Sebuah sentuhan tangan dengan lembut menyentuh bahuku. Semakin lama sentuhan itu semakin terasa.
Suara pelan dan semakin jelas terdengar memanggilku, "Naaaaa, anaaaaaa" suara itu semakin jelas dan membuatku mulai membuka mata.
Wajah cantik dengan raut muka bingung mulai terlihat di depanku. Ce viona sesekali menoleh ke arah teman-temanku yang juga tampak terlihat raut muka bingung dan kuatir.
Tampak buku pink milik Doffi masih berada di bawah daguku. Terlihat gambar yang tadi aku lihat masih di sana. Namun aku masih tak percaya ketika ku amati gambar itu.
Bercak darah segar masih berada disana dengan jelas.
Segera ku tutup buku itu dan ku dorong hingga membuatnya terjatuh tepat di depan ce Viona.
"Na, kamu kenapa? Kamu masih sakit kah?" Tanya ce Viona. "Dia setres rumus fisika di buku itu ce" sahut Doffi. "Heh, diem, bisa diem gak kamu, kamu yang setres" kata Rino jengkel.
"Aku tidak apa-apa ce" jawabku sambil memegangi kepalaku, nampaknya kepalaku mulai pusing.
"Na, lebih baik kamu istirahat dulu na, kamu lebih baik pulang aja" kata Calvo dengan menatapku kasihan.
"Betul itu na kata temenmu" Kata Ce Viona.
"Na, udah ngaku aja, kamu pusing kan, aku aja pusing baca buku fisika itu" Kata Doffi kembali, "Hehhh, belum pernah tau rasanya buku fisika ini mendarat di pipimu ya dof" Sahut Rino semakim jengkel.
"Apaan sih kalian ini, sudah-sudah jangan berisik. Kalian teruskan kerjain soal tadi. Calvo tolong anterin Ana turun. Nanti biar ko William yang telpon mamanya Ana" Kata Ce Viona masih memegangi lenganku.
Aku mulai membereskan bukuku dan keluar kelas. "Aku bisa sendiri vo" kataku kepada Calvo yang ingin mengantarku. "Kamu hati-hati ya na" jawab Calvo. Aku hanya tersenyum dan meninggalkan kelas tersebut.
Ku mulai menuruni tangga dan aku terkejut ketika sampai di lantai satu.
Terlihat Ko Roy disana sedang berbicara dengan Ko William. Seketika perbicaraan mereka berhenti ketika aku sampai di dekat mereka.
"Na, kamu baik-baik saja?" Tanya Ko Roy menyapaku.
Aku hanya menganggukkan kepala. Masih terasa pusing kepalaku ini. "Na, ada yang sedang menunggumu di luar" Kata Ko Roy.
"Ndak, ko. Aku sudah tidak mau ada hal aneh lagi terjadi" Jawabku kepada Ko Roy. Kepalaku masih terasa pusing sekali. Aku sudah tidak ingin ada hal-hal aneh terus menghantui diriki.
"Aku mengerti na, namun temuilah dahulu, kamu pasti akan tahu jalan keluarnya" Kata ko Roy dengan tenang.
Ko Roy adalah salah guru yang aku percayai, mungkin ada beberapa cerita-ceritanya dulu yang aku ragu dan aku benci. Namun hal itu malah terjadi di kehidupanku sekarang ini. Aku memperhatikan ko Roy. Aku sejenak termenung berdiri di depan ko Roy dan ko William. Akhirnya aku menganggukkan kepala.
Aku dan Ko Roy menuju ke beranda depan WRD. Telah menungguku seorang wanita beramput panjang dengan sweeter abu-abu.
Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat. Wanita itu melihatku dan tersenyum manis ketika menyapaku. "Kamu baik-baik saja na?"
Itu tante Sylva, bukan. Dia bukanlah tante sylva. Kata mama tante sylva ada di luar negeri. Dan pasti yang dikatakan Ko Roy benar. Dia bukanlah tante Sylva.
Wanita itu hanya tersenyum melihatku tak bisa menyembunyikan kecurigaanku.
"Maaf na selama ini aku telah membohongimu, aku telah menyelidiki kasus ini bertahun-tahun yang lalu, aku tahu identitasmu dari Sylva. Kami dahulu sama-sama menyelidiki kasus ini, namun dia memilih untuk berhenti karena kasus ini terlalu berbahaya. Bukan kasusnya yang berbahaya namun suatu entitas jahat yang membuatnya berbahaya. Sylva sendiri yang menyuruhku berpura-pura menjadi dirinya agar aku bisa dekat denganmu dan keluargamu" kata Wanita itu.
"Mungkin terasa aneh, perkenalkan kembali, namaku Rosita, tugasku menyelidiki perkara yang diluar nalar manusia seperti ini"
"Pemburu hantu? Ghost buster?" Kataku sambil teringat ide bodoh Doffi kala itu.
Perempuan itu hanya tertawa seram mendengar ucapan konyolku itu.
"Kita bersama bisa menyelesaikan kasus supranatural ini na, aku butuh bantuanmu" kata wanita itu.
"Tidak, aku tidak mau lagi, aku tidak mau lagi hal-hal aneh ini berada di hidupku, aku tidak mau lagi" kataku dengan sedikit terisak dan takut, aku teringat hal-hal yang telah menimpaku dan merenggut nyawa sahabatku.
"Aku mengerti dengan apa yang kau rasakan na, namun hanya inilah jalan yang harus kamu lalui, hadapi atau kamu akan terus menerimanya, dan berakhir seperti temanmu itu" kata wanita itu membuatku jatuh tersungkur dan mulai menangis. Aku tidak mau hal mengerikan ada di hidupku, aku tidak mau teman-temanku akan menjadi korban karenaku.
Wanita itu memelukku dan berbisik di telingaku "Na, aku telah kehilangan Mey, aku tidak akan pernah rela untuk kehilanganmu" kata wanita itu membuat mataku terbelalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Student (murid terakhir)
HorrorTempat itu selalu ramai dengan suara canda murid, namun ketika kelas telah usai dan pintu utama di tutup, tidak ada yang mengira apa yang tengah terjadi disana.