Dimulai

5.6K 308 16
                                    

Malam itu sunyi. Hanya cahaya remang lampu yang menerangi kami pada malam itu.

Jam menunjukkan lima belas menit sebelum tengah malam. Yang berarti aku hanya memiliki waktu 15 menit saja.

Semuanya melingkar mengelilingiku. Dengan tangan yang saling berpegangan erat dan wajah tertunduk penuh kegelisahan.

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.

Tubuh kami hanya diselimuti gelap dan sunyi. Hanya ko Roy yang berada di luar lingkaran. Aku tak mampu melihatnya karena pekatnya gelap. Hanya samar-samar saja yang menambah kengerian tempat itu.

"Ana sebentar lagi akan dimulai, silahkan menutup matamu" kata-kata tante Sylva dalam keheningan membuatku tertunduk dan menurutinya.

Aku memejamkan mata.

Menunduk ke bawah dengan tangan yang membawa sebuah lilin kecil kelap-kelip yang ku angkat ke atasku. Sama seperti seseorang sedang melakukan sebuah pemujaan.

Jantungku mulai berdetak dengan keras, diikuti irama nafasku yang tak karuan.

Apa yang akan terjadi? Aku hanya bisa menunggu. Namun kenapa begitu lama?

Tante Sylva tak kunjung berkata-kata lagi.

Tak ku dengar suara apapun dari teman-temanku.

Hanya kesunyian yang menyelimutiku.

Kenapa tante Sylva tak memberi aba-aba lagi? Fikirku yang masih merunduk dan menutup mataku.

Apa cara ini tidak berhasil?

Apa ini semua hanya omong kosong?

Aku mulai bertanya-tanya dengan mata tertutup. Aku mulai penasaran. Inginku membuka mataku.

Rasa penasaranku semakin tinggi.

Akhirnya aku membuka mataku dan melihat ke depan.

Aku terkejut bukan kepalang.

Dimana tante Sylva? Dimana yang lain?

Kenapa aku sendirian disini?

Tante Syilva dan yang lainnya yang sedari tadi duduk melingkariku entah dimana sekarang.

WRD semakin gelap gulita dan sunyi dari yang tadi. Hanya lilin ini yang menyala berkelip sebagai sumber cahaya.

Aku semakin gelisah.

"Tan, taaaaan" panggilku sambil mencari-cari dimana mereka.

"Doff, Lindaaa, ko Royy" aku memanggil-manggil mereka dengan tubuh gemetar dan melihat ke sekeliling.

Tak ada satupun ku temui.

Aku teringat kata-kata tante Sylva.

Aku harus membunyikan bel dimanapun aku berada. Mungkin aku sekarang tidak berada di duniaku sendiri. Entah aku dimana fikirku sambil mencari-cari bel yang tadi aku taruh di saku.

Sial bel nya hilang.

Aku mulai gelisah dan semakin cepat mencari di saku-sakuku.

"Siall dimana belku" gumamku semakin ketakutan di tengah gelapnya malam dan sunyinya tempat itu.

Aku mencari ke bawah ke lantai-lantai. Ku telusuri ruangan itu dengan lilin sebagai peneranganya.

Hingga aku sampai di sudut ruangan.

Di antara meja dan kursi di sana.

Aku merendahkan tubuhku.

Terlihat sebuah kilauan cahaya. Benar itu belku. Di bawah sebuah meja di sudut ruangan. Entah bagaimana bisa bel kecil itu berada disana.

Ketika ku menyentuh belku. Terasa sesuatu menyentuh kepalaku.

Duk duk sekali dua kali aku merasakannya.

Sebuah kaki.

Terjulur dari atas meja.

Aku terdiam. Tak kunjung mendongak keatas.

Siapa disana?

Kaki siapa itu?

The Last Student (murid terakhir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang