"Hai Na" wanita itu mengucapkan salam setelah berdiri dari tempat duduknya.
"Iya" sahutku pelan.
"Mamamu tidak bilang ya" tambah wanita itu.
Aku hanya menggeleng saja.
"Sini duduk dulu" kata wanita itu sambil mempersilahkanku duduk di sampingnya.
"Aku Sylva, teman mamamu. Aku sudah mendengar tentang apa yang terjadi padamu" wanita itu mulai bercerita.
Aku hanya mengangguk pelan.
"Lebih baik kita tidak membicarakannya disini, mari" wanita itu mengajakku ke suatu tempat.
Sebelum pergi aku pamitan dan minta izin terlebih dahulu ke ko William.
Aku pergi dengan tante Sylva. Entah kemana mobilnya akan membawaku.
"Aku akan membawamu ke suatu tempat yang kamu sudah pernah kesana" tambah tante sylva sambil terus menyetir mobilnya.
Aku tidak tau apa yang tante itu katakan.
Mobil tante sylva terus melaju hingga ke pelosok kota yang aku sendiri tidak mengenalinya.
Jalan-jalan yang memiliki suasana yang asing bagiku.
Melewati jalan-jalan perumahan dan melewati jalan-jalan sempit di pinggiran kota.
Hingga aku merasakan sesuatu yang semakin kuat.
"Na bentar lagi kamu akan melihatnya" kata tante sylva sambil memelankan laju mobilnya.
Mobil tante sylva berhenti di sebuah rumah tua yang berpagar besi tinggi. Disana-sini sudah di tumbuhi ilalang dan semak-semak yang tampak sudah sangat lama sekali ditinggalkan.
"Tan ini dimna?" Tanyaku dengan perasaan mulai takut.
"Coba kamu lihat baik-baik, kamu pasti tau sesuatu" tante Sylva menambahi.
Aku hampir tidak tahu apa yang dimaksud tante sylva. Hingga aku melihat sesuatu.
"Tan jendela itu" kataku pelan sambil menutup mulutku.
"Benar firasatku" tante Sylva tersenyum kecil tampak melihat jauh ke arah jendela itu.
Jendela yang tampak di mimpiku. Yang tidak pernah dibuka. Jendela yang berada di lantai dua rumah itu.
"Aku tidak menyuruhmu ke atas sana, simpan ketakutanmu, ada hal yang lebih penting yang harus kita lakukan, kita harus cepat" tante Sylva kembali berkata-kata.
Mobil tante Sylva mulai melaju dengan perlahan.
Mataku masih menatap lamat-lamat ke jendela itu.
Bagaimana tante Sylva tahu? Fikiranku mulai berfikir yang macam-macam. Kenapa kita harus cepat? Cepat untuk apa? Aku masih terdiam dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengelilingi fikiranku.
Tampak dari jendela kaca mobil tante Sylva jendela di lantai dua itu terbuka dengan sendirinya membuat tirai hitam yang ada di baliknya melambai-lambai bak terkena aliran angin.
Aku hanya terdiam dengan jantung berdecak melihat kejadian itu.
"Tannnn" aku memanggil tante Sylva pelan.
"Abaikan saja, sebentar lagi dia tidak bisa mengganggumu" tante Sylva bergumam sambil menyetir mobilnya.
Mobil itu terus melaju ke suatu tempat
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Student (murid terakhir)
HorrorTempat itu selalu ramai dengan suara canda murid, namun ketika kelas telah usai dan pintu utama di tutup, tidak ada yang mengira apa yang tengah terjadi disana.