. Yah! Terkadang tanpa sadar aku tetap melakukannya walaupun hanya berbincang di telepon.
Suara President Director salah satu Perusahaan Steel terbesar di Jepang itu terdengar sangat familiar di telingaku. Beliau sangat puas dengan performaku sebagai Apartment Agent yang memperkenalkannya dengan unit-unit yang bagus.
Selain itu, menurut orang kepercayaan di kantornya, Nakazato san menyukai tanggung jawabku yang bisa diandalkannya apabila terjadi sesuatu yang tidak baik di dalam unit. Dan beruntungnya, sejauh ini aku selalu mendapatkan pemilik apartment yang pengertian dan baik hati.
Semenjak itu, beliau memintaku untuk dicarikan apartment yang sesuai dengan standart perusahaannya. Dan anehnya, beliau sendiri yang selalu ikut inspection bersamaku dan memutuskan sendiri unit yang cocok untuk para karyawannya yang akan datang dari Jepang, dengan masa tinggal bervariasi antara dua sampai empat tahun di Jakarta.
Bagiku, itu menjadi keberuntunganku tersendiri! Karena diakhir inspection, Nakazato san pasti akan memilih salah satu unit yang aku perlihatkan sebelumnya.
"Wakarimashita. Dewa, ashita no asa 10 ji, Pakubuwono no Apato ni omachi shite orimasu. Mata ashita ne, yoroshiku onegai itashimasu. (Baik, saya mengerti. Jadi, besok jam 10 pagi, saya akan menunggu anda di Pakubuwono Apartment ya. Sampai besok.)"
"Yos!"kataku setelah menutup telepon.
"Kamu janjian jam berapa besok, Humairah?" Daniel yang sejak tadi memperhatikan pembicaraanku di telepon, bertanya dengan wajah penasaran.
"Aku janji jam sepuluh, mas. Tapi berangkat dari rumah jam delapan, takut macet di tol." jawabku sembari jalan menuju ke arahnya.
"Mas jalan jam tiga pagi kan?" gantian aku yang bertanya dan mengambil potongan Pizza American Favorite di atas meja depan televisi.
"Iya, mudah-mudahan nggak ada perubahan ya. Agar kamu juga bisa lancar inspection unitnya," Tangan Daniel membelai kepalaku dan mendekatkan ke kepalanya lalu mencium keningku.
"Aamiin, mas." Aku tersenyum dan membalas mencium pipinya.
"Oh ya, sampai dimana tadi ceritanya? Aku terlewat jauh nih...." rengekku manja sambil menyandarkan tubuhku di lengan kanan Daniel.
Film Fast and Furious 6 yang diputar di HBO telah menyita perhatian kami sejak waktu sholat Zuhur tadi. Kami berdua memang sangat suka sekali menonton, apalagi yang bergenre Action. Biasanya kami selalu pergi ke bioskop tiap kali ada kesempatan. Tapi kali ini, kami sengaja tidak kemana-mana, karena kelihatannya Daniel terlalu lelah untuk jalan-jalan ke mall.
Bagiku, tidak masalah! Karena dimanapun kita menonton, yang penting ada dia di sampingku. Itu saja sudah cukup!
Ah! Aku memang type wanita yang terlalu puas dengan keadaan, sindirku dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/104986335-288-k73354.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband My Pilot
RomanceMenjadi istri dari seorang Pilot, tidaklah sekeren dugaan orang lain. Isyu perselingkuhan antara Pilot dan Cabin (*baca pramugari) kerap kali mengganggu kehidupannya. Cinta saja tidaklah cukup untuk menjalankan sebuah perkawinan layaknya pangeran da...