9

3.6K 554 71
                                    

"Mom?"

Sebuah suara menyadarkan Suzy dari lamunannya. Suzy, lantas menatap seseorang yang memanggilnya dengan sebutan 'mom' tadi dengan ekspresi kesal.

"Mengapa Mom melamun? Lihatlah, Es krim milik mom mencair."

"Mom tidak melamun, tetapi mom sedang memikirkan kenakalanmu." Suzy menggerutu.

Seseorang itu memutar bola matanya, "Oh ayolah mom, Aku tidak ikut mengintip rok anak perempuan itu." ucapnya.

"Oh tentu, Kau juga mengatakan hal yang sama saat Mom dipanggil ketua yayasan karena ulahmu memalak uang jajan murid bernama Baek Joo Pyong sebulan lalu." Suzy menatap anak berperawakan tinggi itu dengan pandangan datar.

"Omo! Mom, kau membuatku takut. Bagaimana kau bisa ingat nama anak kutu buku itu padahal aku saja lupa. Daebak!" Anak laki-laki itu menatap Suzy dengan pandangan takjubnya.

Suzy menghela napas. Bagaimana bisa sedikitpun sikap terpujinya tidak menurun kepada anak di depannya ini.

"Dengar, mom tidak akan memberikanmu uang jajan lagi jika mom dipanggil lagi oleh ketua yayasan karena ulahmu, Jazz."

"Tidak masalah. Ibu dan Ayah sering memberikanku uang saku. Dad juga selalu memberikanku uang saku. Kakek ne-"

"Mom akan mengatakan kepada mereka semua untuk tidak memberimu uang saku apapun lagi." potong Suzy.

"Wah, Kau benar-benar kejam, mom." Jazz menggeleng tak percaya.

"Yes, I am," kemudian Suzy berdiri, "Ayo, Aku harus kembali ke kantor. Sebelumnya, mom akan mengantarmu dulu kembali ke sekolah."

"Apa aku tidak bisa pulang saja? aku ingin menjaga Eunbi, kasian Ibu Soojung-"

"Jasper."

"Arraso, Aku akan kesekolah." gerutu anak lelaki itu, kemudian berdiri dan berjalan duluan keluar.

Suzy menatap punggung itu dengan senyuman. Tetapi sanksi apakah itu senyuman bahagia atau syarat akan kepedihan. Senyuman itu tersungging manis di bibir Suzy, namun kedua matanya jauh dari arti senyum.

Tidak disangkanya, setelah melewati masa sulit dan berakhir di New York untuk mengasingkan diri, dia dan Jasper harus kembali karena kondisi sang Ayah yang sudah tidak stabil dan harus pensiun dari dunia bisnis hingga membuat Suzy harus resign dari perusahaan tempatnya bekerja dan mengurus tower milik keluarga. Empat tahun lalu.

"Ingat, jangan membuat ulah, Jazz." Suzy mengingatkan kala mereka sudah sampai di gerbang sekolah.

Jasper melepaskan safetybelt, "Yes, Mam!" ucapnya dengan nada bak seorang militer.

Suzy terkekeh.

"Mom, dad memanggil." Jasper mengerlingkan mata kearah ponsel Suzy yang berada di dashboard lalu kearah Suzy.

Suzy melirik melalui ekor mata, lalu menggeser icon bewarna hijau. "Ya, Sehun?... Aniyo, aku sedang di sekolah Jazz... Tidak, biasa, dia membuat ulah dengan mengintip rok anak perempuan menggunakan kaca kecil." Suzy melirik Jasper,

"Itu tidak benar, dad!" teriak Jasper.

"Ya... Mungkin sekitar 20 menit lagi aku sampai disana... Arraso." Suzy menjauhkan ponselnya dari telinga dan menaruhnya kembali diatas dashboard.

"Mom, kau jangan membuatku malu di depan dad." gerutu Jasper sambil mengacak-acak rambutnya.

"Kalau kau malu, berhentilah berbuat ulah," jawab Suzy santai." Cepatlah kembali ke kelasmu, lima menit lagi istirahat berakhir." tambahnya.

The Phenylethylamine Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang