Malam itu . . .
Kami berkumpul di WRD.
Atas izin dari Ko William dan kesepakatan dari kami semua.
Duduk di meja yang di susun membundar di kelas A. Salah satu kelas di lantai dasar WRD yang berbatasan dengan ruang tungu.
Kami duduk melingkar.
Dengan tante Sylva yang berada di tengah-tengah kami.
Yang hadir pada malam itu aku, tante Sylva, Calvo, Linda, Doffi, Rino, dan ko Roy. Walau tadi sempat menolak. Namun karena aku terus memohon akhirnya ko Roy ikut bersama kami.
"Kalian siap?" Tante Sylva bertanya kepada kami.
Kami hanya mengangguk pelan.
"Nanti sebelum pukul 12 tengah malam kita akan memulai prosesi malam ini" tante Sylva berkata dan melirik ke kita semua yang ada disana.
Aku hanya bisa melirik ke teman-temanku yang terlihat sudah mulai berekspresi tegang.
"Siapa saja yang ingin pergi, lebih baik pergi sekarang" tante Sylva kembali berkata-kata dengan nada mulai meninggi.
"Gimana ni? No kamu pergi saja kah?" Tanya Doffi mencairkan situasi.
Rino yang sedari tadi merunduk sekarang mulai menjawab "hmm gak lah, buat Ana, aku ambil resikonya"
"Aku kayaknya gak kuat Na, sorry sebelumnya" kata Linda yang terlihat sudah mulai kuatir dan berdiri dari kursinya.
"Aduuh gimana sih" Calvo terlihat jengkel. "Yakin kah?" Tanya Doffi.
"Sorry" Linda berkata kembali.
"Demi teman kita loh" Doffi kembali menambahi.
"Kita pasti saling jaga lah,tenang saja, tenang saja, ko Roy aja ikut" Rino menenangkan.
Ko Roy hanya melirik ke linda. Dengan isyarat anggukan Linda mulai mengerti dan kembali duduk di kursinya.
Tanganku memegang tangan Linda yang terlihat mendingin.
"Aku minta maaf Lin, seharusnya aku tidak membawa kalian kesini" kataku ke linda dan yang lain.
"Udah gak apa-apa aku ngerti kok Na, aku aja yang terlalu berlebihan" kata Linda yang membuatku kembali tenang.
"Lah gitu dong, fikir yang positif, setelah ini kita pasti terkenal. Kita jadi ghost buster, kita akan kaya" kata Doffi yang mulai berargumen gak jelasnya.
"Ini semua juga gara-gara kamu" Calvo menanggapi Doffi.
"Loh aku kan kasih solusi ke Ana, aku soalnya pakek logic, logic" Doffi kembali membantah calvo dengan membanggakan dirinya.
"Vo diem, diemm" kata Rino yang berusaha menghentikan perdebatan mereka. Terlihat ekspresi tegang Rino masih tersirat di wajahnya.
"Beberapa saat lagi lampu akan dimatikan semua, nanti aku minta kalian berpegangan tangan. Kita buat sebuah barisan melingkar di lantai. Dan kamu Na, kamu akan ada di tengah"
Aku hanya mengangguk pelan.
"Apapun yang terjadi nanti jangan lepaskan pegangan tangan kalian" tante Sylva kembali menambahi.
Tante Sylva mulai mengambil sesuatu di dalam kotak hitam yang tadi ia bawa.
Sebuah lonceng kecil dan lilin putih di berikan kepadaku.
"Kamu harus menjaga lilin dan lonceng ini. Jadikan ia sebagai pemandumu" tante Sylva berkata sambil menyerahkan dua benda itu kepadaku.
"Lonceng itu hanya bisa berbunyi jika kamu benturkan ke sesuatu, itu akan memberi kita tanda dimana kamu berada" tambah tante sylva.
Kami saling melempar pandangan.
Sebuah lingkaran telah kami buat denganku yang berada di tengah.
"Roy, kamu keluar" kata tante sylva tiba-tiba. Ko roy hanya kebingungan. "Tugasmu mengawasi Ana di luar lingkaran" tante sylva kembali berkata yang membuat ko Roy mundur beberapa jangkah ke belakang lingkaran.
Kini WRD gelap gulita.
Hanya cahaya lilin kecil yang ada di tanganku sebagai sumber penerangan kami satu-satunya.
"Sebentar lagi tengah malam akan tiba, kita akan memulainya" tante Sylva kembali berkata.
"Apapun yang terjadi jangan melepaskan pegangan tangan kalian" tante Sylva menambahi.
"Na, apapun yang terjadi, dimanapun kamu nanti, kembalilah sebelum lonceng tengah malam berhenti berbunyi, atau . . ." Tante sylva menatap mataku lamat-lamat.
Aku tidak tau apa yang dikatakan tante Syilva selanjutnya. Hatiku mulai berkecamuk.
Sebenarnya aku tidak mengerti apa yang dikatakan tante sylva. Kenapa juga ko Roy harus di luar lingkaran? Apa yang sebenarnya akan terjadi?
Lalu semuanya pun terjadi . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Student (murid terakhir)
HorrorTempat itu selalu ramai dengan suara canda murid, namun ketika kelas telah usai dan pintu utama di tutup, tidak ada yang mengira apa yang tengah terjadi disana.