Langit terlihat kelabu dengan rintik hujan tampak mengiringi lelehan air mata yang tak kunjung berhenti. Di kanan kiri nampak barisan hitam berjajar rapi bak sebuah perayaan.
Sebuah perayaan pelepasan, pelepasan seseorang tuk menghadap Tuhannya.
Wajah-wajah yang sudah tak asing lagi turut hadir dalam perenungan. Tampak jua orang-orang yang tak ku kenal sebelumnya memadati pekuburan sore itu.
Rino, Dofi, Calvo, dan teman-teman semua tak sanggup membendung air mata. Terbenam dalam kekalutan.
Angin sepoi-sepoi basah menggetarkan baju hitam yang kami kenakan. Berdiri di tengah kerumunan, Ko William yang nampak sangat terpukul oleh kejadian itu. Beberapa guru-guru tampak berdiri di sampingnya namun tidak dengan ko Roy. Sedari tadi aku tak melihatnya dimanapun.
Kami mengikuti acara pemakaman sore itu hingga Peti yang berisi tubuh Linda sudah tertimbun oleh tanah."Semua yang berasal dari tanah, akan kembali ke tanah".
Mataku masih tak sanggup untuk menghentikan air mata, wajahku masih tertunduk dengan perasaan yang bercampur aduk.Sesekali Doffi menenangkanku. Namun hal itu sia-sia. Tak satupun kata-katanya yang ku hiraukan.
Hingga semuanya beranjak pergi.
Satu persatu,
Meninggalkanku sendirian di iringi terbenamnya senja di ufuk barat.
Masih ku tatap nisan itu lamat-lamat. Dengan sapu tangan yang sudah kuyub dengan air mata.
Fikiranku masih melayang tak karuan.
Ku terduduk di samping makam dengan mengusap nisan Linda. Tak sanggup ku tuk pergi meninggalkannya sendirian.
"Kak, kakak gak pulang?" Suara seorang anak yang ikut duduk disampingku.
"Endak dek" jawabku dengan tak menghiraukannya.
"Ini sudah mau malam kak" adek itu kembali berucap.
"Bentar lagi, kamu duluan aja, mamamu pasti lagi nunggu kamu di parkiran" jawabku dengan tak mengindahkannya.
Aku tak sanggup mengalihkan fokusku dari rasa sedih.
Seorang sahabat yang bagaikan saudara sendiri kini telah tiada dengan cara yang tidak sewajarnya.
Sebuah sentuhan di pundakku membuyarkan lamunan.
"Hah" kagetku.
"Kamu ngomong sama siapa?" Tanya lelaki yang sudah berdiri di belakangku.
"Adek di sampiiiiii . . . ." Jawabku terputus tatkala ku tengok ke samping.
Tak seorangpun disana.
Ku menoleh ke lelaki itu yang terlihat ekspresi aneh di wajahnya.
"Na kamu harus tahu sesuatu" kata laki-laki itu dengan menatap mataku lamat-lamat.
"Apa ko?" Jawabku kepada lelaki itu yang ternyata adalah ko Roy.
"Pembunuh Linda" jawab ko Roy bagaikan sebuah hantaman petir di siang hari.
Aku berdiri mematung di tengah pemakaman berhadapan dengan ko roy di bawah sisa sinar mentari yang telah layu.
"Ko jangan bercanda" bentakku memecah keheningan.
"Ikut saja, ku tunjukkan sesuatu" jawab ko roy.
"Kau tak akan pernah percaya" tambahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Student (murid terakhir)
HorrorTempat itu selalu ramai dengan suara canda murid, namun ketika kelas telah usai dan pintu utama di tutup, tidak ada yang mengira apa yang tengah terjadi disana.