SUZYAku melirik ke arah ponselku yang sejak tadi bergetar diatas meja kerja tanpa berniat sedikit pun untuk mengangkat panggilan itu.
Sejujurnya, kebenaran yang di paparkan oleh Myungsoo semalam nyaris membuatku tidak bisa memejamkan mata.
Aku tidak ingat jam berapa akhirnya mataku bisa terpejam, tetapi kufikir itu hampir pagi. Kenapa? Karena, sepertinya baru sekali aku memejamkan mata, tiba-tiba saja alarm yang ku setel pada ponsel berbunyi. Dengan suara nyaring yang memenuhi ruang kamar tidurku dan membuat kepalaku pusing karena dipaksa untuk terbangun, padahal aku merasa baru sekali memejamkan mataku.
"Sajangnim, kau baik-baik saja? Kau terlihat... berbeda." tanya Cha biseo padaku tadi pagi saat aku hendak memasuki ruanganku. Raut wajahnya terlihat sedikit terkejut--mungkin karena melihat kantung ransel pada bawah mataku--dan suaranya yang syarat akan kekhawatiran.
Aku menggeleng pelan kemudian menceritakan alasan mengapa aku sampai memiliki keadaan yang menyeramkan seperti pagi ini kepadanya. Tidak mendetail, hanya garis besarnya saja.
Ponselku bergetar kembali. Sepertinya ini sudah lebih dari sepuluh panggilan dalam kurun waktu dua puluh menit. Wah, aku sepertinya sanksi jika lelaki ini adalah seorang pewaris perusahaan advertising terbesar. Bagaimana dia bisa dengan santainya memegang ponsel dan merecoki orang disaat jam kerja seperti ini?
I'm sure, panggilan itu tidak akan berhenti sampai ponselku mati atau sampai aku membantingnya ke lantai. Jadi, yang kulakukan adalah langsung menekan beberapa detik tombol di bagian atas ponselku, lalu seketika warna hitam memenuhi layarnya.
Aku masih belum sanggup untuk berbicara dengan Myungsoo. Tidak sekarang.
Walaupun dia mengatakan kalau dia tidak sengaja dan bahkan tidak ingat kronologi kejadiannya karena efek mabuk yang dialaminya itu dan wanita itu juga keguguran, tetap saja itu tidak menghilangkan fakta kalau priaku-eugh... Myungsoo, pernah hampir memiliki anak dengan wanita selain aku.
Mwoya... Lelaki macam apa yang aku cintai ini, Tuhan?
Aku menghela napasku dengan begitu berat. Tiba-tiba aku merindukan Sehun, disaat seperti ini Sehun biasanya akan memberikan nasihat dan kalimat menenangkan yang luar biasanya untukku, sangat berbanding terbalik dengan sahabatku, Soojung, yang malah kebanyakan selalu menyesatkanku.
Omong-omong soal Sehun, lelaki itu apakah sudah bersenang-senang dengan wanita Amsterdam, heh? Kenapa dia tidak pernah menghubungiku barang sekalipun? Mwoya...
Aku melirik jam di pergelangan tanganku. Sekarang pukul sepuluh pagi waktu Seoul, yang berarti Sehun pasti sedang tertidur pulas di bed nya. Aku langsung mengurungkan niat untuk melakukan panggilan skype, setidaknya aku tidak boleh bersikap egois untuk menghubunginya hanya karena pikiranku sedang kalut seperti ini saja.
Pintu ruanganku diketuk, lalu suara Cha biseo mengalun setelahnya.
"Sajangnim, ada seseorang yang memaksa untuk bertemu denganmu." ucapnya.
Aku mengernyit. "Siapa?"
Cha biseo membenarkan letak kacamatanya sesaat, "Aku tidak tahu, tapi dia seorang wanita."
Wanita? Siapa? Tidak mungkin kalau Soojung, karena setiap pegawaiku pasti tahu siapa dia.
"Biarkan dia masuk." kataku kemudian.
"Geunde, Sajangnim... Wanita itu memintamu untuk menemuinya di Coffee bar, lantai atas." ujar Cha biseo lagi.
Mwoya... Siapa wanita yang berani memerintahku?

KAMU SEDANG MEMBACA
The Phenylethylamine Of Love
Fanfiction[230417] 79 in CHICKLIT. [240417] 74 in CHICKLIT. Myungsoo, adalah seorang arogan yang dengan mudahnya mendeklarasikan pada seluruh penghuni Universitas bahwa lelaki itu dan Suzy telah resmi berkencan. Mendengar itu, Suzy hanya...