Rencana

6.5K 327 12
                                    

Nafasku sesak, bahkan aku tak bisa lagi bernafas. Tubuhku terasa melemas, dan terus melemas.

Hingga aku mendengar suatu suara.

Suara memanggilku. Hanya suara tanpa manusia. Mendekat dan terus mendekat.

"Naaaaa"

"Anaaaaaaaaa"

Suara yang terdengar lemah dari kejauhan itu semakin lama semakin dekat.

Dekat dan mendekat hingga terasa di telingaku.

Aku tak bisa bergerak dan lemas di tangan wanita itu.

Tubuhku terasa terangkat.

Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan leherku yang sudah tidak mampu di tembus udara.

Suara yang tadi ku dengar terasa berteriak di telingaku. Tepat di telingaku.

"ANAAAAAAAAAAAAA"

Aku tersentak oleh suara tanpa rupa yang terasa nyaring di telingaku hingga aku membuka kembali pelupuk mataku.

Tak ada lagi wanita itu.

Tak ada lagi ruangan aneh itu.

Ataupun anak kecil.

Nafasku masih tersengal hingga aku mampu lagi menghirup udara kembali.

Mama dan teman-temanku sudah berada di sekelilingku.

Aku terbaring di kamarku.

Tepat di atas ranjang.

"Syukurlah kamu sudah sadar" kata mami sambil menepuk dada.

"Wahh wahh puji Tuhan. Aku kira mati" jawab Doffi.

"Enak aja, Kamu aja yang mati" jawab Rino.

"Gimana-gimana? Udah sadar? Udah sadar?" Gelagapan Calvo yang terlihat mondar-mandir dari tadi kini berlari ke arahku.

"Yes yes, kuat Na, kamu pasti kuat" tambah Calvo lagi dengan wajah sangat cemas.

"Kami selalu ada buat kamu na" Linda menenangkanku dengan memegang tanganku.

Aku masih lemas, tubuhku serasa tak memiliki energi. Aku hanya bisa menoleh ke sekeliling.

"Mami kuatir sama kamu na, mami sampek telpon temen-temenmu kemari. Biar kamu cepet sadar" kata mami dengan mengusap air matanya.

Dengan tubuh yang lemas dan kata yang patah-patah aku bertanya pada mami apa yang terjadi tadi pagi.

"Setelah kamu teriak, mami langsung lari ke kamarmu. Setelah mami masuk kamu sudah tergeletak di dekat jendela" jawab mami.

"Mungkin efek yang kemarin tante, Ana butuh rehat kayaknya" tambah Linda.

Aku hanya bisa berbaring di tempat tidur. Sesuatu yang terjadi padaku tadi entah nyata ataupun mimpi sangat menguras energiku.

Terdengar teman-teman membicarakan sesuatu.

"Kita perlu atur sebuah rencana ini" sahut Doffi.

"Apa? Ghost buster gila itu, itu gak mungkin sekali toh" sahut Calvo.

"Gini ya vo, memang di penelitian belum terbukti. Tapi siapa tau berhasil. Tidak ada salahnya tow. Kita bisa terkenal hehehe. . ." sangkal Doffi.

"Doffi ini aneh-aneh aja, kamu aja sana" sahut Rino.

"Coba kamu fikir ya, itu hantu gak kelihatan, yak apa nangkapnya, masukin botol apa masukin ember gak masuk akal bla bla bla" debat Calvo dengan penjelasan-penjelasannya yang seperti orang lagi nge-rap.

"Bisa-bisa kok, pasti bisa. Gimana caranya ya, gimana no?" tanya Doffi.

"Gak tau lah, aku gak mau ikut-ikut" jawab Rino.

"Aha kuncinya ada di ko Roy, pasti ko Roy tau sesuatu" jawab Doffi.

"Ko William lah" jawab Rino.

"Ko william gak mungkin kasih tau ke kita, kita minta tolong ko Roy" jawab Doffi.

"Minta tolong apa? Nangkap hantu?" Jawab Calvo.

"Bukann, kita cari tau dulu apa penyebab semua ini, baru setelah itu kita fikirkan bagaimana cara mengatasinya bersama-sama. Gak kasihan kah kamu kalau temen kita terus-terusan kayak gini" jawab Doffi yang membuat semua orang di ruangan itu menatapnya.

Semuanya tampak setuju dengan apa yang di sampaikan Doffi. Seluruh isi ruangan itu terdiam.

Aku masih terbaring dengan tubuh yang lemas.

Mereka tampak terus membicarakan rencana itu.

Hingga ke esokan harinya di WRD . . .

The Last Student (murid terakhir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang