Pintu itu terbuka dengan perlahan. Sebuah bayangan muncul dari balik pintu itu. Dengan sigap aku langsung bersembunyi di balik meja kerja yang berada di dekat jendela.
Seorang wanita dengan rambut panjang yang tidak terkira panjangnya memasuki ruangan.
Terdengar dengus nafasnya menggebu-gebu di penuhi amarah yang sedang memuncak.
Matanya liar bergerak ke kiri dan ke kanan. Tajam tampak mencari sesuatu.
Aku terdiam di balik meja dan hanya bisa mengintip di sela-selanya. Semoga wanita itu tak melihatku.
Aku tidak tahu siapa dia. Tapi perasaanku mengatakan aku harus bersembunyi darinya.
Wanita bertubuh tinggi berbaju hitam itu melangkahkan kakinya memasuki ruangan. Di tangan kirinya memegang seutas tali tambang.
Dari sudut pandangku, aku tidak terlalu jelas melihat wanita itu. "Sreeeg sreeeeg sreeeeeg" sesuatu terdengar sedang diseret.
Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Seorang anak kecil dengan tubuh lemah tertali di ujung tali tambang itu tengah diseret masuk ke ruangan.
Wanita itu berbalik, mengangkat tubuh seorang anak dan menghempaskannya ke ranjang.
Yang terdengar hanya suara rintihan kesakitan dan isakan tangis sang anak.
Wanita itu berbalik ke arahku. Dug dug dug suara langkah kakinya mendekat kearahku.
Aku semakin menyembunyikan diri di bawah meja kerja. Langkah kakinya perlahan sudah berada di sisi meja.
Sreggghhh sreeeggh
Terdengar suara goresan di atas permukaan meja. Jantungku terasa berhenti.
Aku tidak tahu wanita itu menggoreskan apa.Dia tampaknya terus berjalan menuju jendela. Aku hanya bisa melihat bagian belakangnya.
Aku tidak tau apa yang terjadi kalau dia berbalik badan. Dia pasti bisa melihatku.
Di tutupnya tirai itu, menghilangkan cahaya silau yang ada di ujungnya.
Meninggalkan kegelapan pekat yang membuatku leluasa untuk bersembunyi.
Wanita itu berbalik dan meninggalkan ruangan. Brakkkkkkkkkkkkk suara bantingan pintu membuat seisi ruangan itu hening. Sejenak membuat jantungku tenang kembali.
Aku memberanikan diri menoleh keluar tempatku bersembunyi. Yang tertinggal disana hanya seorang anak kecil yang masih terikat tali di tubuhnya.
Anak itu terisak merintih di atas ranjang putih. Mungkin aku harus menolongnya atau aku bisa bertanya sesuatu sebelum wanita itu kembali.
Aku mendekati anak itu perlahan sambil berjaga-jaga kalau tiba-tiba wanita itu kembali muncul dari balik pintu.
Aku duduk di lantai di samping ranjang. "Ssttt ssssttttt dek" bisikku.
Anak itu tak menyahutiku. Anak itu tengkurap dengan wajah ke bawah tertutup oleh bantal.Masih terdengar isaknya. "Dek ssssttt dek kamu kenapa" bisikku sambil memegang pundak adek itu.
Adek itu berhenti terisak. Dengan perlahan menoleh ke arahku.
Mataku terbelalak melihat apa yang ada di depanku. Dengan wajah lebam penuh luka anak itu berkata.
"Kak tolong Mey"
Aku tersentak ke lantai. Jantungku kembali berdetak dengan kerasnya.
Bodoh apa yang harus aku lakukan. Fikiranku mulai kacau.
Aku berlari menuju pintu. Cekreg kreggg beruntungnya wanita tadi lupa menguncinya kembali.
Bruggh tubuhku membentur tubuh tinggi di hadapanku.
Tepat di depanku wanita tadi berdiri dengan tubuh tingginya.
Matanya menyala-nyala penuh kebencian menatapku.
Aku tak bisa berkata-kata lagi.
Tampaknya aku akan benar-benar mati. Tangan wanita itu dengan kasar memegang bahuku. Kuku-kukunya tampak tajam menggores lenganku.
Aku tak bisa bergerak. Tuhan tubuhku tak bisa aku gerakkan. Keringat dingin terus mengucur. Tangan kanan wanita itu dengan lembut berjalan ke leherku.
Tangan berkuku panjang itu mulai mencengkeramnya.mencengkeram penuh leherku yang rapuh.
Sial aku benar-benar tak bisa bergerak. Terasa cengkeramannya semakin kuat.
Nafasku tersengal-engal. Nafasku semakin berat. Dadaku semakin sesak. Teriakan minta tolongku tak terdengar bahkan ke telingaku sendiri.
Kali ini aku benar-benar mati.
Terasa kukunya menembus leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Student (murid terakhir)
HorrorTempat itu selalu ramai dengan suara canda murid, namun ketika kelas telah usai dan pintu utama di tutup, tidak ada yang mengira apa yang tengah terjadi disana.