Ruang Kerja Bagian 1

6.4K 325 21
                                    

       Sebuah ruangan tertutup dengan cahaya matahari menyelinap di antara jendela besar yang tertutup tirai hitam di sisi-sisi ruangan.

Beberapa lukisan abstrak terpaku di dinding-dindingnya. Patung-patung menyerupai bentuk manusia menghias setiap sudut di ruangan itu.

Sebuah meja lengkap dengan peralatannya tertata rapi di depan jendela yang tertutup oleh tirai.

Di tengah-tengah ruangan itu aku terbaring di sebuah ranjang putih berselimut putih yang menutupi tubuhku sampai ke dada saat aku membuka mata.

"Fyuh aku tidak mati" gumamku sambil terduduk di ranjang itu. "Tapi dimana aku?" Aku mulai kebingungan. Ini tampaknya bukan salah satu ruangan di rumahku atau ruangan rumah sakit.

Aku tidak mengingat apapun. Hal terakhir yang ku ingat saat aku ketakutan di kamarku.

"Apa yang telah terjadi?, apa mama berhasil menyelamatkanku? Apa tadi itu penculik? Atau hantu?" Aku tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Aku hanya menoleh ke kiri dan ke kanan di ruangan gelap itu. Aku tidak tahu dimana aku sekarang.

Aku mulai memberanikan diri melangkahkan kaki untuk melihat sekitar.

Lukisan-lukisan indah yang salah satunya bertema keluarga zaman belanda itu tampak bagaikan hidup. Aku rasa ini adalah sebuah ruang kerja yang berada di sebuah rumah. Namun rumah siapa?.

Aku berjalan perlahan ke pintu. Perlahan ku tempelkan telingaku ke pintu kayu jati yang berdiri kokoh disana. Siapa tahu ada suara sesuatu.

Tak terdengar suara apapun dari baliknya. "Cekreg, cekreg" sial pintu ini terkunci. Fikiranku mulai berfikir kemana-mana.

Aku mulai mengkhawatirkan mami. Dimana mami sekarang? Namun aku sendiri dimana? "Aku harus ke jendela" fikirku.

Aku berlari ke jendela yang tertutup tirai hitam itu. Tampak berdebu di permukaan tirai tanda sudah lama tidak di buka.

Aku menarik tali pembuka tirai ke bawah. cahaya matahari menyilaukan mata membuatku mengalihkan pandanganku untuk sejenak.

Sebuah balkon dengan kaca tak berpintu membuatku mengkerutkan dahi.

Untuk apa balkon itu jika tak ada jalan kesana. Benar, disana tidak ada apapun yang bisa membuatku membuka jendela yang tampaknya sengaja dibuat tertutup dan tidak bisa di buka. Aku mencari dan tak kunjung menemukan.

Duk duk duk suara langkah menuju ke ruangan itu. Bukan cuma satu orang, terdengar ada langkah kaki lagi yang menyertainya.

"Mungkin itu mami" fikirku. "Namun mungkin saja bukan" fikirku kembali berlayar di imaji yang tak ku inginkan.

Dengan dada yang harap-harap cemas, tiap detik terasa lama. Suara jantungku serasa berhenti ketika pintu itu mulai terbuka setelah kunci di buka.

"Kriiiieeeeeggghhhh"

Sebuah bayangan menyembul dari balik pintu.

Itu bukan mami.

The Last Student (murid terakhir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang